Deretan-deretan buku yang tersusun rapi menjadi sorotan kedua bola manik mata Dafera, ia mengekori Minhyun yang sibuk melihat kategori buku yang terpajang. Pergi ke Gramedia bukanlah kebiasaan Minhyun, apalagi ia sedang berdiri di depan kumpulan buku romansa.
"Om ngapain beli buku ginian sih?" Tanya Dafera. Ia berdiri di samping Minhyun, ikut melihat-lihat buku. Minhyun diam tak langsung menjawab, ia masih memilih buku.
"Buat belajar jadi romantis." Minhyun melirik Dafera. Ia tersenyum kecil melihat gadisnya, sedetik kemudian Dafera menatap Minhyun kaget.
"Astaga om." Dafera menertawai jawaban yang Minhyun berikan. Belajar jadi romantis katanya, memang romantis harus dipelajari? Bukan nya itu sudah muncul dalam diri seseorang sejak lahir.
"Kenapa?"
Dafera segera menggeleng, ia memilih buku yang menurut nya bagus. Kemudian menyerahkan nya ke tangan Minhyun.
Minhyun refleks melihat kearah buku ditangan nya, lalu berganti menatap Dafera."Ini yang kata nya si tokoh utama suka bilang jangan rindu berat ya?" Minhyun memperhatikan buku di tangan nya, membolak-balikkan nya tanpa minat untuk membeli.
"Rupanya cewek jaman sekarang suka digombalin ya. Saya gabisa gombal bisa apa dong?" Minhyun menaruh buku di tempat nya semula, ia menyandarkan diri nya pada sisi rak yang terlihat kokoh itu, kedua bola mata nya menatap Dafera intens.
Dafera mengedarkan pandangan nya kearah lain, pertanyaan serta tatapan Minhyun berhasil membuat nya salah tingkah. Ia juga tak tahu bagaimana merespon ucapan Minhyun.
"O-om jadi ga beli buku nya? Kalau engga mending kita pulang aja." Dafera mengalihkan topik pembicaraan. Sudah hampir satu setengah jam mereka disini, tapi Minhyun belum menjatuhkan pilihan buku mana yang akan ia beli.
"Yaudah, kita mending pulang aja. Lagian saya ga ada waktu luang buat baca buku romansa begini."
Dafera mendengus sebal. Untung kesabaran yang ada dalam diri Dafera tak bisa dihitung jumlah nya, kalau tidak mungkin Dafera sudah kabur dari Minhyun sejak tadi.
"Tangan nya boleh saya gandeng?" Tanya Minhyun. Sontak Dafera mendongakkan kepala kearah Minhyun. Gandeng aja minta izin? Kalau mau gandeng ya gandeng aja lagi. Pake ditanya, tapi Dafera menghargai pertanyaan Minhyun barusan, Dafera anggap itu sebagai permintaan izin Minhyun.
"Boleh," Jawab Dafera tersenyum canggung.
"Tangan kamu kecil ya, saya jadi gemes." Minhyun berhasil menggandeng erat tangan Dafera, menuntun nya segera masuk kedalam lift. Sementara Dafera diam membisu, berusaha mengontrol detak jantung nya yang tiba-tiba memburu. Rasanya Minhyun tidak perlu belajar menjadi romantis, begini saja sudah membuat hati Dafera berdebar-debar.
"Nanti kalau saya ajak ketemu ayah lagi mau ya. Beliau pulang tiga hari lagi," Ungkap Minhyun saat mereka sudah menapaki lantai dasar mall. Sebenarnya ayah Minhyun sudah ada dirumah sejak dua hari yang lalu, namun beliau harus pergi keluar kota mengurusi beberapa permasalahan pembukaan lahan.
"O-om serius ngajakin aku lagi? Aku takut om." Dafera menghentikan langkah nya sejenak, ia tidak yakin kalau harus secepat ini. Yang ia tahu kalau laki-laki mengenalkan perempuan pada keluarga nya, berarti akan terjadi hubungan yang lebih serius. Apalagi ditambah Minhyun yang katanya tak pernah membawa seorang gadis di hadapan keluarga nya.
"Kenapa?"
"Ayah nya om serem kalau ngeliat aku." Dafera menghembuskan napas berat. Ia merasa ayah Minhyun tak begitu menyukai Dafera, beda halnya dengan sang mamah yang seperti nya menerima Dafera dengan senang hati.
"Ayah saya ga gigit kok."
***
Sore nya Dafera kembali ke rumah Sungwoon, pria dengan profesi dosen itu rupanya sudah pulang kerumah sejak tadi. Terlihat dari baju nya yang sudah berganti menjadi pakaian santai.
"Freon lagi marah Daf sama saya, tolong bujuk dia buat makan ya. Ga usah private dulu juga gapapa," Ujar Sungwoon tersenyum sekilas. Dafera mengangguk paham.
Kedua kaki nya menderap kearah kamar Freon, saat Dafera memanggil nama bocah itu untuk pertama kali nya, pintu kamar itu terbuka. Menampilkan Freon dengan wajah yang ditekuk sempurna.
"Hei kenapa?" Dafera menyamakan tinggi nya dengan tinggi Freon, ia mengusap kepala Freon lembut. Bocah kecil itu hanya diam, masih melipat tangan nya di depan dada.
"Daddy engga mau beliin Freon buku lagi." Dafera mengalihkan pandangan nya ke dalam kamar Freon. Disana terdapat rak kecil dengan deretan buku-buku cerita yang di dominasi dengan cerita fabel berbahasa Inggris.
"Kan buku nya udah banyak, beberapa bulan lagi Freon masuk ke sekolah kan? Nanti beli nya buku sekolah aja," Nasehat Dafera. Freon tetap diam di tempat.
"Freon? Laper?" Tanya Dafera, bocah laki-laki menggeleng ragu.
"Beneran? Mau ga kalau sissi bikinin nasi goreng?"
Freon nampak berpikir sejenak, ia kemudian mengangguk. Dafera tersenyum, ia membawa Freon ke dapur.
"Bi, saya izin masak ya?"
"Oh iya non, silakan. Mau bibi bantu?"
"Ga udah bi, makasih."
Dafera mencuci tangan nya sebelum mengambil bahan masakan di dalam lemari pendingin. Tas selempang ia taruh di hadapan Freon yang sedang duduk tenang di kursi meja makan.
Lima menit kemudian ponsel Dafera bergetar, Freon meminta izin untuk membuka tas selempang milik Dafera.
"Siapa?" Tanya Dafera melirik Freon sejenak. Freon berusaha mengeja nama yang tertera di layar ponsel Dafera dengan benar.
"Ini ada dua pesan dari bang Daniyel, sama—— om Mih- hun?"
****
Hai, ada yang nunggu
aku update?Jangan lupa Vomment ya ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar ⊹ Minhyun ft. Jihoon
Fanfiction[ Hiatus ] When 27th fall in love with 18th © loosesage