82

161 33 0
                                    

Siapin tisu ya













Minhyun merengkuh bayi mungil nya dalam gendongan hangat nya, ia mengecup nya berkali-kali tanda sangat bahagia melihat buah hati nya telah lahir kedunia dengan selamat. Air mata bahkan sempat meluncur dari sudut mata Minhyun begitu suara tangis itu pertama kali terdengar di telinga.

Bayi mungil dalam gendongan nya seperti minta di peluk sang mama dengan erat, namun Minhyun tak bisa melakukan nya sekarang.

Detik selanjutnya, langkah berat Daniel terdengar, pria itu terlihat sama berantakan nya dengan Minhyun. Sementara papa mereka terus saja duduk termangu di kursi ruang tunggu.

Daniel semakin mendekat kearah Minhyun yang entah sejak kapan pria itu sudah bisa menggendong bayi tanpa susah payah. Sementara, Daniel sendiri tahu kalau Minhyun tidak berpengalaman.

"Cantik ya, mirip Dafera," Ucap Daniel tersenyum, meski mata nya dapat menggambarkan banyak sekali ke khawatiran dan juga kepedihan.

Minhyun menatap putri nya dengan seksama, Minhyun mengulum senyum tanda menyetujui ucapan Daniel. Minhyun dan Dafera sudah sama-sama enak untuk di pandang, apalagi anak nya yang masih menggemaskan.

"Sebentar ya, papa ke ruang administrasi dulu," Pamit beliau meninggal kan Minhyun dan Daniel yang ada di ruang tunggu. Kaki nya yang dibalut celana bahan hitam melangkah dengan perlahan, terkesan ragu dan tak memiliki tenaga untuk berjalan. Bukan otot kaki yang stamina nya berkurang, namun akibat terlalu lelah menunggu sampai tak bisa menerima keadaan.

Disisi lain, Daniel terus melayangkan tatapan haru nya. Sesekali ia ikut mengobroli Minhyun agar pria itu tidak terlalu sedih dan juga terpuruk.

"Mau kasih nama siapa ya, niel?" Celetuk Minhyun. Suara nya parau, kantung mata nya terlihat lebih bengkak dari sebelum nya, jangan lupakan penampilan berantakan nya yang panas.

"Hm....," Daniel berdeham. Ia sudah kehabisan energi untuk sekedar membalas dengan sepatah dua patah kalimat. Kaki nya masih bergetar meski sudah mendudukkan diri dengan nyaman bersama Minhyun di kursi ruang tunggu.

Keheningan melingkupi mereka berdua, tidak ada yang mau memulai percakapan karena terlalu lelah. Selama hampir seharian mereka berada di sini, menunggu operasi selesai dan bergantian menjaga Dafera yang masih belum sadar pasca operasi.

Panggul Dafera yang kecil, ditambah bayi kembar yang ada dalam rahim Dafera membuat wanita itu harus melahirkan dengan operasi caesar dengan konsekunsi yang lebih berat daripada melahirkan dengan normal. Dafera harus dirawat intensif agar kondisi nya membaik, sayatan di perut nya juga harus nya pulih selama empat sampai enam minggu—pasti akan sulit bagi Dafera untuk melakukan kegiatan sehari-hari.

"Dafera ga pernah bilang bayi nya kembar." Minhyun melirik Daniel. Ya, Dafera juga tidak pernah mengatakan hal tersebut pada Daniel, karena pada dasarnya Dafera sengaja menyembunyikan hal tersebut.

"Lu mau disini aja atau ikut gue ke pemakaman?" Tanya Daniel bangkit dari duduk nya. Bebera detik Minhyun nampak berpikir, kemudian menggelengkan kepala nya. Ia merasa tidak mempunyai tenaga yang lebih untuk melihat buah hati nya yang di simpan dalam peti lalu peti tersebut di timbun oleh tanah.

"Yaudah, gue pergi dulu ya. Ati-ati disini, jangan pingsan mendadak." Pesan Daniel sebelum ia melangkah pergi. Minhyun tertawa kecil menghilangkan ke khawatiran Daniel.

***

Tangan dingin diatas bed dengan dibalut seprai berwarna biru laut itu berhasil Minhyun genggam lagi setelah hampir 32 jam berlalu, Minhyun rasa nya tidak siap melihat tubuh Dafera yang terbaring lemah. Selama 32 jam itu, Minhyun terus berada di samping putri kecil nya.

Minhyun menggenggam tangan Dafera erat, berharap wanita nya itu segera membuka kedua bola mata indah nya yang menawan. Minhyun terlihat rapuh, meski asa nya masih kuat untuk menopang harapan jika Dafera akan segera sadar.

"Kamu engga kangen aku ya, sayang? Udah hampir empat hari kamu gini. Engga kasian ya sama aku?" Minhyun berbicara pada Dafera, lebih tepat nya bermonolog karena mana mungkin Dafera akan mendengar serta membalas ucapan nya.

"Daf, maaf soal kemarin-kemarin itu. Mas udah nerima kamu, semuanya, buah hati kita. Kamu ga mau kita bikin foto keluarga yang dipajang di  kamar kita lebih dulu?" Napas Minhyun terdengar mulai berat, suara nya juga parau.

Tidak, Minhyun tidak boleh kehilangan harapan. Dafera pasti akan baik-baik saja, Dafera hanya tidur sementara karena lelah.

"Mas tau kamu cuma tidur sementara. Mas janji disini terus temenin kamu, cepet bangun ya." Minhyun mengelus pipi Dafera, seperti sengaja agar Dafera terganggu dari tidur nya.

"Hyun."

"Hm?" Balas Minhyun tanpa menolehkan kepala nya ke arah belakang dimana Daniel berdiri terpaku melihat punggung Minhyun yang terlihat bergetar.

"Makan dulu sana, lu udah tiga hari belum makan, jangan nyiksa diri lu sendiri deh!" Daniel menekan kata-kata nya, ada rasa terbesit dalam hati kecil nya ketika melihat penampilan Minhyun. Ingin sekali ia memeluk Minhyun, tapi itu tidak mungkin. Yang bisa Daniel lakukan hanya menepuk bahu sahabat nya berkali-kali.

"Gue gak mau pergi dari sini."

"Hyun."

"Apasih Daniel?!" Minhyun akhirnya menolehkan kepala nya ke arah Daniel, wajah nya sudah kesal dan emosi nya mulai berapi-api. Daniel tersentak dengan balasan Minhyun.

Daniel menyesal sudah membuat Minhyun marah. Sumpah, ia tidak bermaksud begitu.

"Mas...,"

Disaat deruan napas nya tak beraturan karena menahan emosi, suara dari balik punggung nya berhasil mengalihkan atensi Minhyun. Segera saja Minhyun menghampiri Dafera, sementara Daniel dengan binar mata senang nya memencet tombol diatas kepala ranjang yang ditempati Dafera.

Tak lama dokter datang untuk memeriksa Dafera, dua petugas medis lain nya menyuntikkan cairan bening kedalam botol infus dan juga mengatur selang infus.

Minhyun masa bodoh dengan apa yang dikatakan dokter, ia lebih memfokuskan atensi nya pada Dafera. Kedua tangan nya terus menggenggam tangan Dafera yang sekarang bergetar.

"Perut aku sakit, mas," Lirih Dafera memandangi Minhyun. Di lain sisi dokter tengah berbincang bersama Daniel, mereka baru saja keluar dari ruang rawat Dafera.

"Kamu yang kuat ya." Minhyun mencium punggung tangan Dafera.

Dafera tersenyum sebagai respon atas ucapan Minhyun, sebenarnya Dafera sudah sadar sejak Minhyun terus memohon agar ia bangun. Daniel sudah menyadari nya, namun tidak dengan Minhyun.

"Mas makan dulu sana, aku ga mau ngeliat mas kalau mas belum makan." Dafera ikut menggenggam tangan Minhyun.

"A-a itu, kamu juga belum makan. Kita makan bareng aja ya."

Minhyun memeriksa lemari, setau nya lemari besi itu berisi lumayan banyak makanan enak.

"Kamu mau apa?"

"Mas aja yang makan, mulut aku masih pahit banget." Dafera menolehkan kepala nya kearah Minhyun yang sibuk melihat-lihat isi lemari. Selera makan Dafera terasa sudah tertelan bumi, hilang.

Minhyun kikuk ditempat. Bingung karena ia kehabisan kata-kata nya untuk memaksa Dafera makan. Terpaksa Minhyun memakan makanan yang seharusnya dimakan oleh pasien rumah sakit.

"Kenapa?" Minhyun mengernyitkan dahi nya ketika ia menyadari Dafera terus melihat kearah nya.

"Hm? Aku liat kamu makan aja udah kenyang, mas."

Sontak mata Minhyun membola, ia merasakan sesuatu menggelitik perut nya, kehangatan menjalari kedua pipi Minhyun.

Siapa yang mengajarkan Dafera seperti ini?



***

Ini kurang nya banyak bgt dong hehehehe

Selamat malam Minggu 💜

Sugar ⊹ Minhyun ft. JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang