Minhyun bangun dari tidur nya, ia melirik seisi ruangan. Kemudian fokus nya segera beralih pada Dafera yang sedang tidur di samping nya. Tangan kanan Minhyun merasakan genggaman tangan Dafera yang masih tertaut meski wanita itu sedang tidur.
Minhyun mendekatkan diri nya, mengecup kedua pipi Dafer secara bergantian. Guratan senyum itu langsung muncul di wajah Minhyun. Jam di dinding menunjukkan pukul dua pagi, dan sekarang Minhyun sudah terjaga.Minhyun merasa perut nya minta diisi, ia ingin sekali bangkit untuk mencari makan dirumah mertua nya. Namun karena ia tak tega membuat gerakan tiba-tiba pada tangan Dafera membuat Minhyun mengurungkan niat nya.
Ia terus memandangi wajah Dafera yang begitu damai saat sedang tidur, ah sudah lama rasanya ia memperhatikan Dafera seintens ini.
Semalam Minhyun dan Dafera hanya bisa berdiam di kamar, untung nya Daniel berbaik hati menghantarkan makanan untuk mereka berdua. Meski harus ada ledekan-ledekan menyebalkan dari Daniel. Kakak ipar nya itu sudah sering menjahili Minhyun.
Minhyun mengerjapkan matanya, wajah nya masih terlihat pucat, suhu badan nya juga panas berbanding terbalik dengan suhu kamar yang dingin akibat AC yang terus menyala.
"Mas udah bangun?"
Suara Dafera yang setengah berbisik menimbulkan reaksi berlebihan dari Minhyun, pria itu terlihat begitu kikuk kala Dafera melayangkan tatapan lembut. Sedetik kemudian, Dafera berusaha bangkit untuk bisa duduk menyandar pada kepala kasur dengan nyaman. Minhyun dengan senang hati membantu Dafera, pria itu belum mampu mengucapkan kalimat-kalimat nya.
"Kamu kenapa ga tidur lagi?" Pertanyaan itu muncul setelah Dafera berhasil duduk, meyandarkan kepala nya dengan nyaman pada bahu Minhyun. Dafera mendongak sejemang, kemudian melanjutkan acara sender menyender nya pada Minhyun.
"Susah kalau udah bangun terus tidur lagi, mas." Dafera memejamkan mata nya menikmati aroma menyenangkan yang ia rindukan, parfum Minhyun yang selalu ia sukai kini kembali menggelitik dalam indra penciuman nya.
Minhyun menggerakkan tangan, merangkul Dafera dengan hangat. Pria itu juga sesekali mengecup pucuk kepala Dafera tanpa malu lagi. Toh, semua orang akan melakukan hal yang sama bila sudah berdekatan dengan orang yang disayangi nya.
"Aku seneng pagi ini aku bisa ngeliat kamu, setelah beberapa kali di ajakin ketemu sama kamu lewat mimpi, akhir nya kita beneran ketemu. Kamu dateng buat jaga aku, kamu dateng buat mengisi kekosongan ku, mas."
Minhyun cukup tertegun ketika Dafera mengucapkan rentetan kalimat yang berhasil membuat nya tersenyum. Sedikit bingung karena bagaimana bisa Dafera merangkai kata-kata itu, rasanya Minhyun jarang mendengar penuturan seperti itu dari Dafera.
"Tangan kamu panas, mas." Dafera membuka mata nya, leher belakang nya bisa merasakan lengan Minhyun. Dafera sontak menempelkan punggung tangan nya pada dahi Minhyun.
"Mas, kamu demam. Aku kompres dulu ya," Ujar Dafera. Raut khawatir nya untuk Minhyun benar-benar kentara, Minhyun merasa menyesal karena kembali pada Dafera disaat keadaan nya sedang payah begini.
"Aku ga kenapa-napa, daf. Ini sih demam biasa aja," Elak Minhyun sebisa mungkin menghentikan pergerakan langkah kaki Dafera yang sudah mencapai ambang pintu. Minhyun menarik pelan pergelangan tangan Dafera.
"Kamu jangan bilang gapapa terus dong, mas. Aku khawatir sama kamu, hari ini kamu harus nurut sama aku." Alis Dafera seakan beradu layak nya orang marah, namun tatapan sendu nya tak bisa membohongi Minhyun sama sekali.
"Yaudah iya, kamu kompres aku. Tapi aku ikut temenin kamu ke dapur nya, takut ada apa-apa." Tangan besar Minhyun mengacak rambut Dafera.
Kali ini tidak ada penolakan dari Dafera, dengan senang hati wanita itu berjalan berdampingan dengan Minhyun.
"Kalian sudah bangun ya rupanya," Tutur nya lembut. Kedua nya memandang lurus ke depan, di mana papa Dafera sedang mengaduk cairan berwarna hitam di dalam gelas nya. Minhyun merasa kaku ditempat, seperti kedapatan melakukan hal yang tak seharusnya ia lakukan di depan mertua nya. Meski hanya menggandeng erat Dafera, namun Minhyun merasa tidak yakin karena tatapan mertua nya yang tiba-tiba menajam.
"Pa, Minhyun lagi sakit. Jangan aneh-aneh dulu," Ungkap Dafera menghembuskan napas nya. Sepersekian detik berikut nya, papa Dafera tertawa pelan. Ia menggelengkan kepala nya heran.
"Ya baiklah, papa ga akan aneh-aneh hari ini. Papa tinggal ya," Pamit nya segera meninggalkan kursi kayu yang cukup tinggi di meja makan. Dafera memandangi punggung papa nya, apa mungkin beliau tidak tidur malam ini.
Minhyun diam ditempat nya dengan tenang, barusan ia seperti dipaksa merasakan atmosfer dingin dari mertuanya.
"Pagi-pagi udah berduaan aja lu disini." Jaehwan keluar dari kamar yang ia tempati, kamar berukuran lumayan besar yang berada di sebelah kamar Daniel. Jaehwan berjalan mendekat ke arah mereka, Dafera menyalakan lampu yang lebih terang dari sebelum nya.
"Tumben lu udah bangun jam segini," Balas Minhyun dengan suara lemas nya. Jaehwan mengucek mata nya pelan, belum sempat menjawab ia sudah berlari kecil menuju ke depan kulkas besar di sudut ruangan.
"Mas tidur lagi ya abis ini." Dafera kembali mendudukkan diri nya di samping Minhyun. Ia memeras handuk kecil yang sudah ia rendam dengan air dingin.
"Ga ngantuk, daf."
Dafera memegangi dahi Minhyun dengan kompresan, ia bisa melihat kedua mata Minhyun yang menunjukkan tanda bahwa ia mengantuk.
"Harus tidur, mas. Kalau kaya gini terus, emang kamu tega ngebiarin aku megangin dahi kamu begini?" Dafera mengerucutkan bibir nya. Minhyun tidak menggubris dengan cepat, ia memejamkan mata nya sejenak merasakan kehangatan bila berdekatan dengan Dafera.
"Minhyun kenapa sih, daf?" Jaehwan menaruh gelas berisi jus apel di atas meja, ia juga mendudukkan dirinya di hadapan Minhyun yang kini sedang memejamkan mata nya. Jaehwan sudah tahu kalau Minhyun sakit, tapi ia hanya ingin mencairkan suasana antara dirinya dan Dafera.
"Sakit, om. Kayaknya kecepean, tapi mas Minhyun ga mau tidur." Dafera melirik Jaehwan sekilas, sementara tangan nya masih memegangi handuk yang ia tempelkan di dahi Minhyun.
Jaehwan mengulum senyum, ia sedikit tidak nyaman bila di panggil dengan embel-embel om. Otak Jaehwan terus berputar, mencari ide bagus agar bisa menjahili Minhyun. Namun, ketika melihat Dafera yang kerepotan membuat niat nya menguap.
"Hyun, lu tidur aja lagi. Itu kasian Dafera nya, ngertiin dikit kek. Dia juga butuh istirahat penuh lah, ga cuma lu doang," Ungkap Jaehwan secara serius.
Minhyun berdeham ketika mendengar penuturan sahabat nya itu. Minhyun membuka mata nya lagi. Jaehwan benar, Dafera juga butuh istirahat.
"Anterin gue ke kamar." Minhyun memberi kode pada Jaehwan agar pria itu mau membantu Minhyun berjalan menuju kamar.
"Loh mas, kan ada aku yang bisa bantuin kamu." Dafera mendelik ke arah Minhyun dengan sebal, ia melepaskan kontak antara handuk dan dahi mulus Minhyun.
"Udah daf, kasian kamu nya. Biar gue aja yang mapah Minhyun ke kamar."
"Maaf ya sayang, aku tolak bantuan kamu kali ini. Aku ga tega liat kamu kesusahan jalan sama aku."
***
Jaehwan be like : halah bct lu
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar ⊹ Minhyun ft. Jihoon
Fanfiction[ Hiatus ] When 27th fall in love with 18th © loosesage