21

323 48 2
                                    

Pagi Minggu ini, Dafera menyempatkan diri untuk car free day bersama Daniel dan juga Guanlin. Dengan celana olahraga panjang dan juga baju setengah lengan berwarna hijau, Dafera nampak berbeda pagi ini.

Dia berada di belakang Daniel, pria itu masih bersemangat sampai sekarang. Sudah hampir satu jam mereka disini, Daniel memutar tubuh nya ke arah Dafera.

"Capek?" Tany Daniel memastikan, Dafera menggeleng cepat. Ia berusaha menyamakan jalan nya bersama Guanlin.

"Beli sarapan dulu yuk. Laper nih," Ucap Guanlin menghentikan langkah nya. Daniel mengangangguk setuju, kemudian menarik lengan Daf agar mengikuti langkah nya.

"Bang, bubur ayam nya tiga ya!" Guanlin berteriak, penjual bubur ayam dengan sigap mengacungkan jempol dan mulai membuat pesanan Guanlin.

"Makanya yaelah Daf, sering-sering olahraga. Baru segini aja udah melempem," Cibir Guanlin melihat Dafera yang menelungkupkan wajah nya di meja.

Dafera tidak menanggapi sama sekali, ia sedang sibuk mengatur napas nya. Badan nya merasakan hawa panas, disusul dengan keringat yang mulai bercucuran.

"Ini pesanan nya mas, kalau kurang sesuatu bilang aja ya." Abang-abang penjual bubur meletakkan tiga mangkuk berisi bubur di meja, Guanlin menggeser nya ke Daniel, dan juga Dafera.

"Makasih ye bang." Guanlin tersenyum, ia mulai mengaduk bubur ayam nya.

"Doa dulu, lin." Daniel menjeda aktifitas Guanlin, setelah Dafera duduk dengan posisi normal, mereka berdoa bersama.

Daniel menikmati sarapan nya kali ini, jarang-jarang ia memakan bubur ayam. Hampir dua tahun ia tak merasakan betapa lezat nya makanan ini. Sementara Guanlin, memakan bubur nya dengan santai sembari mendengarkan lagu yang terputar menggunakan headset bluetooth nya.

"Habis ini pulang yaa? Jangan lari lagi, perut Daf udah sakit." Dafera memasang wajah memelas ke arah Daniel yang ada di hadapan nya.

"Iya, sekarang makan dulu aja." Daniel tersenyum, dibalik senyum nya ada rasa khawatir yang melanda. Jangan sampai Dafera jatuh sakit lagi karena kelelahan.

Guanlin dan Daniel sudah selesai menghabisi satu porsi bubur ayam, sementara bubur di mangkuk Dafera masih tersisa setengah.

"Heuh lama banget sih Daf, mau gue bantuin ga?" Tawar Guanlin mengangkat kembali sendok nya ke udara. Dafera menoleh, berpikir sejenak, kemudian mengangangguk kan kepala nya.

Daniel melirik mereka berdua, terlihat sepasang kekasih yang makan saja semangkuk berdua. Daniel menjadi teringat pada seseorang di China sana.

"Bang Daniel nih pagi-pagi ngelamun, ayo pulang!" Dafera menepuk pelan punggung tangan kakak nya itu. Daniel bangkit dari duduk nya dan menyusul Dafera serta Guanlin yang berjalan beriringan.

"Tadi bubur nya udah dibayar kan?" Daniel ikut berjalan di samping Dafera, Guanlin mengangguk cepat. Mereka bertiga berjalan sesekali melakukan peregangan otot.

"Dafera mau gendong gak?" Tawar Guanlin berhenti melihat wajah Dafera sekilas, terlihat lebih segar dari sebelum nya.

"Ga usah lin, udah gapapa kok. Cuma jalan doang ini." Dafera tersenyum, ia mempercepat langkah nya agar tak tertinggal oleh Daniel.

Sekitar lima belas menit, mereka akhirnya sampai di depan rumah Daniel dan juga Dafera.
Danie sempat menawari Guanlin untuk mampir, namun cowok tinggi itu menolak nya lembut.

"Lurusin kaki nya Daf, jangan nekuk gitu!" Daniel meluruskan kaki Dafera dengan paksa.

"Nanti siang ada temen-temen abang, Daf dikamar aja ya?"

"Daf mau kerumah Guanlin aja. Bantuin dia ngerjain tugas!" Teriak Daf yang sedang berlari kearah kamar nya.

***

"Eh Daf? Lu telat kesini nya, tugas gue udah selesai semua." Guanlin membukakan pintu untuk Dafera, kemudian menyuruh nya untuk segera masuk.

"Pintu nya dibuka aja ya, panas." Guanlin mengibaskan-ngibaskan kertas karton yang ia pegang. Guanlin juga nampak tak betah tinggal dirumah ini, maklum saja Guanlin dari kecil tidak pernah tinggal dirumah tanpa AC.

"Ga betah ya lin disini?" Tanya Dafera, ia melihat beberapa buku tebal milik Guanlin yang ada dilantai. Pasti Guanlin mengerjakan tugas nya sambil tiduran, mencari suhu dingin di lantai lebih tepat nya.

"Bukan ga betah, cuma belum betah aja," Jawab Guanlin dingin. Ia berjalan ke arah dapur meninggalkan Dafera diruang tamu.

"Minum Daf." Guanlin menaruh gelas kosong beserta satu botol air mineral berukuran satu liter di atas meja.

"Makasih lin." Dafera tersenyum sekilas, ia kemudian teringat dengan ucapan Minhyun yang meminta bantuan nya.

"Guanlin ga kangen rumah?" Daf bersuara pelan, takut kalau Guanlin tersinggung karena ucapan nya.

"Kangen sih, apalagi sama papah..." Pandangan mata Guanlin terkesan kosong saat memandang Dafera.

"Tapi gue ga suka sama mamah baru gue, dia jahat. Setahu gue, mamah baru gue itu cuma mau harta papah gue aja." Guanlin menarik salah satu sudut bibir nya, membentuk sebuah senyum sinis disana.

Minhyun dan Guanlin memiliki mamah dan ayah baru. Keluarga mereka memang seperti itu, itu masalah yang cukup rumit dan menarik bagi Dafera.

"Ya makanya Guanlin pulang kerumah, biar harta papah Guanlin itu ga jatuh ke tangan mamah baru Guanlin," Tutur Daf sedikit menekan kata-kata nya.

"Tapi gue males liat muka nya Daf, pengen muntah pelangi aja rasanya." Guanlin tertawa hambar.

"Besok pokoknya Guanlin balik kerumah, temuin papah minta maaf sama beliau. Kasian kan khawatir."

***

Ini aku mau nanya

Cara penyampaian aku
di cerita kali ini, belibet atau ga?

Aku takut kalian bingung:(

Hari ini aku ga berangkat
kesekolah karena sakit 😂
Maaf kalau typo bertebaran 😅

Sugar ⊹ Minhyun ft. JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang