Selamat pagi!
Have nice day:))Langit menggelap sebelum waktunya, kilat mulai terdengar seakan menjadi pertanda air dari langit akan segera turun membasahi tanah.
Minhyun memandang keluar jendela mobil, perasaan khawatir terus menggerogoti hati nya.
Rasa khawatir itu juga yang mendorong Minhyun untuk segera pulang ke rumah baru nya.Jalanan yang sarat akan kendaraan membuat Minhyun menahan kekesalan, ia ingin cepat-cepat pulang kerumah. Memastikan keadaan Dafera yang semoga baik-baik saja. Detik itu juga, Minhyun merutuki diri nya sendiri, seharusnya ia membantu istri nya merapikan rumah, bukan menuruti kemauan Dafera yang menyuruh nya berangkat kerja.
Minhyun sudah mengirimi Daniel pesan agar pria itu membantu Dafera, tapi Daniel sama sekali tidak melihat bahkan membaca pesan nya. Minhyun menemukan keanehan pada Daniel, yang akhir-akhir ini sering menghabiskan waktu nya untuk tidur dan bermanja dengan kucing peliharaan nya.
Minhyun menetralkan pikiran nya, ia tidak mau berpikiran yang tidak-tidak.
Begitu mobil nya memasuki area perumahan, perasaan Minhyun sedikit lega."Daf!" Panggil Minhyun setelah keluar dari mobil nya, ia memarkir mobil dengan sembarang di halaman. Bahkan tadi, Minhyun hampir menyenggol pot bunga milik Guanlin.
Tidak ada jawaban dari dalam rumah, sementara keadaan rumah kali ini benar-benar sudah rapi, debu dilantai juga sudah tidak terlihat. Dafera nampak nya bekerja terlalu keras.
"Daf..." Panggil Minhyun lagi, kali ini suara nya memelan. Ia menghentikan langkah kaki nya di depan pintu kamar yang tadi pagi telah di pilih Dafera sebagai kamar mereka berdua. Minhyun menghela napas nya sejenak.
"Mas, kamu kenapa?"
Minhyun menoleh ke arah belakang dengan wajah terkejut nya. Dafera mendekati Minhyun yang terpaku ditempat.
"Mas, kamu kenapa?" Tanya Dafera untuk kedua kali nya. Melihat gelagat suami nya, membuat Dafera heran. Minhyun terlihat kebingungan, lengan nya canggung ketika menarik Dafera yang baru saja mandi ke dalam pelukan nya.
"Mas kira kamu kecapean, tau nya seger gini." Minhyun tertawa pelan, tangan besar nya mengusap puncak kepala Dafera lembut.
"Aku gapapa, mas. Tadi bang Daniel bantuin.
Mas mandi gih, kena ujan kan?" Dafera memperhatikan kemeja Minhyun yang basah.
Sementara Minhyun hanya diam, mencerna perkataan Dafera."Tadi Daniel kesini?" Minhyun melepas lengan nya dari bahu Dafera, ia bersiap untuk segera mandi.
"Iya, mas. Kenapa emang nya?"
"Mas pikir dia ga dateng, tapi yaudah kalau dia emang bantuin kamu. Aku mandi dulu ya,"
Dafera mengangguk cepat, selanjutnya Dafera memasuki kamar untuk mengeringkan dan menyisir rambut nya. Dafera duduk di kursi, ia menatap pantulan diri nya di cermin.
Rasanya baru kemarin ia lulus sekolah, dan sekarang ia sudah memiliki kewajiban sebagai istri. Mungkin akan sangat sulit bila Dafera meminta izin pada Minhyun untuk melanjutkan pendidikan nya. Kemudian suara Daniel terngiang di telinga nya 'Minhyun ga suka anak kecil, daf'.
Kuliah atau memiliki anak, Minhyun pasti marah jika Dafera menanyakan hal tersebut.Dafera menghilangkan pikiran buruk nya, Minhyun past bisa ia bujuk. Meskipun sewaktu mereka pergi ke dokter, Minhyun terang-terangan megatakan akan menunda memiliki anak.
Suara langkah kaki Minhyun mulai terdengar, Dafera menghentikan aksi melamun nya. Ia menaruh sisir di tempat nya semula, tangan nya meraih liptint dan mengoles tipis liptint berwarna merah itu ke bibir nya.
"Daf, kamu udah maka—" Manik mata Minhyun melebar ketika melihat Dafera dihadapan nya, baru saja Minhyun membuka pintu. Ia sudah medapati presensi Dafera.
"Mas mau makan? ayo!"
Otak Minhyun seakan blank, barusan Dafera seperti mengajak nya makan, menu makan yang tidak biasa nya.
"Kamu masak apa?" Tanya Minhyun berusaha tersenyum, rasa kaku muncul pada setiap saraf tubuh Minhyun, bahkan penjelasan Dafera yang menyebutkan menu makan malam mereka tidak begitu terdengar jelas di telinga Minhyun.
"Mas!" Sentak Dafera, tangan nya meraih punggung tangan Minhyun yang dingin.
"Hm?" Raut wajah Minhyun yang kikuk begitu kentara, detik berikutnya Dafera tertawa pelan melihat respon Minhyun yang berlebihan.
"Ayo," Ajak Dafera lagi. Ia menarik lengan Minhyun menuju ke ruang makan. Minhyun menurut saja, padahal otak nya terus menolak. Harusnya Minhyun yang memimpin, bukan Dafera, Minhyun tidak boleh menuruti Dafera, sepantasnya Dafera yang harus menuruti Minhyun.
Minhyun menghela napas, selagi menunggu Dafera menyiapkan makan malam. Kali ini Minhyun kehabisan kata-kata untuk memuji Dafera, gadis itu kini terlihat lebih bugar.
"Mas, ada yang mau aku omongin." Dafera meletakkan piring di hadapan Minhyun, pria itu langsung menoleh diikuti anggukan dikepala nya. Dafera menghela napas nya, berharap Minhyun tidak akan marah.
"Mas mau punya anak berapa?" Tanya Dafera memegang sendok dan garpu nya erat. Dada nya bergemuruh ketika melayangkan semua deretan kata itu. Minhyun diam, belum merespon pertanyaan Dafera.
"Kalau, mas emang mau nunda punya anak...
Kira-kira aku boleh kuliah dulu ga?" Lanjut Dafera, kepala nya tertunduk setelah menyelesaikan kalimat barusan. Astaga! Kenapa Minhyun diam saja."Terserah kamu aja, kalau mau kuliah nanti mas biayai."
***
Aku udah nentuin ending
nya gimanaTapi, aku ngerasa bakalan
lama banget nyampe end nyaKira-kira pada bosen ga
kalau baca book ini terus-terusan??Komen ya
Oiya, hari ini jangan lupa nyoblos;)
❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar ⊹ Minhyun ft. Jihoon
Fanfiction[ Hiatus ] When 27th fall in love with 18th © loosesage