Dafera mendorong troli belanjaan nya, ia memilih detergen yang biasanya ia gunakan. Hanya satu yang tersisa disana, Daf cepat-cepat mengambil nya. Namun, tangan lain mengambil detergen tersebut lebih dulu.
"Eh Guanlin," Ucap Dafera, raut wajah nya terkejut ketika mendapati presensi Guanlin di belakang nya.
"Eh hai, mau ngambil ini?" Tanya Guanlin begitu canggung, dari cara nya berdiri saja sudah kentara kalau Guanlin sebenarnya sedikit malas untuk pergi memilih datergen.
"Buat lu aja, gue bisa pilih yang lain," Jawab Dafera tersenyum. Guanlin mengangguk cepat, sekarang mereka berdua seperti orang asing. Padahal dulu mereka terlihat akrab.
"Lin, lama banget kamu. Tante tungguin ga muncul-muncul."
Dafera dan Guanlin sama-sama menoleh ke arah sumber suara, Dafera menelan ludah nya. Bukan nya beliau mamah nya om Minhyun, kenapa bisa mereka bertemu disini.
"Eh Dafera ya, udah lama ga ketemu. Kamu apa kabar sayang? Masih kontakan sama Minhyun?" Tanya beliau dengan wajah berseri, ia menghampiri Dafera kemudian memeluk nya sekilas. Dafera terpaku ditempat, belum pernah Dafera merasakan pelukan sehangat ini.
"Eum aku baik tante, tante gimana kabar nya?" Dafera mengalihkan pembicaraan.
"Tante juga baik, kamu masih sama Minhyun kan?" Tanya Arnita lagi. Dafera bingung harus menjawab apa, ia tersenyum sebelum menjawab nya.
"Ma-masih tante," Jawab Dafera.
"Ya jelas lah cinta nya Dafera ke om Minhyun kan ga ada yang bisa ngalahin," Guanlin meledek Dafera dengan cengiran khas nya.
"Bagus deh kalau gitu, kebetulan nih ketemu disini. Tante boleh ajak kamu ke rumah?"
"Nga-ngapain tante?" Dafera merutuk dirinya sendiri, kenapa dirinya terlihat tidak percaya diri dihadapan Arnita.
"Tante sendirian dirumah, sepi. Guanlin habis ini kan mau kuliah," Ujar Arnita, ia memalankan suara nya. Dafera berpikir sejenak, Guanlin yang berada di belakang sana mengangguk kan kepala, mengatakan 'mau ya' tanpa suara.
"Boleh deh tante," Final Dafera tersenyum. Arnita mengangguk antusias.
***
"Makasih ya lin." Arnita menutup pintu mobil Guanlin, mereka baru pulang kerumah setelah sarapan terlebih dahulu di restoran.
"Hati-hati lin!" Ujar Dafera melambaikan tangan nya, satu tangan lain nya membawa dua kantung plastik berukuran sedang.
Arnita membuka pagar rumah nya, kemudian satpam dengan sigap membantu Arnita membawakan belanjaan. Begitu juga Dafera, namun gadis itu menolak nya. Selagi ia bisa membawa belanjaan nya sendiri, kenapa harus meminta bantuan orang lain.
"Duduk daf, tante buatkan minum dulu ya." Arnita membawa Dafera keruang keluarga.
"Ah ga usah tante, daf ga haus. Tante disini aja katanya mau ngobrol kan," Ungkap Dafera dibarengi dengan senyunan manis nya.
"Kamu adik nya Daniel?" Tanya Arnita mendudukkan diri nya di samping Dafera.
"Eh iya tante, kenal bang Daniel ya?" Kedua nya terlibat antusias saat mengobrol, bagi Arnita Dafera sudah ia anggap seperti anak nya sendiri. Ia dulu kenal baik dengan Dafera sewaktu Dafera berumur tiga tahun, Daniel selalu mengajak adik nya saat bermain bersama Minhyun.
"Kenal, dia kan temen pertama nya Minhyun pas SD." Arnita tersenyum.
"Waktu itu Daniel umur 11 tahun, dia kalau main kesini selalu ngajakin kamu.
Kamu ga inget ya?"Dafera menggeleng kan kepala nya ragu, berarti ia sudah dekat dengan keluarga Minhyun?
Tapi Dafera baru mengetahui Minhyun sejak ia duduk di kelas lima sekolah dasar, waktu itu Minhyun pertama kali menampakkan diri sebagai anak kuliahan yang terlihat cuek.Lagipula Dafera hanya melihat Minhyun sekali, dan Dafera tidak menyangka kalau Minhyun yang membantu nya mengambil sertifikat kelulusan adalah Minhyun yang selalu bersama dengan Daniel.
"Sekarang gimana kabar nya Daniel?" Tanya Arnita.
"Baik tante, bang Daniel sekarang lagi di China."
Arnita tersenyum, kemudian mereka berdua terlarut dalam obrolan santai. Arnita bercerita tentang Minhyun semasa kecil, Dafera sesekali tertawa pelan, Minhyun kecil yang lucu, serta sikap nya yang menggemaskan.
"Minhyun pulang!"
Kedua manik mata Dafera melebar, jantung nya berdetak lebih kencang dari sebelum nya. Dafera pasti berhalusinasi, apa mungkin ini akibat dari Dafera yang menertawai kisah Minhyun semasa kecil yang memegang obat nyamuk yang terbakar.
"Minhyun?" Arnita mengerutkan kening nya.
Dafera pikir hanya dia yang mendengar suara itu, ternyata Arnita juga mendengar nya.
Arnita bangkit dari duduk nya, ia juga menarik tangan Dafera agar gadis itu mengikuti langkah nya.
Ok, Dafera tidak berhalusinasi. Ternyata itu memang Minhyun betulan. Minhyun sedang melepas sepatu nya, ia melepas nya dengan perlahan, kemudian menaruh nya di rak. Minhyun belum melihat presensi Dafera disana.
"Minhyun kamu pulang?" Tanya Arnita begitu terkejut nya, ia menghampiri Minhyun tergesa.
"Iya mah, Minhyun kangen mam—" Minhyun berbalik, kedua manik mata nya lebih dulu menangkap sosok Dafera yang berdiri mematung. Minhyun menggeleng kan kepala nya, tidak mungkin Dafera disini. Itu pasti halusinasi nya akibat rindu Dafera.
"Mamah," Minhyun memeluk Arnita hangat. Ia menjatuhkan kepala nya dibahu sang mamah. Ia benar-benar rindu dengan mamah nya, Minhyun memejamkan matanya beberapa detik. Sampai mata nya kembali terbuka, bayangan Dafera masih berdiri dengan setia disana.
"Mah? Itu Dafera?" Tanya Minhyun melepaskan pelukan nya. Arnita mengangguk cepat, ia tersenyum tipis, Minhyun masih terlihat tak percaya.
"Samperin gih, pacar kamu tuh" Arnita terkekeh. Rasa bahagia nya benar-benar meluap, dan tak bisa ia bendung.
"Eh.." Minhyun menggaruk tengkuk nya yang tak gatal. Jantung Minhyun apa kabar?
***
Haiiii akhirnya yaaa, mereka
ketemu lagi XD
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar ⊹ Minhyun ft. Jihoon
Fanfiction[ Hiatus ] When 27th fall in love with 18th © loosesage