Udah bosen belum? Hehehe
Sorry for typo:''
Dafera mengecek ponsel nya, netra nya menyapu seluruh jalan raya, menyorot segala aktivitas yang dilakukan orang-orang. Hampir setengah jam Dafera duduk di halte, dengan beberapa orang yang melayangkan tatapan yang tak dapat di artikan kearah nya.
"Daf! Ngapain pake baju ginian sih!" Kedatangan Jihoon mengejutkan Dafera, mereka memang sudah sepakat bertemu hari ini. Sepersekian detik kemudian Jihoon melepas jaket nya, menyampirkan jaket tersebut dibahu Dafera.
"Kan dibilang jangan dipake sayang, ini tuh—— ya Tuhan Daf!" Jihoon menjelaskan dengan pelan, namun akhirnya ia menghembuskan napas dan mengacak poni depan nya kasar.
"Apasih hoon?" Kening Dafera masih berkerut, ia menatap heran kearah Jihoon.
"Kurang air ya? Makanya lemot gini. Nih minum," Ungkap Jihoon menyerahkan botol air mineral ketangan Dafera.
"Makasih, tadi ga sadar kalau nepak."
"Ya Tuhan, Daf." Jihoon mengerang frustasi. Untung Dafera berteman baik dengan Jihoon yang notabene nya sangat menghargai seorang perempuan, kalau tidak, ah mungkin Dafera sudah tinggal nama.
"Ya maaf hoon," Muka Dafera berubah masam. Ia benar-benar malu sekarang ini. Jihoon mencoba menahan emosi nya agar tidak meledak, ia mengulum senyum sejemang.
"Iya-iya, jangan diulang lagi. Yaudah ayo," Jihoon melunak, ia menarik Dafera menuju kedalam mobil nya, terparkir tak jauh dari halte.
"Kita mau kemana?" Tanya Dafera dengan polosnya, ia mengeratkan jaket bomber milik Jihoon, kemudian memasang sabuk pengaman.
"Hm? Kerumah mamih yuk," Ajak Jihoon menolehkan kepala nya kearah Dafera, sontak gadis itu menggeleng cepat.
"Rumah mamih tuh jauh hoon, lain kali aja lah kalau Jihoon libur panjang. Sekarang kerumah Daf aja."
"Libur panjang juga cuma tiga hari doang, Daf." Kekeh Jihoon mulai melajukan mobil nya.
"Yah syukuri aja lah hoon, lagian enak kuliah." Tatapan Dafera menerawang lurus kedepan. Jihoon hanya berdeham, melirik Dafera dari spion tengah sekilas.
Hening
"Daf lagi nyari loker ga?"
Dafera menoleh, Jihoon bernapas lega karena Daf terlihat antusias dengan topik pembicaraan nya kali ini.
"Dosen gue lagi nyari guru private buat anak nya yang masih TK, engga di sekolah lagi sih. Dia lebih seneng dirumah, makanya keluar."
"Hm? Dia mau nya homeschooling gitu?" Tanya Dafera, Jihoon mengangguk.
"Tapi itu mah nanti pas dia SD, sekarang butuh nya guru private buat ngajarin CaLisTung. Guru di TK nya ga pada mau, ya terpaksa dosen gue nyari orang lain."
"Daf boleh tuh, hoon." Daf tersenyum sekilas. Tidak ada salah nya mengajari bocah, daripada dirumah tidak ada pekerjaan.
"Serius? Ntar gue telepon nih si bapak nya."
"Serius lah, tapi anak nya baik kan? Ga nakal kaya lu?" Dafera terkekeh geli. Dia ingat bagaimana Jihoon dulu, ganteng sih, tapi ingusan.
"Baik kok, dia kadang suka mampir ke kampus sama supir nya. Tapi dia agak hm gimana yaaa, susah kalau sama orang baru gitu," Tutur Jihoon memarkir mobil nya di halaman rumah Daf.
Dafera melepas sabuk pengaman nya, kedua nya keluar dari mobil secara bersamaan. Jihoon melirik mobil Daniel yang sudah terparkir rapi di garasi.
"Abang lu udah pulang Daf?" Tanya Jihoon mengantungi kunci mobil nya kedalam saku celana. Ia melangkah beriringan bersama Dafera.
"Iya deh kayaknya, tumben banget udah pulang."
Percayalah sekarang, Jihoon merasa terancam akan posisinya dirumah ini setelah Dafera menampakkan senyum tipis, Jihoon tahu betul bagaimana reaksi Dafera ketika menahan rasa gugup nya.
"Makan dulu ya hoon." Dafera membuka pintu lebar, memberi ruang agar Jihoon bisa berjalan dengan leluasa, dalam hati Jihoon hanya bisa bersabar melihat tingkah Dafera. Keduanya melepas sepatu, kemudian menaruh nya di rak ruang tamu.
"Buatin nasgor pokoknya!" Pinta Jihoon terkekeh begitu mereka berdua memasuki ruang tengah, dua pasang mata itu menoleh kearah Dafera dan Jihoon.
"Oh Daf udah pulang," Cicit Jaehwan seperti menyapa Dafera, padahal Dafera tidak terlalu akrab dengan Jaehwan.
"Hehe iya om." Dafera melemparkan senyum ke Jaehwan.
"Anjir gue dipanggil om."
"Lah emang tampang lu kaya om-om," Timpal Minhyun tanpa menoleh kearah Jaehwan, ia menyibukkan diri membaca koran.
"Eh Jihoon." Daniel datang dengan nampan berisi tiga cangkir kopi, ia mempercepat langkah nya begitu melihat presensi Jihoon. Kalau di ingat, ini ke delapan kalinya Daniel bertemu Jihoon secara langsung.
"Hai bang, gimana kabar nya?" Jihoon bertos ria dengan Daniel, tak dipungkiri keduanya sudah seperti kakak beradik, selalu terlihat kompak meskipun berbeda.
"Baik dong, eh mau main ya sama Daf?
Main nya jangan dikamar ya, itu diruang makan aja."Jihoon sontak menggaruk tengkuk nya yang tak gatal, lain hal nya Dafera yang malah melayangkan tatapan tajam kearah Daniel.
"Bahasa lu ambigu bener," Celetuk Jaehwan yang memperhatikan Daniel dan Jihoon secara bergantian.
"Udah yuk hoon!" Dafera akhirnya menarik tangan kiri Jihoon, ia melangkah cepat meninggalkan Daniel beserta teman-teman nya.
"Ih Daf, tadi om Minhyun ngeliatin gue nya serem banget." Kepala Jihoon sesekali menengok ke belakang. Saat tangan Dafera menarik lengan Jihoon, Minhyun dengan tak berdosa nya melayangkan tatapan tajam kearah Jihoon.
"Hm, cepet itu ambil nasi nya di rice cooker." Dafera menyerahkan dua tumpuk piring ke tangan Jihoon. Dengan malas Jihoon menuruti permintaan Dafera.
"Gue yang motong bawang nya dong, Daf!"
Kan rusuh
"Nih potong deh," Dafera menyingkir dari tempat nya. Jihoon dengan sigap mengambil pisau dari tangan Dafera.
Dafera mengambil penggorengan, lalu meletakkan nya diatas kompor.
"Daf, mata gue sakit. Tolong!" Racau Jihoon memegangi matanya, Dafera menghampiri Jihoon.
"Ah Jihoon gobl*k, mata nya jangan dikucek. Kan abis memang bawang, ya nambah perih dong." Dafera menghdapkan tubuh Jihoon kearah nya. Namanya panik, Dafera jadi bingung harus bagaimana.
"Kok lu malah di gobl*kin sih," Jihoon berucap dengan mata memejam. Dafera memutar bola mata nya akibat jengah.
"Ya maaf kelepasan." Dafera membawa Jihoon ke bak cuci piring, kebetulan kosong, jadi Jihoon dengan mudah bisa mencuci muka nya disini.
"Lu bawa gue kemana?"
"Jurang."
"Serius gue hisk." Air mata Jihoon kambali mengalir. Ok, bawang sialan.
"Ini muka nya siniin."
"Kemana?" Jihoon jadi bingung sendiri, sedangkan mata nya kian memanas.
"Mukanya jangan ke gue ih!" Daf menjauhkan diri nya dari Jihoon.
"Tadi katanya." Jihoon jadi merasa serba salah.
"Ke keran Jihoon, harus banget dijelasin!"
Jihoon tidak merespon lagi, ia mengaliri mata nya dengan air secara terus menerus. Pasti sekarang matanya merah.
"Udah belom?" Dafera mengecek Jihoon, ia kembali berdiri di dekat Jihoon.
"Udah," Jawab nya singkat.
"Coba liat." Dafera mengecek mata Jihoon.
"Ehem!"
Kedua nya menolehs secara bersamaan, Dafera mendorong bahu Jihoon dengan cukup keras begiru menyadari posisi nya tak mengenakkan untuk dipandang. Kedua manik mata Dafera mendapati wajah Minhyun yang datar.
Om Minhyun baik-baik aja kan?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar ⊹ Minhyun ft. Jihoon
Fanfiction[ Hiatus ] When 27th fall in love with 18th © loosesage