Hai 👋
udah lama ga muncul 😂"Hyun sebenernya aku juga ga mau kalau di jodohin sama kamu," Ujar Lucy secara tiba-tiba. Gadis itu menoleh ke arah Minhyun yang sedang duduk membaca majalah yang tersedia di dalam pesawat.
"Terus?" Minhyun melipat majalah, menaruh nya ke tempat semula. Minhyun menatap wajah Lucy dengan seksama, takut-takut kalau gadis itu berbohong.
"Aku ga bisa nolak kalau ayah kamu yang bertitah. Aduh hyun, kamu jangan benci aku ya." Raut wajah Lucy sedikit cemberut, kalau saja ayah Minhyun tak memaksa, ia tentu tak akan melakukan semua ini. Lucy juga tidak ingin putus dari kekasih nya yang sekarang berada di Chicago.
"Hyun! ngeliatin nya jangan gitu, sumpah aku takut tau. Lagian aku udah punya pacar, mana mungkin aku putus sama dia. Sementara aku sama dia mau nikah dua tahun lagi," Tutur Lucy menggaruk tengkuk nya yang tak gatal. Minhyun masih belum merespon ucapan Lucy.
"Aku bantuin kamu buat baikan sama si, siapa itu yang kamu ajak makan malam bareng?"
"Dafera," Jawab Minhyun singkat. Ia menekuk kedua tangan nya di depan dada.
"Nah itu! Aku bantuin kamu ngomong baik-baik sama ayah ya, lagian aku kemarin kasian liat dia di sudutin sama ayah."
Minhyun melirik tajam Lucy, ia kurang percaya kalau Lucy mengucapkan kalimat barusan. Bukan nya sewaktu mereka makan malam bersama, wajah Lucy puas melihat Dafera menangis.
Terserahlah, Minhyun tidak peduli dengan Lucy yang kemarin. Harusnya Minhyun percaya Lucy yang sekarang, terang-terangan dia mau membantu Minhyun berbaikan dengan Dafera.
"Kamu lagi engga memperdaya saya kan?" Tanya Minhyun, salah satu sudut bibir nya naik keatas. Terdengar helaan napas dari Lucy.
"Please, kali ini percaya sama aku deh," Tandas Lucy memutar bola mata nya karena kesal. Ia tidak terlali menyukai gaya bicara Minhyun yang kelewat formal, terkesan kaku bila terdengar.
"Dulu diem banget ya hyun, aku kira udah berubah ternyata sampe sekarang masih gitu. Ah pantes sih ga ada yang mau sama kamu, kayaknya kalau aku di jodohin sama kamu juga bakal nolak mentah-mentah." Lucy tertawa meledek.
"Secantik apa sih kamu sampai mau nolak saya mentah-mentah? lagian saya juga ga mau sama kamu."
Lucy cemberut detik itu juga.
"Ya terserah aja deh, aku kasih saran ya. Kayak nya kamu perlu ngubah gaya bicara kamu, biar lebih asik dan orang yang kamu obrolin lebih nyaman. Terus juga sikap kamu hyun, aku liat sih kamu susah berekspresi."
"Udah ah ngantuk." Minhyun memilih memejamkan mata nya. Minhyun sudah lelah mendengar celotehan Lucy. Tapi saran Lucy barusan ada benar nya juga, Minhyun memang perlu merubah gaya bicara serta sikap nya. Tidak ada salahnya kalau Minhyun mencoba.
***
"Daf, jangan lari-lari!" Woojin memperingati. Dia terus mengekori Dafera, melangkah lebih cepat, bahkan Jihoon yang berjalan dengan santai tertinggal jauh dibelakang sana.
Dafera berhenti berlari, ia menoleh kearah belakang, dimana ada Woojin yang berjalan kearah nya.
"Mas lama ah, Jihoon juga. Mana dia?" Tanya Dafera begitu Woojin satu meter dihadapan nya. Woojin menggeleng, ia memilih menarik Dafera, menepi agar tidak menggangu orang yang lewat.
Mereka berdua berdiri di pagar pembatas, dengan kaca tebal dan juga tiang-tiang kokoh, Dafera melihat ke arah lantai satu, dimana disana terdapat bazar buku.
"Nah tuh Jihoon." Woojin menunjuk Jihoon yang berjalan dengan santai, kedua tangan nya ia masukan kedalam saku jaket, layaknya model yang berjalan di catwalk.
"Ga usah tebar pesona deh!" Dafera mencibir, ia menarik lengan Jihoon paksa.
"Tangan gue dingin Daf, makanya dimasukin ke saku." Jihoon kembali memasukkan tangan nya ke dalam saku jaket. Dafera menaikkan kedua bahu nya, terserah Jihoon aja deh.
"Mana sih Freon nya?" Jihoon celingukan, mereka sudah memutari lantai tiga, yang di isi oleh fun world, restoran, dan stan minuman. Sementara Dafera mengetik pesan singkat.
"Om Sungwoon masih dibawah, mau kesini katanya. Yaudah deh kita nunggu disini aja," Ujar Dafera mengunci layar ponsel nya, ia duduk di ujung tangga yang menghubungkan pintu darurat.
"Jangan duduk disitu juga Daf," Peringat Woojin. Dia menarik tangan Dafera agar gadis itu kembali berdiri.
"Terus dimana dong mas?" Tanya Daf, ia akhirnya bangkit dari duduknya, dan kembali berdiri di samping Jihoon.
"Sissi!"
Belum sempat menjawab, Woojin sudah mengalihkan atensi nya ke bocah yang tengah berlari kearah nya, kearah Dafera lebih tepat nya. Jihoon berjongkok, siap menghalangi jalan Freon.
"Ihh awas! Mau nya dipeluk sama Sissi, bukan sama mbul." Freon meronta ketika Jihoon memeluk tubuh kecil nya, Jihoon mendengus sebal saat suara Freon berhasil membuat telinga nya sakit.
"Jihoon, bikin anak saya nangis. Tugas nya saya kasih nilai C loh," Ancam Sungwoon yang baru saja bergabung dengan mereka. Jihoon menatap wajah Sungwoon tidak percaya.
"Yaampun pak, tega banget sih. Kan saya cuma mau main sama Freon." Jihoon memasang wajah malas. Sungwoon hanya terkekeh pelan, kemudian atensi nya beralih pada Freon yang sudah ada di gendongan Dafera. Gadis itu nampak tak keberatan menggendong tubuh Freon.
"Saya nitip Freon dulu ya, saya ada urusan sebentar."
"Haduh yang lama juga gapapa pak, pepet terus aja pak. Jangan sampe gagal nikah, saya dukung pokoknya." Jihoon meledek Sungwoon terang-terangan. Sontak Jihoon mendapat lirikan tajam dari Sungwoon.
"Freon jangan nakal ya." Sungwoon mengelus puncak kepala Freon, Dafera tersenyum sekilas ketika Freon cepat-cepat menganggukan kepala nya.
Sedetik kemudian Sungwoon pergi ke lantai empat, mungkin dia akan menonton bioskop bersama calon mama baru nya Freon.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar ⊹ Minhyun ft. Jihoon
Fanfiction[ Hiatus ] When 27th fall in love with 18th © loosesage