19

323 43 0
                                    


Dafera berjalan ke arah dapur dengan raut wajah  tegang, ia cukup untuk berpapasan dengan Mingyu disana. Bagaimanapun seminggu yang lalu, Mingyu mengomentari segali sesuatu yang Daf lakukan dengan kalimat buruk. Namun, Daf tetap tak marah dengan hal itu.

"Eh eh, ular perebut tahta dateng lagi. Pantes gue kaya terancam." Tawa nya yang khas mengakhiri kalimat nya. Mingyu tepat berbicara di samping Dafera.

"Gimana seru ya jadi perebut, ternyata cukup punya wajah cantik aja kalau mau ngerebut sesuatu. Ah gue nyesel ga jadi cewe aja pas lahir," Lanjut Mingyu dengan nada pelan, dipastikan tidak ada yang mendengar ucapan Mingyu. Daf juga mengabaikan ucapan nya, meski hati nya kali ini bertambah sakit dari sebelum nya.

"Daf, dipanggil Mora dikasir tuh!"

Dafera menoleh, disana ada Ren dengan muka datar nya. Daf hanya mengangangguk dan segera pergi meninggalkan dapur, Ren sebenarnya tahu apa yang dilakukan Mingyu kepada Dafera. Harusnya Ren melaporkan ini ke Guanlin, namun rasa nya tak enak bila melaporkan keburukan teman sendiri.

"Lu sekarang gitu gyu? Heran gue sama lu." Sindir Ren melewati pantry. Ren mengambil dua gelas berukuran sedang di dalam sana. Mingyu sama sekali tak merespon, dia sibuk dengan makanan yang sedang ia sajikan bersama koki yang lain nya.

"Hati-hati gyu, kalau Guanlin tau semua ini. Mungkin dia ga akan segan buat mecat lu." Ren pergi begitu saja dari sisi Mingyu. Pria tinggi dengan kulit sawo matang yang sedang mengenakan celemek itu menoleh sekilas, melihat bahu Ren yang mulai menjauh.

Dafera menemani Mora untuk menjaga kasir, sebenarnya pekerjaan Daf sebagai pengganti Guanlin bukan lah itu. Daf hanya akan mengontrol dan memperhatikan mereka dari jauh, dia hanya perlu duduk memposisikan diri dengan nyaman di kursi kerja. Tapi, namanya Dafera pasti ia tidak enak hati melakukan hal itu.

"Udah lah Daf, kamu duduk aja gih." Mora menggeser Dafera dengan pelan, Dafera hanya bisa mengalah ketika mesin kasir itu dikuasai oleh Mora.

"Habis ini pulang aja Daf, lagian ini udah mau selesai," Ucap Ren yang datang dari dapur. Dia membawa nampan dengan dua gelas caramel matchalatte, dan nenyerahkan nya kepada Mora dan Dafera.

"Ini buat gue? Ga motong gaji kan?" Mata Moa menyipit kearah Ren. Pria itu terkekeh geli.

"Gak lah, kalau lu mau bayar juga gapapa sih," Jawab Ren masih disertai kekehan.

"Makasih ya mas Ren." Dafera dudu di salah satu kursi, tak jauh dari sejoli itu berdiri. Saat Dafera sibuk melamun, Ren malah memperhatikan nya dan sedikit berbisik ke arah Mora.

"Mingyu segitu nya?" Tanya Mora tidak menyangka, bahkan ekspresi kaget tercetak jelas di wajah nya.

"Iya. Untung nya dia ga nanggepin sih, cuma ya aku kan kasian. Dia pasti kepikiran." Ren bersandar pada meja kasir yang cukup tinggi, sesekali ia melirik ke arah Daf yang tengah menikmati caramel matchalatte yang ia buat. Ren tahu bahwa Daf suka sekali dengan matcha.

"Apa laporin aja?" Tanya Mora. Ren menggeleng cepat, ini belum saat nya melaporkan. Pasti suatu saat Mingyu akan menyesali perbuatan nya itu. Mingyu memang sudah biasa dengan mulut pedas nya, sejak dulu. Ren masih ingat saat itu, banyak yang menjadi sasaran mulut pedas nya, dua dari mereka mengundurkan diri dari sini.

***

Minhyun menikmati pekerjaan nya, meski lelah ia tak pernah mengeluh akan hal itu. Sejak dulu, ia selalu di ajarkan untuk bekerja keras. Dan akhirnya kerja keras itu berbuah manis.

Minhyun melihat lembaran-lembaran kertas progress yang cukup pesat dari perusahaan nya.

"Terimakasih laporan nya niel," Ucap Minhyun menutup dokumen yang di berikan Daniel. Pria dengan gigi kelinci itu tersenyum ramah.

"Selamat ya hyun." Daniel memberi sebuah ucapan selamat, Daniel tahu membuat perusahaan semaju itu bukan lah hal yang mudah untuk dilakukan.

"Sekali lagi makasih niel, ini juga berkat doa lu sama Jewan kan?" Minhyun mengulum senyuman, ia menyimpan dokumen tersebut dilaci. Dilirik nya jam berwarna silver yang melingkar indah di tangan nya.

"Gimana kalau kita makan-makan?" Tawar Minhyun dengan wajah antusias. Daniel nampak berpikir, ya tidak ada salah nya kan.

"Boleh juga tuh. Yaudah, gas kerumah Jaehwan" Semangat Daniel, ia beranjak dari duduk nya menyusul Minhyun yang sudah berjalan mendahului.

Kedua nya melangkah keluar ruangan, karyawan yang melewati menyapa Minhyun dan sekaligus Daniel dengan sopan. Daniel merasa bangga, pasti Minhyun sangat disegani disini.

"Ini langsung ke rumah Jaehwan atau beli makanan dulu?" Daniel menghentikan langkah nya sejenak, Minhyun yang akan membuka pintu mobil menoleh begitu saja.

"Beli makan dulu deh ya, kalau dirumah Jaehwan cuma ada lele. Bosen gue."

Minhyun menghela napas nya, kadang ia bertanya dalam hati kenapa dia bisa mempunyai teman seperti Daniel. Bertanya sendiri, jawaban nya juga ia lontarkan sendiri.

***



Indonesia 2:23 am

Sugar ⊹ Minhyun ft. JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang