Hai, jangan? kkk
Semalam tidur Dafera terasa begitu nyenyak karena Daniel yang terus berada di samping nya. Pria itu tidur disebelah Dafera, memeluk erat bantal guling yang sengaja ditaruh untuk memisahkan kedua nya. Begitu dua bola mata nya berhasik terbuka, Dafera melihat wajah Daniel yang damai.
Ia ingin membangunkan nya, namun ketika guratan lelah masih ada di wajah Daniel, Dafera mengurungkan niat nya. Ia bangun lebih dulu untuk mandi dan menyiapkan sarapan.
Semalam Daniel bercerita, ia tidak akan bekerja untuk beberapa bulan kedepan. Rasa lelah itu masih membayangi, dan membuat Daniel merasa tak minat untuk kembali bekerja. Ia akan fokus menjaga Dafera, sampai adik kesayangan nya itu menikah dengan Minhyun.
Setelah membersihkan diri, Dafera menderapkan kaki nya ke dapur. Mencuci beras kemudian menaruh nya di rice cooker. Dafera mengecek lemari pendingin, ia bingung harus memasak apa kali ini. Kalau sup ayam, rasanya bosan.
"Daf," Panggil Daniel berjalan kearah dapur dengan langkah gontai. Pria yang masih mengenakan piama maroon nya itu terlihat masih mengantuk, ia bahkan hampir menabrak pinggiran meja makan.
"Eh abang udah bangun, duduk dulu bang. Daf belum bikin sarapan nih. Bingung," Tutur Dafera mengambil dua buah telur, daun bawang, serta ayam yang sudah Dafera rebus semalam. Daniel tidak mengindahkan permintaan Dafera untuk duduk, ia malah berdiri di samping adik nya yang sedang memotongi daun bawang.
"Mau buat telur dadar sama ayam goreng?" Tanya Daniel terlihat begitu antusias. Dafera mengangguk kan kepala nya sebagai jawaban.
"Yaudah itu aja, abang lagi kangen masakan kamu. Abang mandi dulu ya," Ujar Daniel di iringi senyuman. Dafera menoleh ke arah Daniel yang sekarang berjalan menjauhi nya, untunglah Daniel tidak terlalu menuntut dan tidak cerewet dengan sarapan yang selalu Dafera sajikan.
Tidak butuh waktu lama untuk membuat kedua lauk tersebut, hal itu rasanya mudah bagi semua orang. Dafera mulai menyajikan nya diatas meja, ia juga telah menyiapkan piring beserta peralatan makan berupa sendok dan garpu.
Daniel kembali ke ruang makan, pria itu terlihat begitu segar daripada sebelum nya. Dengan sigap Daniel menarik kursi begitu kedua manik mata nya menangkap telur dadar dan ayam goreng yang sudah tersaji di meja.
Dafera mengambil nasi yang baru saja matang di rice cooker. Daniel tersenyum dengan cerah, begitu juga dengan Dafera, akhirnya mereka bisa seperti dulu lagi.
"Bahagia itu sederhana ya, Daf," Ucap Daniel di tengah-tengah memotong dadar telur menggunakan sendok dan garpu nya.
Dafera mengangguk setuju, tidak ada yang lebih membahagiakan selain bisa makan bersama dengan orang yang kita cintai dan sayangi.Suasana hening beberapa saat, Daniel dan Dafera sibuk mengunyah makanan masing-masing. Kadang Daniel menilik Dafera yang begitu menikmati acara mengunyah makanan nya.
"Bulan depan belum tentu gini lagi ya." Helaan napas Daniel terdengar, ia sudah menghabiskan makanan dipiring nya.
"Abang jangan sedih dong, nanti Daf ga rela nih..." Dafera mengerucutkan bibir nya. Ucapan Daniel mampu membuat nya sedih. Bagaimanapun Daniel tetaplah kakak nya, tidak akan berubah menjadi orang lain meskipun Dafera memiliki sosok lain dalam hidupnya.
"Udah belum? Sini biar abang aja yang cuci piring nya," Tukas Daniel sengaja mengalihkan pembicaraan, berharap Dafera tidak terlalu memikirkan apa yang telah Daniel ucapkan.
"Hari ini jadi keluar sama Minhyun?" Tanya Daniel yang sudah sampai di bak cuci piring. Suara nya yang serak sedikit meninggi agar terdengar oleh Dafera yang masih duduk lumayan jauh dari posisi nya berdiri.
"Jadi. Kalau om Minhyun engga ada acara dadakan," Jawab Dafera menoleh kan kepala nya ke kiri, menatap punggung Daniel yang terbalut baju berbahan tipis dengan seksama.
"Kamu masih manggil dia om? Ga ada niatan mau ganti jadi sayang atau apa gitu?" Tanya Daniel berusaha menggoda Dafera, ia terkikik tanpa suara. Sementara Dafera sendiri merasa geli dan salah tingkah disaat yang bersamaan.
"Daf siap-siap dulu ya, bang." Dafera memundurkan kursi yang ia duduki. Daniel hanya berdeham sebagai jawaban.
***
Minhyun membukakan pintu untuk Dafera, setelah berkonsultasi ke dokter, mengunjungi butik, sekarang Minhyun mengajak Dafera untuk makan siang di salah satu restoran yang berada di salah satu mal.
"Capek?" Tanya Minhyun. Ia berjalan tepat disamping Dafera. Minhyun kembali dilanda kegugupan, detak jantung nya seakan tak mampu untuk di kontrol, padahal bila di ingat Minhyun sudah sering kali berjalan beriringan bersama Dafera.
Dafera menggelengkan kepala nya beberapa kali, bukan dirinya yang lelah, melainkan jantung nya. Berada di samping Minhyun selama hampir tiga jam membuat hati Dafera melemah.
"Beneran ga capek? Terus ini kenapa keringetan?" Minhyun menempelkan punggung tangan nya di dahi Dafera, bermaksud menghapus buliran keringat yang menetes dari kening Dafera.
"Ehh— cuma kepanasan. Gak kenapa-napa kok," Ujar Dafera berupaya sesantai mungkin menanggapi perlakuan Minhyun.
"Habis makan langsung pulang aja ya, kasian kamu nya," Ujar Minhyun tersenyum manis. Dafera memejamkan mata nya sejenak, jantung nya terasa sudah tidak kuat apabila terus diperlakukan semanis ini oleh Minhyun.
"Terserah om aja deh, Daf nurut pokoknya."
Minhyun menyunggingkan senyum, hanya sekilas. Ucapan Dafera secara tidak langsung menunjukkan kalau Dafera memang cocok menjadi pendamping hidup nya.
"Jangan panggil om lagi, aku ngerasa kaya tua banget buat kamu. Padahal usia kita kan cuma terpaut sembilan tahun."
"Hm? Janjian ya sama bang Daniel? Kok pertanyaan nya sama." Dafera meringis seketika, tadi pagi Daniel berujar demikian.
Alih-alih menjawab, Minhyun malah tertawa pelan. Ia membuka pintu restoran dan aroma daging bakar menyapa hidung kedua nya dengan ramah.
Dafera mendudukkan diri nya santai, namun orang yang baru saja masuk ke dalam restoran membuat nya sedikit curiga. Dafera menoleh sekilas ke arah belakang, pria berpakaian serba hitam menggunakan masker dan topi —Dafera merasa familiar dengan orang tersebut.
"Kenapa, Daf?"
Dafera menggeleng kan kepala nya, ia memesan makanan yang sama dengan Minhyun. Sementara menunggu, Minhyun mengedarkan pandangan nya lurus ke depan.
Minhyun merapikan anak rambut Dafera yang menghalangi pandangan nya, Minhyun tersenyum sejenak, jangan lupakan ekspresi Dafera ketika Minhyun berupaya menggoda nya.
"Sejak kapan Daniel jadi intel?"
Daniel ya, emang kurang kerjaan banget.
***
Milih manggil Minhyun
pake sebutan om, kakak atau mas ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar ⊹ Minhyun ft. Jihoon
Fanfiction[ Hiatus ] When 27th fall in love with 18th © loosesage