Belum satu Minggu papa Daniel menelepon -akhirnya hari ini Minhyun pergi ke China dengan bantuan dari Daniel dan Jaehwan yang mengurus semua keberangkatan Minhyun.
Minhyun merapikan lengan sweater nya, tangan nya masih terasa begitu dingin akibat gertakan Daniel yang terus memaksa nya pergi menemui Dafera. Nyali Minhyun seketika menciut tatkala Daniel menyebutkan kata papa dalam setiap rentetan kalimat nya.
"Heh bentar!" Jaehwan menghentikan langkah kaki nya, otomatis Daniel dan Minhyun juga berhenti. Jaehwan langsung dihadiahi tatapan heran oleh kedua teman nya.
"Kok gue mesti ikut kalian sih?" Tanya Jaehwan dipenuhi guratan di kening nya. Jaehwan pikir masalah Minhyun dan Dafera tidak ada pengaruh nya sama sekali untuk dia.
"Ngapain sih lu nanya pas kita udah mau berangkat, ha?" Daniel merasa frustasi dengan teman nya yang satu ini. Sementara Minhyun hanha diam, masih berusaha menenangkan diri nya.
"Gue baru kepikiran sekarang, makanya gue nanya sekarang." Jaehwan tertawa pelan, ia melihat Daniel waspada, takut kalau Daniel akan menyemburnya dengan amukan.
"Udah ah, lu harus ikut. Pokoknya lu harus tahu gimana kaki Minhyun geter-geter pas di depan papa gue," Jawab Daniel dengan enteng. Jaehwan menunjukkan reaksi lain, ia merasa sedikit tertarik untuk melanjutkan langkah nya menuju pintu keberangkatan.
"Oh sekarang lu gitu, Dan?" Minhyun melayangkan tatapan sewot. Mendengar penuturan dari Daniel membuat emosi Minhyun semakin menjadi, pikiran buruk dirinya dengan perlakukan papa Dafera nanti semakin menghantui.
Daniel tidak merespon Minhyun sama sekali. Terlihat pria itu masih sangat kesal pada Minhyun karena kemarin-kemarin menolak pergi menemui Dafera.
"Eh bro! Papa lu kok tau Minhyun sih?" Celetukan Jaehwan barusan langsung membuat kedua nya berhenti, Jaehwan memimpin jalan di depan-belum menyadari kalau kedua teman nya tertinggal.
"Lu enggak ngasih tau papa lu sebelum nya?" Tanya Minhyun menoleh kearah Daniel di samping nya. Pria itu hanya menggeleng kan kepala nya, kemudian melanjutkan langkah lebar nya guna menyusul Jaehwan yang ternyata sekarang ini sedang memikirkan jawaban dari pertanyaan nya sendiri.
"Dafera udah ngasih tau kali, hwan. Lu pusing-pusing amat kayak nya mikirin begituan," Tukas Daniel merasa bosan sendiri dengan sikap Jaehwan.
"Emang iya?" Jaehwan malah bertanya lagi membuat seisi kepala Daniel minta di keluarkan dari tempat nya. Minhyun masih setiap di samping kedua nya, pria itu lagi-lagi hanya bisa diam.
"Papa lu cenayang kali ya?" Tanya Jaehwan lagi, tak lama helaan napas berat Daniel terdengar di telinga nya.
"Enggak berengsek, mana mungkin." Daniel mengubah nada suara nya. Ia sudah terbiasa menghadapi Jaehwan yang terus-terusan bertanya sejak dulu, tapi kali ini entah mengapa Jaehwan dua kali lebih menyebalkan dari biasa nya.
***
Pesawat sudah mendarat dengan selamat tanpa gangguan apapun. Daniel menyeret koper nya perlahan, sementara ia sibuk melihat layar ponsel nya. Mengetikkan sesuatu di kolom pesan.
"Minhyun pucet banget, woi," Bisik Jaehwan tepat di samping telinga Daniel. Pria itu mendongakkan wajah, mengalihkan atensi nya pada Minhyun yang sekarang masih berjalan di samping kiri nya.
"Hyun, kaki lu jangan beneran geter-geter pas depan papa gue. Malu-maluin gue aja lu," Cibir Daniel menepuk bahu Minhyun cukup keras. Daniel telah menyesal dengan ucapan nya sewaktu pagi.
"Katanya papa gue udah nyuruh orang buat jemput kita. Yang jemput udah ada di parkiran, ayo!" Daniel mendahului keduanya. Jaehwan terus berjalan berdampingan dengan Minhyun sesekali menenangkan pria itu. Jaehwan tahu kalau Minhyun memang sudah sakit sejak dua hari yang lalu, itu sebab nya kenapa Minhyun mengenakan pakaian yang lebih tebal dari biasa nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar ⊹ Minhyun ft. Jihoon
Fanfiction[ Hiatus ] When 27th fall in love with 18th © loosesage