23

337 52 0
                                    

Semalam Minhyun mendatangi kamar yang Dafera tempati, ia membawa kotak p3k guna mengobati luka di lutut Dafera. Gadis itu tentu dengan halus menolak nya, tapi Minhyun tetap memaksa.

"Daf, kamu pulang sekarang atau nanti?" Minhyun membuyarkan lamunan Daf, pintu yang sedikit terbuka memunculkan Minhyun yang dibalut kemeja hitam, tumben Minhyun mengenakan kemeja hitam.

"Sekarang aja deh om, aku takut dicariin sama bang Daniel." Daf bangkit dari duduk nya, ia sudah mengganti pakaian nya dengan dress yang Minhyun berikan. Dress itu kebetulan milik adik Minhyun yang telah tiada, ia pergi setahun lalu. Usia nya sebaya dengan Daf.

"Saya kan udah bilang, semalem udah kasih tau Daniel kalau kamu di sini." Ujar Minhyun berjalan mendahului Dafera.

"Om kaya ga tau bang Daniel aja, dia orang nya suka khawatiran." Dafera mengekori Daniel, ia agak kesusahan menuruni tangga karena luka yang ada di lutut nya baru terasa sekarang.

"Yaudah kalau gitu, kamu mau sarapan dulu atau langsung pulang?" Tanya Minhyun berhenti di tengah-tengah anak tangga, bermaksud agar ia melangkah bersama Dafera beriringan.

"Aku ga usah sarapan, om aja sana sarapan. Biar aku tunggu di depan rumah." Ujar Dafera merasa canggung setelah kaki nya berhasil menyentuh lantai marmer. Ruang keluarga langsung menghubungkan ruang makan, dan jelas disana terdapat kedua orang tua Minhyun yang nampak memperhatikan.

"Ga usah deh kalau gitu, saya langsung antar kamu pulang aja. Yuk," Final Minhyun tersenyum sekilas. Dafera mengangangguk  setuju, bagus nya sih begitu, pasal nya kalau ia bergabung menyantap sarapan yang ada informasi Dafera akan di korek oleh kedua orang tua Minhyun.

Minhyun benar-benar mengantar Dafera sampai rumah dengan selamat. Dafera baru saja keluar dari mobil Minhyun, pintu rumah nya sudah terbuka lebat dan menampilkan Daniel.

"Daf, akhirnya pulang juga." Daniel membuka pintu pagar, ia memegangi punggung tangan Dafera, memastikan kalau adiknya baik-baik saja. Tapi, semalam ia mendapat laporan dari Minhyun kalau lutut Dafera lecet akibat jatuh dadi trotoar.

"Lutut kamu kenapa bisa kaya gitu sih? Udah bukan anak kecil lagi kan?" Daniel mencubit pipi Dafera.

"Dia kemarin nangis niel di depan rumah ayah gue, pas gue tegur eh dia malah ngehapus air mata nya terus senyum ceria." Minhyun ikut keluar dari mobil dan menghampiri Daniel. Sontak Daniel melirik Dafera, meminta sebuah penjelasan kenapa ia menangis.

"Gapapa bang yaelah, cuma masalah biasa." Dafera melukiskan senyum di wajah nya, Daniel tidak bisa dibohongi. Senyum itu terlihat palsu dimata nya.

"Kasih tau atau abang ga kasih kamu uang jajan!" Ancam Daniel, sekarang posisi tangan kiri nya mengapit leher Dafera. Membuat gadis itu mengeluh kesakitan.

"Abang main nya ancem-anceman ih, tega." Dafera memasang wajah memelas, kedua manik mata nya kembali ber kaca-kaca. Bukan karena Daniel, ini karena Daf kembali mengingat kejadian dirumah Guanlin.

"Niel, do you remember, we have meeting." Potong  Minhyun memasang wajah datar nya. Daniel menghela napas nya, ia tidak lupa akan hal itu. Tapi sekarang ia benar-benar butuh kejelasan dari Dafera. Jarang-jarang Dafera menangis kan, pasti kemarin ia punya masalah yang berat dan membuat nya trauma.

"Yaudah dek, abang berangkat dulu. Kamu dirumah jaga diri, abang sayang kamu, satu lagi
nanti kalau abang pulang kamu harus cerita semuanya!" Daniel bersuara dengan nada tegas. Dafera mengangangguk kan kepala pasrah.

***

Daniel meminta izin pada Minhyun agar bisa pulang lebih cepat, perasaan khawatir kembali melanda hatinya.

"Please hyun, kasian adek gue." Daniel masih memohon pada Minhyun dengan muka memelas. Biasanya cara ini sangat jitu, namun sampai sekarang Minhyun tak memberikan sebuah jawaban.

"Iya deh boleh, sana pulang ga usah masang tampang sok imut gitu." Minhyun memutar bola mata nya, Daniel otomatis berteriak senang bahkan sekarang ia hampir memeluk Minhyun kalau saja Minhyun tan menolak nya.

"Gue ga suka dipeluk cowok."

Daniel mengabaikan ucapan Minhyun, ia segera beranjak dari ruangan Minhyun dan kembali kerumah nya menggunakan taksi.

"Semoga ga macet." Daniel berdoa sebelum menaiki taksi kosong yang ia hentikan di depan halte. Keberuntungan benar-benar ada dipihak Daniel kali ini, ia sampai kerumah dengan cepat karena dijalan belum macet.

"Daf abang pulang!" Daniel melepas sepatu nya, menaruh nya kembali di rak yang berada di ujung. Tas yang ia bawa ia taruh sembarang di sofa ruang keluarga. Daniel menaiki tangga guna pergi menemui Dafera.

"Daf?" Panggil Daniel membuka pintu kamar Dafera.

"Ga dikunci," Gumam Daniel membuka pintu kamar Dafera lebih lebar ia tak melihat keberadaan Dafera di manapun, Daniel kembali turun dan menelusuri dapur.

"Dicariin juga adanya disini." Daniel mendengus sebal, ia menarik kursi disamping Dafera.

"Abang udah pulang?" Tanya Dafera, ia tidak mendengar apapun tadi.

"Daf ngelamun terus sih. Ada masalah apa sampe sebegitunya? Tumben banget?" Tanya Daniel memperhatikan setiap wajah Dafera. Wajah yang biasanya terlihat ceria itu entah pergi kemana, sekarang sudah digantikan oleh wajah murung yang membuat Daniel iba.

"Kemarin aku ketemu mamah." Tatapan mata Dafera begitu kosong, Daniel sampai mengibaskan-ngibaskan tangan nya di depan Dafera.

"Jangan ngawur." Raut wajah Daniel berubah menjadi datar. Ia sama sekali tidak menginginkan topik pembicaraan ini terjadi.

"Ketemu nya dirumah Guanlin yang lama, dia disana," Dafera menjeda kalimat nya, mata nya berkedip beberapa kali, air mata mungkin akan terjun sesaat lagi.

"Jadi mamah baru nya Guanlin." Dafera tersenyum hambar. Suara tawa juga sedikit keluar dari bibir nya.

Daniel terdiam di tempat, tidak bisa berkata-kata lagi. Tembok yang kokoh itu seakan hancur begitu saja, ah begitu ya rupanya. Mencari laki-laki yang lebih kaya, memberi kasih sayang sepenuh nya karena harta.

"Jangan deket-deket Guanlin!" Daniel tidak bisa menahan emosi nya, seharusnya mereka berdua sekarang saling menguatkan bukan seperti ini. Hati Dafera benar-benar hancur, rasanya ia tidak bisa meninggalkan Guanlin. Bukan karena suka, tapi Guanlin sudah memberi banyak, tak mungkin Dafera melupakan kebaikan nya begitu saja.

***

Kasian Def sama Daf:(
Aku bersedia kok
peluk Def /dihujat.

Ayo Vomment gaes.

Sugar ⊹ Minhyun ft. JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang