17

378 50 0
                                    

Minhyun menumpahkan segala isi hatinya kepada Dafera, ditemani dengan suara-suara air dari langit yang jatuh ke bumi. Kedua nya berdiri dengan jarak yang cukup jauh. Di ruang pribadi Guanlin yang berada di lantai dua, Dafera mendengarkan Minhyun berbicara.

Soal sang ayah yang notabene nya hanya ayah tiri, mampu memaksa Minhyun sampai Minhyun mengalami hal seperti ini. Ayah Minhyun belum tahu sepenuhnya bagaimana karakter Minhyun dalam menghadapi setiap ucapan-ucapan beliau yang menurut Minhyun terlalu kasar.

Dafera paham semua orang, laki-laki atau perempuan pasti akan sedih bila ada di posisi seperti ini. Merasa tersudutkan karena tidak mampu berbuat apa-apa.

"Saya jadi rindu papah," Minhyun berdiri membelakangi Dafera, jendela balkon yang terbuka mampu membuat rambut hitam Minhyun terbang tak beraturan. Minhyun terus memperhatikan hujan di ambang jendela besar yang menghubungkan antara balkon dan ruang kerja.

Dafera tersenyum, bahu Minhyun tak dapat lepas dari kedua bola mata nya.

"Om, kalau misal papah om masih hidup apa yang akan om lakukan?" Tanya Dafera mengeraskan suaranya akibat angin dan hujan saling bersahut-sahutan.

Minhyun tak langsung menjawab, ia berbalik sejenak, selanjutnya jendela itu di tutup karena air hujan masuk tanpa izin menyentuh lantai granit ruangan Guanlin.

"Saya tentu akan membahagiakan nya." Jawaban singkat Minhyun mampu menarik kedua sudut bibir Dafera. Jawaban itu memang sudah ia duga.

"Nah, kalau papah om nyuruh om nikah, lalu om setuju. Papah nya om Minhyun pasti seneng kan?" Daf sedikit menunduk kan wajah nya, tatapan Minhyun terasa begitu menusuk mata nya, kegugupan tentu tak bisa dihindari oleh Dafera.

Minhyun terdiam ditempat, ia terlihat mencerna setiap kata yang Dafera lontarkan. Minhyun ingin menolak penuturan Dafera, namun lidah nya kelu.

Dafera tidak sepenuh nya salah.

"Tapi. Ayah itu bukan papah." Tegas Minhyun, sepersekian detik kemudian rahang nya terlihat mengeras. Minhyun tak ingin posisi sang papah digantikan oleh ayah nya.

"Papah om Minhyun udah tenang disana, lalu ada ayah yang sekarang menjadi pengganti papah. Aku tau, papah om sama ayah om itu beda. Tapi, mereka pasti mempunyai keinginan yang sama untuk melihat anak nya bahagia, ya walaupun cara mereka beda."

"Inget om, watak seseorang itu berbeda, ga melulu sama. Ayah om Minhyun cara nya tegas, om Minhyun juga begitu kan?" Dafera mengulum senyum, pria dihadapan nya kini hanya terpaku. Memang ketegasan Minhyun menular dari ayah baru nya, semenjak remaja Minhyun terus memperhatikan pria itu dengan seksama.

"Om harus nya ngerti itu. Coba om liat persepsi ayah om." Dafera menundukkan wajah nya, rasa sesak tiba-tiba menghantam dada nya begitu kuat.   Dafera merindukan kedua orang tua nya. Ia tidak pernah mendapatkan perhatian dari keduanya.

"Berarti saya harus cari pasangan begitu?" Minhyun membuka suaranya lagi, suara itu lumayan terdengar berat dari sebelum nya.

"Ya. Kalau om Minhyun ga mau ayah om jodohin om sama orang pilihan nya."

***

"Daf, tumben baru pulang?" Daniel membukakan pintu lebar, memberi Dafera jalan masuk. Daniel sudah menunggu Dafera sekitar dua jam, ia takut terjadi sesuatu. Tapi, untunglah Dafera sudah sampai ke rumah dengan keadaan selamat.

"Iya bang, tadi resto rame. Ada yang mau neduh, dan ya abang pasti tau lah, jadi kan tutup telat. Kasian mereka." Dafera menaruh flat shoes hitam nya di rak dengan buru-buru. Restoran Guanlin menjadi restoran yang masih buka saat hujan deras seperti ini, ini karena usul Dafera, Guanlin menuruti nya dan menyuruh pegawai kembali bekerja, bukan soalan sulit bagi Guanlin untuk menambah gaji mereka bulan ini.

"Yaudah, sana ke kamar. Mandi air hangat." Daniel berlalu menuju kamar nya lagi, mata nya yang memerah menandakan ia sudah mengantuk. Seperti biasanya, Daniel memang suka tidur sesudah pulang dari kerja. Dia tidak bisa diganggu jika sudah memeluk guling kesayangan nya.

Dafera menggantung jaket milik Guanlin di balik pintu kamar. Dafera akan mencuci nya besok pagi, walaupun Guanlin mengatakan kalau jaket itu tak usah dikembalikan, Dafera tetap tak enak hati.

Bukan kamar mandi tujuan Daf kali ini, tubuh nya langsung ia jatuhkan ke kasur. Dengan baju yang sedikit basah, ia tak berniat mandi atau mengganti nya sama sekali.



***

Idk guys, ini hasil ketikan
selama 1 jam /haha
dan gatau kenapa, aku susah
banget bangun feel nya /cri

Maaf yaa:'''

Aku menerima saran kok, silakan
tinggalkan komentar ^^


Sugar ⊹ Minhyun ft. JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang