Matahari harus nya panas terik, namun siang ini berbeda dari prakiraan cuaca sebelumnya. Awan tebal kembali menutupi langit, mungkin hujan akan turun sebentar lagi.
Dafera menutup jendela setiap ruangan dirumah nya, dari mulai dapur hingga ruang tamu. Rasa khawatir menyelubungi Dafera akibat Daniel yang belum pulang, ditambah dengan, Daniel yang ternyata berangkat kerja menggunakan motor nya. Daniel bisa saja terjebak macet dan hujan secara bersamaan.
Benda persegi panjang itu diraih oleh Dafera, dengan cepat ia mencari kontak Daniel, menelepon nya segera.
"Kok ga aktif sih," Gumam Dafera mengembuskan napas nya. Nomor ponsel Daniel tidak aktif.
"Telepon om Minhyun aja kali ya, eh jangan deh" Dafera kembali menaruh ponsel nya diatas meja. Kedua kaki nya kembali melangkah menuju dapur untuk memasak air, pikiran nya masih tertuju pada Daniel yang entah sekarang berada di kantor atau sudah berada di jalan untuk pulang.
Dafera sejenak menilik jam yang menggantung indah di dinding ruang makan, biasanya Daniel sudah berada dirumah.
Air hujan semakin terdengar lebih jelas, menandakan hujan semakin deras. Dafera duduk di kursi, menunggu air yang ia masak sampai mendidih. Air di dalam galon sudah habis, dan rasanya ia ingin sekali meminum teh hangat, itu sebab nya Dafera memasak air.
Sekitar setengah jam lama nya Dafera menunggu air itu mendidih, kemudian ia segera bangkit ketika mendengar bunyi panjang yang dihasilkan dari ketel air diatas kompor.
Deru mesin motor yang cukup kentara membuat atensi Dafera teralihkan, ia cepat-cepat mematikan kompor dan segera pergi menuju ruang tamu.
Dafera melirik sebentar keluar jendela, terlihat sosok kakak nya yang memarkirkan motor sembarang di teras rumah. Dafera mendengus sebal, kemudian ia membuka pintu agar Daniel tak mengomel.
"Abang tuh ya kalau dibilangin susah banget, tadi pagi disuruh jangan pake motor tetep aja make!" Cicit Dafera menyilangkan kedua tangan nya di depan dada, suara nya sedikit meninggi beradu dengan air hujan yang menjatuhkan diri ke permukaan tanah.
Daniel hanya diam, kemudian ia berbalik menatap Dafera dengan cengiran khas nya. Sepersekian detik kemudian, presensi Minhyun mengalihkan perhatian Dafera.
Sejak kapan Minhyun disini?
"Daf, siapin kopi ya. Abang mau mandi dulu. Ayo hyun!" Daniel berjalan melewati Dafera sembari mengendurkan dasi nya yang basah. Sementara Minhyun, nampak kedinginan akibat basah kuyup karena diguyur hujan selama di perjalanan.
Dafera menutup pintu, ia kembali ke dapur untuk membuat kopi. Kebetulan sekali Dafera memasak air, dan sekarang Daniel meminta dibuatkan kopi.
"Daf, pinjem kamar mandi nya ya!" Daniel berteriak sembari berlari menenteng pakaian yang akan ia gunakan.
"Abang ih jangan! Ntar kamar nya Daf basah!" Dafera membalas, namun percuma saja Daniel sekarang sudah berada di kamar Dafera. Membuat lantai licin karena kemeja basah yang perlahan menjatuhkan air.
Selang lima belas menit, Daniel keluar dengan kaos putih polos dan juga celana selutut berwarna hitam, ia terus menggosok rambut basah nya dengan handuk.
"Nih kopi nya," Ujar Dafera menunjuk dua cangkir kopi yang mengeluarkan kepulan uap panas. Daniel tersenyum sekilas, ia segera menarik kursi dan duduk dihadapan Dafera.
"Eh Minhyun belum selesai mandi nya?" Daniel melirik ke pintu kamar nya.
"Tolong panggilin dong dek," Lanjut Daniel segera menyesap kopi nya perlahan.
"Engga." Tolak Dafera dengan cepat, ia masih sibuk melihatke arah layar ponsel nya.
"Daf, Please." Pinta Daniel dengan wajah seramah mungkin, Dafera mengangangguk pasrah. Gadis itu bangkit dari duduk nya, lalu berderap menuju kamar Daniel.
"Om Minhyun, udah selesai belum mandi nya?
Itu ditungguin bang Daniel!" Dafera mengetuk pintu kamar mandi yang berada di dalam kamar Daniel. Bunyi knop pintu yang diputar membuat Dafera sedikit menjauhkan tubuh nya dari pintu.Minhyun membuka pintu sedikit lebar, Dafera hampir saja terantuk nakas yang berada di belakang nya. Minhyun tak menanggapi Dafera, ia terus berjalan melewati gadis yang kini tengah menatap nya heran.
"Om Minhyun kenapa sih," Gumam Dafera setelah presensi Minhyun sudah tak terlihat dari pandangan nya lagi.
Dafera kembali ke ruang makan, bergabung dengan Daniel dan Minhyun. Dafera merasakan atmosfer dingim diantara keduanya.
"Ini kenapa sih?" Tanya Dafera mencoba mencairkan suasana. Minhyun hanya melirik Dafera sekilas, sementara Daniel menghela napas nya.
"Hyun, gue minta maaf udah maksa lu berangkat pake motor. Sorry banget, lu jadi kedinginan kaya gini," Ucap Daniel dengan raut wajah yang begitu menyiratkan sebuah penyesalan.
"Hm." Minhyun hanya berdehem, kemudian ia kembali menyesap kopi yang dibuatkan oleh Dafera sampai habis tak tersisa.
"Lagian sih abang tukang maksa banget, kalau susah tuh ga usah ngajakin orang." Dafera melayangkan lirikan tajam. Sejujurnya Dafera tidak rela jika berbicara seperti ini pada Daniel. Tapi, kalau bukan begini, pasti Daniel tidak akan mematuhi aturan nya.
"Apasih adek, ikut campur aja ih." Daniel sok merajuk, dibalas dengan Dafera yang menaikkan kedua bahu nya samar.
"Om Minhyun dingin? mau aku ambilin selimut?" Tawar Dafera pada Minhyun. Daniel memfokuskan netra nya pada Dafera, menatap adiknya dengan tatapan terkejut.
Minhyun hanya mengangguk sekilas. Beginilah Minhyun, kalau sedang kedinginan ataupun kesal akan sesuatu ia akan diam, dan berbicara seperlu nya saja.
"Bentar ya, Daf ambil dulu dikamar." Dafera bangkit, sepasang tungkai nya melangkah pergi meninggalkan ruang makan.
"Lu apain adek gue?! Kok dia bisa gitu?" Daniel berbisik disamping Minhyun, kedua mata nya sedikit membulat karena terkejut.
"Ga gue apa-apain kok." Jawab Minhyun santai, ekspresi datar nya masih tertampil jelas sementara ekspresi bahagia tercetak samar di wajah nya.
"Lu pelet ya? ngaku lo!" Tuduh Daniel yang kali ini menunjuk wajah Minhyun dengan jari telunjuk nya.
"Engga lah, emang dia lele nya Jaehwan yang tiap Minggu gue kasih pelet apa, santai dong." Minhyun agak nya membubuhi sedikit gurauan ketika mengucapkan nya, dan itu berhasil membuat Daniel menahan tawa keras nya.
"Om Minhyun mending nginep disini aja, kalau pulang ntar keujanan lagi," Usul Dafera yang presensi nya kembali usai dari kamar, dengan selimut di tangan ia berjalan santai kearah meja makan.
"Nanti jam dua belas abang anter dia pulang Daf, takut nya kalau ga pulang malah gentayangan disini." Daniel terkekeh pelan, Minhyun melirik nya sekilas.
"Abang mana mau nyetir mobil jam dua belas," Cibir Dafera menyerahkan selimut nya ke arah Minhyun.
"Om Minhyun tidur aja di kamar nya bang Daniel," Ucap Dafera. Daniel merasa keberatan dengan hal tersebut.
"Terus abang tidur dimana Daf?" Raut wajah nya berubah memelas, Daf menoleh ke arah Daniel sekilas, kemudian ia mengangkat bahu nya samar.
"Duluan ya niel," Pamit Minhyun bangkit dari duduk nya, ia berjalan beriringan bersama Dafera sembari memeluk selimut yang Dafera berikan untuknya di depan dada.
Sampai di depan pintu, Dafera membalikkan badan serta menghentikan langkah nya.
"Om masuk aja, anggep aja kaya kamar sendiri," Ungkap Daf diiringi kekehan di akhir kalimat nya. Minhyun mengangangguk.
"Makasih, kalau gitu saya tidur dulu." Minhyun membuka pintu.
"Iya om, selamat malam, mimpi indah." Dafera tersenyum, kemudian menutup pintu kamar Daniel.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar ⊹ Minhyun ft. Jihoon
Fanfiction[ Hiatus ] When 27th fall in love with 18th © loosesage