Minhyun menutup kembali berkas yang baru saja diberikan Daniel, hari ini ia mengunjungi perusahaan papa mereka, sekaligus memantau keadaan agar nantinya mudah beradaptasi.
"Gue kaya nya pernah kesini deh," Bisik Minhyun pada Daniel yang duduk tidak jauh dari nya. Minhyun pikir desain interior dari perusahaan ini sering ia lihat sejak kecil, tapi apa benar?
"Jangan ngawur, gue aja baru pertama kali kesini." Daniel menggubris Minhyun acuh tak acuh, ia sibuk membereskan berkas yang diberikan papa nya. Sementara sang papa melirik kedua nya bergantian.
"Minhyun masih ingat tempat ini?" Tanya papa tiba-tiba, jangan lupakan senyuman misterius yang tertampil di wajah nya. Ada satu hal yang ia ingat soal Minhyun ceroboh semasa kecil.
"Hah? I-iya pa." Minhyun tergagap layaknya orang yang tertangkap basah mencuri barang mahal yang kecil. Minhyun belum siap mengobrol lebih serius dengan papa mertuanya.
"Ah ya, kamu kan memang pernah berkunjung kesini. Kamu yang numpahin kopi yang saya bawa buat papah mu," Ujar beliau dengan tenang. Daniel mengernyitkan dahi nya, Daniel merasa bodoh disini karena tidak tahu apa-apa antara Minhyun dan papa nya.
Minhyun berhenti bergerak, otak nya kembali memilih satu persatu ingatan pada masa kecil nya. Mendengar penuturan papa mertua nya, ia teringat pada satu hal — dimana Minhyun tidak sengaja menyenggol seorang karyawan yang membawa kopi. Jadi, itu....
"I-itu papa?" Bingung, sekaligus merasa bersalah, Minhyun memandangi papa nya tidak enak. Kejadian itu sudah lama, saat Minhyun berusia lima tahun, saat Minhyun diajak berlibur ke China oleh papah nya, namun papah nya itu malah mengajak nya keperusahaan untuk rapat dengan klien.
Mungkin itu juga yang menyebabkan Minhyun seperti papah nya.
"Ada apa sih, pa?" Daniel akhirnya bersuara. Tenggorokan nya sudah gatal, pikiran nya sudah kusut menduga-duga.
"Ah Daniel, itu sewaktu kecil papa pernah bertemu Minhyun. Dia anak yang aktif namun kadang pendiam, dia sempat menabrak papa yang membawa kopi. Ya cerita itu sudah lama, tapi papa lumayan ingat sedikit," Ujar nya dibarengi tawa. Minhyun ikut terkekeh mendengar nya.
"Minhyun minta maaf soal itu, pa. Minhyun bener-bener ga sengaja."
"Ya, ya, tidak apa."
Suasana kembali canggung, hanya ada suara gesekan kertas yang menghiasi seisi ruangan. Daniel sebenarnya sudah selesai dengan berkas nya, namun lagi-lagi ia harus berpura-pura mengerjakan berkas nya lagi untuk menunggu perintah papa nya.
"Daniel. Kenapa kamu kerja dua kali? Membuang waktu."
Daniel sontak melebarkan mata nya. Bagaimana papa nya bisa tahu?
Yang selanjutnya Daniel lakukan adalah tertawa canggung. Jelas malu, papa nya ini ternyata sering memperhatikan gerak-gerik Daniel."Kalau sudah selesai kalian berdua pulang saja," Lanjut nya lagi. Beliau melepaskan kacamata yang bertengger di daun telinga.
Daniel segera mengangguk, ia menutup kembali map yang baru saja ia buka."Yaudah pa, kita pulang dulu ya." Minhyun bangkit kemudian pamit, begitu juga Daniel. Sebenarnya Daniel hampir melengos begitu saja dari ruangan, namun tangan Minhyun yang mencegah Daniel pergi membuat nya terpaksa berpamitan dengan papa nya.
"Dasar lu gak tau terimakasih. Harusnya tadi kan lu pamit dulu tanpa gue minta," Ungkap Minhyun begitu mereka sudah keluar ruangan. Daniel melangkah dengan santai, ia mendengar suara Minhyun layak nya mendengar suara emak-emak di depan komplek perumahan nya.
"Gue masih kesel sama papa gue, kenapa dulu dia ninggalin gue sih, hah?" Daniel menyemburkan napas kasar. Daniel masih begitu ingat cara papa nya pergi tanpa pamit dari rumah, ia juga masih ingat betapa lelah nya ia menunggu papa nya pulang, namun tak kunjung datang. Sampai akhirnya Daniel harus merelakan semua nya— papa nya, mama nya.
"Ya mungkin papa lu punya alasan tersendiri kenapa dia pergi tanpa pamit. Lagian kemarin-kemarin papa udah minta maaf kan," Balas Minhyun. Mereka memasuki lift bersamaan dengan karyawan lain.
***
Sampai di halaman depan, perempuan yang merupakan asisten papa mereka itu keluar dengan langkah tergesa serta raut wajah khawatir yang kentara.
Ia berbicara dengan bahasa China nya yang fasih, menimbulkan banyak tanda tanya di kepala Minhyun. Beruntung Daniel bisa bahasa China sehingga ia mengerti apa yang dikatakan asisten papa nya itu.
"Kenapa, Niel?" Tanya Minhyun. Bukan jawaban yang ia dapatkan, namun suara keras Daniel yang meneriaki nama Dafera. Minhyun terdiam sejenak, lain hal nya dengan Daniel yang berlari ke dalam rumah.
Perempuan di hadapan Minhyun itu memberi kode agar Minhyun juga segera masuk kedalam rumah. Tak lama, otak nya menerima sinyal tidak baik, pantas saja perasaan nya tadi tidak enak. Dafera, rupanya...,
"Cepet buka pintu nya! Lu aja yang nyetir!" Daniel membopong Dafera dengan susah payah, wanita itu semakin menjerit begitu perut nya terasa begitu sakit. Ini yang Daniel takut kan. Dulu Dafera sering bertanya apakah melahirkan itu sakit, dan Daniel menjawab dengan anggukan. Kemudian adik nya itu bimbang harus punya anak atau tidak, harus melahirkan atau tidak.
"Bang sakithh, ga mau, aku gamau. Sakith!" Dafera terus mengerang, meremas kemeja Daniel kemudian memukul dada bidang nya berulang kali. Daniel makin mengeratkan genggaman tangan Dafera, tangan besar nya itu terus mengelus puncak kepala Dafera.
"Jangan gitu, kamu pasti bisa." Minhyun yang sibuk mengemudi akhirnya bersuara, menyadarkan Dafera kalau Minhyun ternyata bersama nya. Air mata nya kian merebak tak terhindarkan, kemeja yang Daniel kenakan menghasilkan pulau air mata yang lumayan lebar.
"M-mas Minhyun aja yang ngelahirin, hisk."
Sedetik kemudian tawa Daniel terdengar, entah kenapa Daniel bisa tertawa seperti itu disaat Dafera tengah menangis.
"Ngapain ketawa?!" Dafera melayangkan lagi pukulan kecil nya. Bisa-bisa nya ia tertawa disaat ia sedang kesakitan begini. Kalaupun niat menghibur, nampak nya hanya ia yang terhibur dengan ucapan Dafera beberapa menit lalu, lain hal nya dengan Minhyun yang malah kebingungan harus menenangkan Dafera.
Karena kelelahan Dafera akhirnya kehilangan kesadaran.
***
Ini nama anak nya
kira-kira apa ya?
Ada yg mau kasih saran??
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar ⊹ Minhyun ft. Jihoon
Fanfiction[ Hiatus ] When 27th fall in love with 18th © loosesage