Dafera mengobrak-abrik isi laci nya, mencari ponsel yang tak kunjung ia temukan. Ia selalu menaruh ponsel nya di laci atau di nakas sebelah tempat tidur, karena semenjak ia hidup mandiri dan pindah ke China, Dafera sering mengotak-atik ponsel nya guna menghubungi Daniel ataupun teman-teman nya dulu.
"Nyari apa sih, sayang?" Minhyun baru saja keluar dari kamar mandi, jari-jari nya bahkan masih sibuk menyisir rambut nya yang masih setengah basah. Minhyun mendekati Dafera baru selangkah, kemudian istrinya itu berbalik mengakibatkan Dafera hampir terantuk tubuh Minhyun. Dengan sigap Minhyun menarik kedua pergelangan tangan Dafera.
"Hp aku mana ya, mas?" Gurat wajah Dafera sudah menunjukkan kelelahan, padahal hanya mencari ponsel yang entah berada di mana, namun bulir keringat itu terus mengalir dari pucuk kepala nya. Sementara bibir nya mengerucut bosan.
"Semalem kamu tinggal diruang tengah kali," Jawab Minhyun mengingatkan. Semalam mereka berkumpul di ruang tengah, seingat Minhyun Dafera membawa ponsel nya—kemudian Daniel menyita ponsel milik istrinya, dirasa Dafera terlalu banyak bermain ponsel.
"Oh iya kali ya? Kok aku lupa sih," Ungkap Dafera menundukkan kepala nya. Minhyun tersenyum, ikut mendudukkan kepala. Kedua tangan nya tak tinggal diam, ia mengelus puncak kepala Dafera sayang.
Dafeta bergeming, rasanya tidak mau melepaskan ikatan tangan nya yang entah sejak kapan memeluk Minhyun erat. Katakanlah Dafera berubah menjadi anak kecil yang manja bila berdekatan dengan Minhyun.
"Mas," Panggil Dafera. Ia masih menenggelamkam kepala nya pada dada bidang Minhyun yang hanya terlapisi kaus putih polos. Kepala Dafera sedikit mendongak, ia bahkan tidak tahu kalau Minhyun menundukkan kepala sehingga mengakibatkan terkikis nya jarak antara mereka.
"A-aku kangen sama Jihoon." Tatapan Dafera berubah menjadi memohon, tidak ada niatan untuk membuat Minhyun cemburu ataupun marah. Ini hanya rasa rindu sebagai teman lama yang tidak bertemu.
Selanjutnya, Dafera menundukkan kepala nya. Kembali bersembunyi dalam dada Minhyun. Ia cukup ragu dengan respon Minhyun berikutnya, harus nya Dafera tidak mengatakan hal tersebut di saat seperti ini.
"Kamu mau telepon Jihoon?" Dapat Dafera rasakan jantung Minhyun berdetak, helaan napas nya beberapa detik lalu sempat menyesakkan benak Dafera. Namun, begitu tertampil jelas senyum tulus Minhyun— perasaan Dafera sedikit lega.
"Emang nya boleh?" Tanya Dafera. Minhyun segera mengangguk kan kepala nya. Pria itu kemudian menuntun Dafera pergi ke ruang tengah. Pergelangan tangan Minhyun merangkul mesra pinggang Dafera, sudah menjadi pemandangan yang biasa bagi Daniel.
"Sarapan dulu sana, ngapain sih kesini?" Daniel melirik sekilas Dafera dan juga Minhyun. Kaitan jari nya dengan ujung Koran semakin mengerat, hampir mengumal kan kertas tak berdosa itu.
"Mau ambil hp bang. Abang udah sarapan?" Tanya Dafera. Ia menyelisik benda-benda yang mampu menyimpan ponsel nya yang berukuran 6 inci, mulai dari meja, sudut sofa sampai lantai, takut-takut kalau ponsel nya itu terjatuh.
"Tuh hp nya ada di buffet. Abang udah sarapan, gih kalian sarapan," Ujar Daniel memberi informasi sekaligus memerintah kedua nya untuk segera sarapan, ya meski hanya sarapan satu tangkup roti tawar dengan di isi selai cokelat.
"Oke hehe, makasih ya bang!" Dafera cepat-cepat mengulurkan tangan guna menggapai ponsel nya.
"Ayo sarapan." Minhyun mengawali langkah nya seperti pemimpin. Dafera hanya mengikuti —berjalan berdekatan di samping Minhyun dengan nyaman nya.
Sesampai nya di meja makan, Minhyun menyiapkan sarapan untuk Dafera. Mulai dari makanan dan juga susu hangat khusus ibu hamil. Melihat hal tersebut membuat hati Dafera berantakan ditempat.
"Katanya mau nelepon Jihoon, ga jadi?" Minhyun membuyarkan lamunan Dafera. Wanita itu hampir saja menjatuhkan gelas kosong yang ada di tangan nya. Beberapa detik Dafera gelagapan karena ketahuan memperhatikan Minhyun.
"Oh! I-iya, mas. Tapi hp baru aku enggak nyimpen nomor dia," Tutur Dafera menaruh gelas nya di meja. Minhyun merogoh saku celana, mengeluarkan ponsel miliknya.
"Nih, pake aja punya mas." Minhyun tersenyum sejenak. Dafera meraih ponsel Minhyun ragu, apa nanti Jihoon akan menjawab telepon dari nya, padahal jelas-jelas di layar ponsel Jihoon pasti akan tertera nama om Minhyun.
Dafera melihat Minhyun lagi, sekarang pria yang duduk manis dihadapan nya itu sedang sibuk memakan roti. Dafera ragu, namun pada akhirnya ia menekan tombol hijau sesudah menemukan nama Jihoon di kontak WhatsApp Minhyun.
"Diangkat engga?" Tanya Minhyun, Dafera langsung menggelengkan kepala. Dia masih mendekat kan ponsel Minhyun ke daun telinga, sesekali melihat layar ponsel yang terus menunjukkan kata berdering.
"Hallo, kenapa om?"
Kedua bola mata Dafera melebar, raut wajah nya berubah menjadi senang setelah mendengar suara Jihoon di seberang sana. Dafera hampir berteriak 'hahaha Jihoon ih kemana aja, kangeeen' tapi ia tahan karena tidak mau membuat Minhyun cemburu terlalu dalam.
"Ini Daf, hoon."
Bisa dibayangkan bagaimana kaget dan senang nya Jihoon saat mendengar kan suara Dafera, ini untuk pertama kali nya di tahun ini kan?
Jihoon masih bergeming di balik sana, ia mengulum senyum nya yang entah bagaimana bisa menimbulkan sakit di sekitar dada nya."A- Daf, gimana kabar lo? Udah lama ya," Balasan itu yang mampu keluar dari mulut Jihoon. Dafera yang mendengarkan secara seksama malah ikut terdiam, suara Jihoon dingin tidak ada ramah-ramah nya sama sekali. Hanya saja, kalau di pikir-pikir— Dafera juga merasa bersalah pada dirinya sendiri.
"Gue baik, hoon. Lu gimana?" Ini terkesan basa-basi memang, tapi itu ada nya.
"Gue baik juga. Hm ada apa nih, tumben nelepon."
"Kangen, hoon." Dafera nengatupkan bibir nya, ia melihat sejenak reaksi Minhyun ; wajah datar, gerakan jari yang diketukkan diatas meja kayu berlapis kaca, serta senyuman yang mungkin terpaksa terlempar ke arah Dafera.
"Oh?" Jihoon bereaksi tidak wajar di balik sana. Sedaritadi yang ia lakukan adalah meringis karena ulah nya menggigit bibir nya sendiri.
"Iya daf, gue juga kangen lu. Selama ini lu kemana kok gue gak pernah liat di kampus."
"Eh itu— gue, gue pindah ke China, hoon. Maaf ya gak ngasih tau lu dulu." Tidak ada yang tahu kalau Dafera hamil— bahkan Jihoon dan juga Guanlin, atau mungkin Guanlin sudah tahu dari Minhyun. Dafera tiba-tiba hilang dari kampus, pasti teman-teman nya kebingungan mencari nya.
"Eum, nanti lagi ya, Daf. Gue bentar lagi ada kelas nih," Tutur Jihoon dengan suara lebih jelas.
"Oh i-iya hoon, semangat ya kuliah nya. Love you."
***
Minhyun baik-baik aja kok
kan ada gue hehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Sugar ⊹ Minhyun ft. Jihoon
Fanfiction[ Hiatus ] When 27th fall in love with 18th © loosesage