70

135 22 3
                                    

Hai~




Minhyun tidak bisa menahan amarah nya, setelah ia melihat semua nominal uang dalam kartu nya tiba-tiba menghilang. Kartu ATM milik nya bahkan di blokir, Minhyun berani bersumpah kalau itu ulah Seongwu.

Pria itu mengacak rambut nya frustasi, sebelum akhirnya kelewat emosi—mengacak dan memaki petugas bank, Minhyun cepat-cepat pergi meninggalkan bank.

Apa itu artinya, setelah ini jatuh miskin, lalu kemudian Dafera akan pergi meninggalkan dirinya? Raut wajah Minhyun benar-benar kacau, tidak mungkin semua itu terjadi. Ia tahu Dafera, gadis itu tidak telihat seperti perempuan diluaran sana. Tidak.

Minhyun mengendarai mobil nya, membawa nya kembali ke halaman rumah nya dengan selamat. Hanya mobil ini barang mewah yang Minhyun punya.

"Daf, Dafera?!" Minhyun membuka pintu rumah nya. Sedetik kemudian ia sama sekali tidak menemukan presensi Dafera, Minhyun sudah menyusuri setiap ruangan rumah ini dan ia sama sekali tidak menemukan Dafera.

Apa Dafera sudah tahu semuanya? Dan kini Dafera meninggalkan Minhyun?

"Daf...," Panggil Minhyun lirih. Ia menghentikan langkah kaki nya yang terasa lemas tak bisa berdiri lagi, kepalan tangan Minhyun mendarat di pintu kayu kamar mereka.

Minhyun merogoh ponsel nya, mencari kontak istrinya —dan segera menelepon untuk memastikan apakah Dafera benar-benar meninggalkan dirinya saat jatuh seperti ini.

Tak ada balasan dari Dafera, meski ponsel Dafera aktif. Kemana gadis itu, disaat Minhyun butuh ketenangan dari Dafera, gadis itu malah tidak ada dirumah.

Minhyun tidak menyerah, ia kembali menghubungi Dafera lagi. Tak lama, terdengar suara Dafera di seberang sana. Minhyun bernapas dengan lega, gadisnya mau menerima telepon dari nya saja sudah cukup.

"Kenapa, mas?" Minhyun tersenyum mendengar penuturan Dafera yang seakan menjadi penenang hati nya yang kacau sekarang ini.

"Kamu dimana, sayang?" Tanya Minhyun pada akhirnya. Ia tidak mau membuang waktu, Dafera harus ia perintah untuk pulang sekarang.

"Dirumah nya Jihoon, mas."

Senyum di wajah Minhyun memudar, diganti dengan guratan di kening nya. Dirumah Jihoon? Sedang apa istrinya di rumah Jihoon.

"Daf, pulang ya. Mas jemput." Final Minhyun berucap tenang, ia memutuskan panggilan secara sepihak tanpa mendengar jawaban dari Dafera. Kalaupun Dafera tidak mau pulang, Minhyun akan memaksa nya.

Dafera dan Jihoon itu hanya teman, tidak lebih—kalau pun lebih, Minhyun mengartikan kalau Dafera sudah menganggap Jihoon sebagai saudara nya sendiri. Lagipula Jihoon adalah teman yang baik, Minhyun juga pernah di bantu oleh Jihoon kan?

Namun, kali ini hati Minhyun tidak bisa setenang itu dengan pemikiran-pemikiran nya barusan. Ia terus beranggapan baik pada Jihoon, tapi hatinya—merasakan sesuatu yang mengganjal. Tidak tahu apa itu.

Minhyun kembali menancapkan gas mobil nya lagi, ia masih ingat dengan rumah Jihoon. Alamat nya ada di buku undangan pernikahan mereka.

"Daf, kamu ga mungkin ninggalin aku, kan?" Minhyun melihat spion ketika akan membelokkan mobil nya ke perumahan yang Jihoon diami.

Minhyun cepat-cepat keluar dari mobil nya, kaki nya menderap dengan cepat ke depan pintu utama rumah milik Jihoon. Setahu Minhyun, Jihoon memiliki kakak yang selalu Dafera panggil dengan sebutan mas.

Minhyun baru saja akan menekan tombol bel, namun wanita paruh baya, disusul Jihoon dan Dafera, menyambut kehadiran Minhyun— atau lebih tepat nya mengantarka Dafera untuk pulang bersama Minhyun.

"Loh, bukan Daniel yang kesini?" Wanita paruh baya itu mengernyitkan kening nya kebingunan. Kedua netra nya bergantian menatap Dafera dan juga Jihoon.

"Ini suami nya Daf, mih." Dafera tersenyum sekilas, selanjutnya wanita itu hanya berohria sebagai jawaban.

"Oh yang Jihoon ceritain ganteng dan sukses itu ya," Ungkap nya menganggukkan kepala nya tanda paham. Sementara dibelakang sana, Jihoon mendengus karena telah membocorkan pembicaraan yang selama ini Jihoon tutup-tutupi dari Dafera.

"Aduh Jihoon mah kalah jauh. Yaudah Daf kalau kamu mau pulang."

Dafera mengangguk cepat, ia mencium punggung tangan mamih nya Jihoon kemudian melambaikan tangan nya ke arah Jihoon.

"Saya permisi dulu tante," Pamit Minhyun membungkukan badan nya sopan. Mamih Jihoon tersenyum.

"Hati-hati ya, nak." Pesan beliau masih diiringi dengan senyuman ramah, berbeda dengan Jihoon yang melayangkan tatapan super datar nya ke arah Minhyun.

"Mas pikir kamu cuma berdua sama Jihoon," Tutur Minhyun begitu ia sudah duduk di balik kemudi. Pria itu segera melajukan mobil nya ke arah rumah mereka.

"Enggak, lagian aku main ke rumah Jihoon emang sengaja mau ketemu mamih nya. Tapi, ternyata ada Jihoon nya juga, ya aku gatau." Dafera melirik Minhyun sekilas, pria itu berdeham menanggapi nya.

"Seneng ya ketemu Jihoon?" Tanya Minhyun secara spontan. Minhyun melirik Dafera dari spion tengah, raut wajah Dafera tidak berubah sama sekali—hanya ada ekspresi datar seakan menjelaskan kalau Dafera biasa saja setelah bertemu dengan Jihoon.

"Biasa aja, mas. Lagian aku makasih banget sama kamu udah jemput aku, kalau enggak aku udah diajak nonton dulu sama Jihoon."

Minhyun mencerna dengan baik setiap kalimat yang keluar dari mulut Dafera, itu artinya Minhyun penyelamat bagi Dafera untuk hari ini dan seterus nya.

"Kalau diajak nonton sama Jihoon, kamu ga mau?"

"Enggak," Jawab Dafera dengan cepat. Ia menatap Minhyun dari samping. Memperhatikan setiap inci wajah Minhyun yang terpahat dengan sempurna.

"Kenapa?"

"Nanti mas cemburu, terus mas ngambek. Mending ngambek nya sehari doang, lah ini mah pasti ngambek nya tiga hari tiga malem." Dafera terkekeh diakhir kalimat nya, Dafera sengaja mengatakan hal tersebut agar Minhyun tertawa—namun Minhyun tidak tertawa, pria itu menyemburkan napas kasar nya.

"Aku gak gitu, sayang." Minhyun mengelak dengan lembut, hal tersebut dibalas gelengan dari kepala Dafera.

"Kan enggak ngaku, aku sumpahin sayang Dafera selama nya!"

"Ga usah di sumpahin emang udah sayang sama kamu, selamanya."


***

Sugar ⊹ Minhyun ft. JihoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang