104.Janji

6.3K 947 334
                                    

Suga masih terduduk disana dengan tangan yang masih menggenggam sebotol Soju. Padahal sekarang sudah lewat tengah malam dan dia harus segera istirahat. Rasa pening dikepalanya yang semakin menjadi itu yang bikin dia akhirnya jadi gak bisa tidur.

Di otaknya dia terus memikirkan gimana caranya supaya papahnya berhenti menagih janji yang dia buat 4 tahun yang lalu.

Papahnya Suga mungkin tau kalo dia hanya sekedar berbohong tentang kabar kehamilan istrinya saat itu, karena dua buah hatinya itu tidak terlahir lebih cepat.

Suga menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi sambil memejamkan mata. Memijat pelan pelipisnya cuma buat sekedar mendapatkan rasa rileks.

Setiap dia pergi ke Daegu, papahnya pasti menyinggung tentang hal yang sama. Kapan dia akan menepati janjinya. Dan selama ini juga Suga selalu berkelit dengan alasan kedua anaknya itu masih butuh ibunya.

Kalo beberapa tahun yang lalu papahnya Suga masih mau berbaik hati, kali ini dia gak yakin akan hal itu. Apalagi setelah pertengkaran tadi, sepertinya papahnya akan bersikap lebih keras daripada sebelumnya.

"Hhhh..." Suga menghela nafas berat.

"Demi apapun pah, Yoongi gak mau ninggalin y/n." Dia bermonolog.

Sebelum akhirnya Suga sadar, ada seseorang yang sekarang duduk disampingnya. Tangan kecil itu mengusap lembut rambut Suga.

Dia menoleh dan mendapati mamahnya ada disana. Sebulir air mata terus jatuh waktu dia ngeliat mamahnya tersenyum tipis.

"Mah... Yoongi capek." Keluh Yoongi.

Gimanapun hebatnya Suga saat ini, dia masih tetap dianggap sebagai putra kecil bagi sang ibunda. Yang kini menepuk pahanya dan menyuruh Suga mengistirahatkan dirinya diatas pangkuannya.

"Istirahat kalo capek, gak perlu memaksakan apapun. Kamu udah punya segalanya." Tangannya itu masih setia mengelus sayang kepala anaknya.

Di kursi panjang itu Suga mulai menaruh kepalanya di pangkuan mamahnya. Lebih dari apapun, pangkuan sang ibunda emang jadi tempat paling nyaman buat dia beristirahat. Melepas segala beban yang bisa saja membuat pundaknya patah.

"Tapi Yoongi gak mau ngelepasin y/n mah. Dia yang paling berharga dikehidupan Yoongi setelah mamah." Suga kembali meneteskan air matanya. Dia juga manusia biasa yang bisa menangis. Dan hanya didepan mamahnya aja dia bisa bebas menangis tanpa harus merasa bahwa tangisannya akan jadi beban buat orang lain.

"Pertahankan dia sebisa kamu. Tapi jangan menggenggamnya terlalu erat. Dia bisa kesakitan nanti." Balas mamahnya.

"Mah, tolong bilang ke papah buat berhenti nyuruh Yoongi pisah sama y/n. Yoongi gak bisa sampe kapanpun." Suga terisak, dadanya benar-benar terasa sesak cuma buat sekedar bernafas.

"Mamah udah sering nyuruh papah buat berhenti merusuhi kehidupan rumah tangga kamu. Tapi kamu sendiri tau papah itu persis kayak kamu, kalo udah punya kemauan."

"Tapi ini sama sekali gak masuk akal mah. Bahkan ketika Yoongi bahagia sama y/n Kenapa papah pengen menghancurkan kebahagian itu? Gimana Hyuna sama Hyunsik nanti?"

"Mamah yakin, kamu sudah cukup dewasa buat mengambil keputusan. Bujuk papahmu sekali lagi. Buktikan kalo emang y/n selalu layak buat ada disamping kamu sampai nanti."

Nyonya Min mengecup lembut pucuk kepala Suga. Hatinya juga hancur ngeliat anaknya sampe harus menangis saat tengah malam begitu.

Tapi sebagai orang tua sekaligus istri, Nyonya Min gak bisa buat memihak salah satu diantara mereka. Dia cuma bisa kasih nasehat terbaik dan semangat pada anak bungsunya itu.

DATING WITH SUGA [ON PROCESS TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang