106.承 HER

6.9K 933 549
                                    

"Tak masalah jika jalanku berliku, asal tetap ada kamu yang menemani. Meskipun hanya sebagai doa."

-Min Yoongi

******

Hari ini perasaan Suga bener-bener dibikin campur aduk gak karuan. Antara harus sedih, marah, atau kecewa terhadap dirinya sendiri. Mana yang lebih tepat menggambarkan dirinya saat ini?

Saat perasaan sedih karena menganggap dirinya payah, saat perasaan marah terhadap papahnya, dan saat dia kecewa dengan keputusan yang telah dia buat saling beradu didalam pikirannya. Mana yang harusnya dia tunjukkan kepada orang lain? Enggak ada, dia hanya akan menyimpan dan menelan semua kepahitan itu dalam dirinya.

"Aku akan menerima perjodohan ini. Tapi dengan syarat, aku yang akan mengatur semuanya. Enggak ada yang boleh ikut campur." Sekali lagi Suga mengatakan hal yang sebenarnya menusuk jantungnya sendiri.

Papahnya mengangguk puas, gak lupa senyum seringainya yang lebih kejam dari seorang psikopat sekalipun menghias bibirnya. Dia menepuk pundak anaknya mengisyaratkan kalo Suga udah mengambil keputusan yang sangat tepat.

"Baiklah, buat itu papah gak akan ikut campur. Tapi kamu cuma punya waktu dua bulan buat melepas status pernikahan kamu." Ucapnya setelah meletakkan cangkir berisi kopi diatas sebuah piring kecil.

"Wah apa ini artinya aku bakal jadi istri dari seorang bintang kelas dunia? Berarti kedepannya aku bakal sering ketemu sama wartawan dong." Gadis itu menyibakkan rambutnya yang berwarna coklat tua. Entah kebanggaan macam apa yang dia rasakan saat ini. Senyumnya gak pernah luntur.

"Kalo gak ada yang mau dibahas lagi, saya mau pergi. Bintang kelas dunia seperti saya gak ada waktu buat membicarakan omong kosong disini." Ucap Suga sarkastik. Lalu dia pergi meninggalkan tiga orang yang masih belum bisa melepaskan rasa bahagianya.

Suga pergi dari kafe itu dan segera menuju mobilnya. Dia membawa mobil yang tadi ditumpangi oleh Suga dan papahnya, tanpa peduli gimana cara papahnya pulang nanti. Toh lagipula papahnya lebih pintar dan licik darinya. Jadi buat apa Suga menaruh kepedulian kepada papahnya.

Sepanjang perjalanan Suga meremas setir mobilnya dengan kuat. Emosi yang gak bisa dilampiaskan membuat dia hanya bisa menangis didalam mobil. Sungguh, ini lebih sakit dari semua kejadian pahit yang pernah dia alami selama hidupnya. Seberapapun berlikunya kehidupan yang udah dia jalani, ini yang paling parah.

"Maafin aku yang, maafin papah ya kakak, Nana, semoga dosa papah ke kalian bisa diampuni. Semoga kalian gak pernah benci sama papah."

Suga melajukan mobilnya menuju ke bandara. Dia mau pesan tiket buat perjalanan liburan dengan keluarganya. Gak jauh, cuma ke pulau Jeju. Dia mau membahagiakan keluarganya, selagi dia bisa. Selagi masih ada kesempatan buat melakukan itu, dia gak akan pernah menyia-nyiakan sedikit waktu yang dia punya.

****

Sore itu Suga pulang kerumah, dan ngeliat kamu lagi beresin baju di lemari. Sebelum melangkah lebih dekat ke kamu, terlebih dulu dia mengambil nafas panjang. Menyiapkan mentalnya, barangkali nanti dia malah nangis didepan kamu.

"Kamu lagi sibuk hmm??" Kata Suga yang datang tanpa kamu sadari dan langsung memeluk pinggang kamu.

Kamu yang dari tadi emang nungguin kedatangan Suga, rasanya seneng aja liat dia udah pulang. Padahal dia cuma pergi beberapa jam, tapi rasanya sama kayak kalo dia pulang dari tournya.

"Enggak, ini udah selesai kok. Katanya pulang malem? Kok baru jam 4 sore udah pulang sih Yoon?" Kata kamu lalu menutup pintu lemari pakaian itu dan berbalik badan berhadapan dengan Suga.

DATING WITH SUGA [ON PROCESS TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang