105.Rencana

6.4K 876 365
                                    

Malam itu kamu liat Suga udah tidur pulas dengan posisi memeluk erat tubuh kamu. Tapi beda halnya dengan Suga, kamu malah gak bisa tidur setelahnya. Tentu aja karena kamu kepikiran dengan apa yang tadi Suga bilang.

"Apa yang akan kamu lakukan jika aku pergi?"

Bukankah aneh? Gak ada angin dan gak ada ujan tiba-tiba dia ngomong kayak gitu. Mana tadi suaranya serak banget lagi. Aroma alkohol juga menyeruak dari mulut Suga. Itu juga yang bikin kamu jadi gak bisa tidur. Enek banget kamu sama baunya. Tapi ketimbang itu, pipi Suga yang lembab pas kamu sentuh tadi, menjadi satu pertanyaan lainnya.

Apa dia habis menangis? Soalnya selain lembab, juga kerasa lebih dingin dari biasanya. Seberapapun kamu mencoba menyingkirkan semua pikiran negatif, nyatanya semua itu emang gak bisa hilang dan perlahan menguasai kepala kamu.

"Bukannya kamu sendiri yang bikin janji? Kalo kita harus cerita tentang apapun yang mengganggu pikiran kita. Dan apapun masalahnya, kita akan selesaikan bersama. Tapi kenapa sekarang aku ngerasa ada sesuatu yang kamu sembunyikan dari aku?" Lirih kamu sembari memperhatikan ketenangan yang terpancar dari wajah Suga.

Bahkan sampe matahari pagi datang menyapa, kamu sama sekali gak tertidur. Semua karena kegelisahan kamu yang akhirnya memaksa kamu tetap terjaga sampe pagi. Dan jujur aja, kamu sekarang malah kesulitan buat fokus.

Pagi itu seperti biasanya, kalo Suga udah bangun tidur kamu mesti pergi ke dapur buat bikin satu gelas susu buat Suga.

Suara derit yang terdengar menandakan kalo air yang ada didalam teko udah mendidih.

"Morning sayang..." Suga datang dan merengkuh tubuh kamu. Menenggelamkan wajahnya di leher kamu. Sialnya malah hal itu bikin kamu sedikit terkejut.

Kamu yang dari tadi emang lagi gak fokus, karena sesuatu yg mengganjal di pikiran. Akhirnya membuat kamu menumpahkan sedikit air panas ditangan kamu.

"Aawww... Panas ahh.."

Suga yang denger kamu merintih, dia langsung melepaskan pelukannya dan beralih fokus meraih tangan kamu yang memerah terkena air panas.

"Ya ampun yang, kamu kenapa gak hati-hati sih? Kenapa bisa air panas tumpah di tangan kamu?" Panik Suga.

Kamu cuma narik tangan kamu dan mengusapnya sendiri sambil kamu tiup buat meminimalisir rasa panasnya.

"Aku gakpapa, kamu gak usah khawatir berlebihan." Kata kamu yang masih sibuk niupin tangan.

"Kamu terluka begini ya masa aku gak khawatir sih? Liat tuh tangan kamu sampe merah gitu." Suga narik tangan kamu. "Ikut aku, kita obati luka kamu itu." Lalu kamu nurutin Suga dan berjalan dibelakangnya.

Dengan telaten Suga mengoleskan salep luka bakar di tangan kamu. Posisinya yang berjongkok didepan kamu membuat kamu bisa leluasa memperhatikan wajahnya.

"Kamu kenapa sih bisa ceroboh banget kayak gini. Untung yang tumpah cuma sedikit. Coba kalo banyak, bisa melepuh tangan kamu nanti." Omel Suga selagi dia ngobatin luka ditangan kamu.

"Maaf, tadi kaget kamu tiba-tiba muncul dibelakang aku terus peluk peluk gitu. Aku takut papah ngeliat."

Suga mendongak ngeliat wajah kamu. Ekspresi dingin diwajahnya membuat kamu sedikit bertanya-tanya. "Emangnya kenapa kalo papah ngeliat?

DATING WITH SUGA [ON PROCESS TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang