Junghyo "dangerous game" part 1

678 85 8
                                    

Cerita ini mix genre thriller ya, yang gak suka jangan baca

Jihyo, Jungkook dan beberapa teman mereka terbangun disebuah ruangan aneh. Hal yang terakhir kali mereka ingat adalah saat terakhir kali mereka makan di cafetaria sekolah mereka. Salah seorang teman sekelas Jihyo terbunuh dan gelang milik Jihyo berada didalam genggaman gadis cantik itu.

"Hya, kenapa melihatku seperti itu! Bukan aku pelakunya!!" Jihyo berteriak saat semua temannya melihat kearahnya

"Kamu yakin? Bahkan kami juga tidak yakin kalau kamu tidak membunuhnya! Gelang ditanganmu cukup jadi bukti kalau kamu memang pelakunya! Jangan lupa kalau kamu juga menyukai Jungkook kan? itu bisa jadi motif pembunuhan Yuri" kata Eunha

Jungkook menatap Jihyo dengan pandangan penuh tanya, jujur saja dia tidak pernah tahu kalau selama ini Jihyo benar-benar menyukainya.

"Hyo, apa benar yang dikatakan Eunha?"

Jihyo tidak bisa menjawab, lidahnya tidak bisa digerakkan. Dia tidak mungkin mengakui perasaannya dalam situasi seperti ini, dan Eunha...bisa-bisanya gadis itu mengatakan hal yang seharusnya menjadi rahasia diantara mereka berdua.

"Aku rasa bukan dia!" Yuju angkat bicara

"Bukankah seharusnya ada bercak darah pada seragamnya kalau dia yang membunuh Yuri" lanjutnya

Mereka masih saling menatap, melihat apakah salah satu dari mereka memiliki noda darah pada seragamnya.

"Sudahlah, lebih baik kita pergi saja!" Kali ini Mingyu yang bicara

"Tunggu, bukankah ini aneh? Kita ada disini setelah kita membicarakan seorang anak lelaki yang jadi menghilang di media sosial?" Lisa mengalihkan topik pembicaraan

"Kim Yeonju, itu kan namanya? Apa salah satu dari kalian tahu apa yang terjadi pada anak kelas sebelah kita itu?" Lanjut Mingyu

Jihyo merogoh kantong seragamnya, tapi dia tidak menemukan ponselnya.

"Apa ada yang membawa handphone? Siapa tahu kita bisa meminta bantuan" kata Jihyo sambil mencari di tempat lain dimana ponselnya mungkin sedang berada

Tak ada satupun yang menjawab, semua yang ada didalam ruangan bawah tanah itu kehilangan ponselnya.

"Bagus! Berarti kita harus melakukan cara susah untuk dapat segera keluar dari sini!" lanjut Jihyo

Ruangan ini benar-benar terasa tak asing bagi Jihyo, dia seolah pernah melihatnya tapi entah dimana. Mereka akhirnya memutuskan untuk berjalan mencari jalan keluar. Dalam cahaya remang mereka mencoba terus berjalan hingga Eunha menginjak sesuatu yang lengket, dia berteriak saat hewan-hewan kecil merayap diatas paha mulusnya.

"Hya!!" Dia memegang tangan Jungkook yang kini berdiri disampingnya

"Kamu kenapa?"

"Aku menginjak sesuatu, geli!! Dia merayap ditubuhku" teriaknya sambil menghentakkan kaki beberapa kali

Grak!! Terdengar suara benda bergerak. Mereka langsung berlari mencari asal suara itu dan akhirnya mereka menemukan sebuah pintu. Jungkook meraih tangan Jihyo yang hampir melewati pintu yang terlihat janggal itu.

"Hyo!!"

"Kenapa menahanku? Lepaskan tanganku!" Jihyo mendorong tangan Jungkook yang tidak bergerak kemanapun

"Kalau kamu keluar, kita keluar bersama"

Jungkook melepaskan tangan Eunha yang melingkar di lengannya, dia menjajari Jihyo dan berjalan keluar bersamanya. Hanya ada pemandangan aneh diluar, bulan tak lagi berjumlah satu tapi dua. Hawa dingin menusuk dan bau mengusik hidung mulai tercium, tak jauh dari tempat Jihyo berdiri terdapat jejak kaki yang mengarah ke suatu tempat di kegelapan.

"Kita mau kemana?" Lisa bertanya sambil menatap Bambam yang dari tadi tidak mau melepaskan tangannya

"Bagaimana kalau kita ikuti jejak itu, siapa tahu saja jejak itu menuju jalan raya" kata Yuju yang seolah sedang mengarahkan mereka

Akhirnya tujuh orang itu berjalan mengikuti jejak aneh itu, tapi bukan jalan raya yang mereka temukan melainkan mereka semakin masuk kedalam hutan. Beberapa menit kemudian mereka berhenti saat melihat sebuah rumah dengan cahaya temaram didalam hutan, mereka mulai mengetuk pintu rumah itu hingga seorang pria tua membuka pintunya.

"Boleh kami menginap disini malam ini? Kami tersesat dan tidak bisa pulang"

Pria tua itu diam tak bicara, tapi dia mengijinkan Jihyo dan temannya masuk kedalam rumahnya. Dia bahkan memasak makan malam untuk mereka semua.

"Makanlah!"

Jihyo menatap aneh kearah pria tua yang kini tersenyum samar saat melihat mereka menyantap hidangan buatannya.

"Jungkook ah, jangan makan masakan pria tua itu" bisik Jihyo

"Kenapa?" Jungkook kembali bertanya

"Ada yang aneh dengannya"

"Hyo, maaf aku benar-benar lapar"

Jungkook makan dengan perlahan sebelum akhirnya Jihyo ikut mengisi perutnya yang kini berbunyi. Selesai mereka makan, pria itu menuntun mereka menuju beberapa kamar yang ada di lantai dua.

"Jungkook ah" Jihyo menarik tangan Jungkook mendekat

"Ada apa lagi?"

"Kita tidur dalam satu kamar saja ya?" bisik Jihyo

"Kenapa, apa ada yang ingin kamu bicarakan?"

"Aku benar-benar punya firasat buruk"

Jihyo, Lisa, Yuju, Eunha, Mingyu, Bambam, dan Jungkook mencoba menggundi kamar mereka dan sepertinya keberuntungan sedang tidak berada di pihak Jihyo. Dia berbagi kamar bersama Lisa sedangkan Yuju tidur sekamar dengan Eunha, sisanya para pemuda itu tinggal dalam satu kamar. Malam itu Jihyo tidak bisa tidur nyenyak, apalagi saat ini dia mendengar pintu tua itu bergerak dan mengeluarkan suara. Jihyo berpura-pura tidur hingga pria tua itu mendekati tubuhnya dan Lisa, dia menghirup aroma tubuh mereka sebelum akhirnya berkata pelan.

"Aroma gadis ini membuatku lapar"

Dia segera mengangkat tubuh Lisa yang sedang berbaring disampingnya dan segera menutup pintu kamar yang ditempati Jihyo. Jihyo mencoba mengintip dibalik pintu saat pria tua itu menghantam kan pisau besar diatas tubuh Lisa dan membuat kepalanya terbelah dua. Jihyo menutup mulutnya sambil menahan rasa takut dan tangisnya, kriet! Suara deritan pintu tua itu membuat Jihyo langsung kembali berbaring diatas ranjang dan menutup tubuhnya saat pria tua itu kembali memasuki kamarnya. Dia kembali menahan napasnya saat pria tua itu mendekatinya.

"Bukan dia, pasti temannya" kata pria tua itu dengan suara parau nya

"Setidaknya aku sekarang punya bahan makanan untuk menu besok pagi, mereka bahkan terlalu bodoh untuk menyadari kalau tadi aku memasak jasad salah satu teman mereka" lanjutnya

Jihyo menahan gejolak didalam perutnya, sungguh saat ini dia ingin memuntahkan daging yang baru beberapa jam yang lalu dimakannya.

"Daging muda memang berbeda, lebih gurih dan lembut" pria tua ìtu kembali bermonolog sebelum akhirnya meninggalkan kamar Jihyo

Jihyo menutup mulutnya dengan tangan sambil berusaha menarik napas dalam-dalam agar makan malamnya tidak kembali keluar. Dia bahkan terlalu takut untuk bersuara karena dia yakin kalau semua temannya sudah tertidur setelah diberi obat yang ditaruh pada teko yang pria tua itu berikan sebelum mereka semua tidur diatas ranjang. Jihyo tertidur saat dia tak lagi bisa menahan kedua matanya yang terlalu lelah setelah hampir semalaman terjaga.

Sekarang dia mulai ingat kalau terakhir kali mereka sadar bukanlah saat mereka berada di cafetaria sekolah tapi saat mereka berada di ruang komputer. Mereka memainkan game yang ditinggalkan anak bernama Kim Yeonju itu didalam lokernya sebelum akhirnya dinyatakan menghilang oleh pihak kepolisian, saat itu dia ingat dengan jelas sebuah pesan yang ditulis pemuda itu "bunuh" diatas secarik kertas didalam lokernya hanya saja dia benar-benar tidak tahu apa maksudnya. Siapa yang harus dia bunuh? Haruskah dia membunuh pria tua itu? Tapi bagaimana caranya?

Vhyokook Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang