Vhyo "revenge" part1

589 85 22
                                    

_______________Park Jihyo______________

"Apa kamu tahu julukan Eunha? Wedding crusher, jangan dekat-dekat dia atau kamu tidak akan jadi menikah."

Awalnya aku kira perkataan Eunseo berasal dari sebuah rumor yang tidak berdasar, tapi malam itu aku belajar sesuatu, jangan pernah menganggap remeh hal yang dikatakan orang, karena tidak akan ada asap kalau tidak ada api. Sekarang semua hanya tinggal puing kenangan setelah aku dan Jungkook berpisah, malam itu aku melihat mereka berdua berada di atas ranjang milik Jungkook, jangan tanyakan padaku mereka sedang apa karena aku benar-benar ingin membunuh mereka karena kesal.

"Hyo, mau ya?" Pertanyaan Eunseo menyadarkan aku kalau ternyata waktu sudah lama berlalu sejak perpisahan itu.

Tiga tahun seharusnya menjadi waktu yang cukup untuk melupakan lukaku, tapi semakin aku mencoba melupakan, semakin malas pula aku untuk menjalin sebuah hubungan dengan makhluk bernama pria.

"Tenang saja kalau dia macam-macam aku akan ...."

"Eunseo-ya terima kasih, tapi tidak untuk saat ini." Aku segera menghabiskan minuman di tanganku dan segera berjalan pulang menuju rumah setelahnya. Suasana malam ini begitu sunyi, bahkan aku bisa mendengar suara hewan malam yang sedang bernyanyi. Bruk! Aku tidak sengaja menabrak tubuh seorang pria yang kini berdiri membelakangi ku.

"Kamu baik-baik saja?" Dia memegang pundak ku sambil mencoba melakukan eye contact denganku.

"Aku baik-baik saja. Maaf, sudah menabrak mu." Aku menundukkan kepalaku berulang kali hingga sebuah suara yang tidak asing memanggil pria yang kini masih menatapku dengan pandangan khawatir.

"Oppa!" Eunha berlari mendekati pria di hadapanku, mereka terlihat dekat bahkan tidak segan untuk melontarkan beberapa candaan dan tertawa bersama.

"Eunha-ya!" Sekarang Eunha terlihat gugup tanpa sebab setelah aku menyebut namanya.

"Kalian saling kenal?" pria itu kembalibertanya

"Tentu saja! Siapa yang tidak kenal dengan Eunha, gadis paling cantik di kampus. Apalagi dia adalah ...."

"Oppa, sebaiknya kita pulang ...." Eunha memotong perkataan ku dan mulai mengaitkan tangannya pada lengan pria yang tampak semakin bingung saat aku menarik lengan mantelnya.

"Bisa antar aku? Aku rasa aku terlalu mabuk." kataku sambil pura-pura kehilangan tenagaku, aku bahkan menjadi gadis licik yang berpura-pura akan muntah di hadapan mereka hanya agar pria itu merasa kasihan padaku.

"Eunha-ya, lebih baik ...."

"Ya, sudah! Antarkan saja dia pulang ke rumahnya!" Eunha terlihat kesal saat mengusirnya dan aku hanya bisa tersenyum licik melihatnya.

Tak ada pembicaraan, hening selama beberapa waktu hingga akhirnya dia menyodorkan sebuah minuman penghilang pengar yang baru saja dia beli dari sebuah mini market di pinggir jalan.

"Kenapa menyuruhku mengantar mu? Aku bahkan tidak mengenalmu." Dia berbicara sambil meneguk minuman hangat di tangannya.

Aku mengeryit karena rasa minuman pereda pengar yang dia beli menyebar di mulutku dan membuatku ingin muntah. Aku menyerahkan kaleng minuman yang baru saja masuk beberapa mililiter dalam tenggorokan ku itu di tangannya.

"Mau?" Sekarang dia menyodorkan kopi di tangannya padaku.

Aku langsung meminumnya dan berakhir membakar lidahku.

"Hya, kenapa langsung diminum, kopinya masih panas!"

Hujan tiba-tiba turun dan membuat kami berlari menuju sebuah emperan toko untuk berteduh.

"Mau menginap di hotel?" Entah kenapa, mendadak aku ingin sekali mempermainkan perasaan pria yang kini berhubungan dengan Eunha.

Dia terdiam sambil memainkan air hujan yang jatuh ke tangannya.

"Jangan terlalu membenci Eunha, sebenarnya dia gadis yang baik, hanya saja dia ...."

"Jadi aku gadis yang buruk ya? Hah, lucu sekali! padahal aku sudah menderita selama tiga tahun belakangan karena dia."

Aku mulai berjalan dalam hujan, membasahi diriku dengan air yang turun lumayan kencang hanya untuk menyamarkan air mata dan hatiku yang terluka. Aku tidak tahu kalau dia membuntuti ku, hingga dia menarik ku menjauh dari sebuah mobil yang melaju kencang ke arahku.

"Kamu sudah gila ya? Aku tidak tahu apa yang dia lakukan, tapi cobalah untuk memaafkan Eunha."

"Apa kamu akan memaafkan dia kalau kamu jadi aku?" Aku menatapnya lamat hingga akhirnya dia menjaga jaraknya dariku.

Semua terasa samar, aku hanya ingat kalau aku terbangun di atas ranjang yang sama dengan pria itu tanpa busana. Aku buru-buru pergi dari tempat kejadian sambil merutuki diriku yang bisa-bisanya melakukan hal bodoh seperti itu hanya untuk membalas perbuatan Eunha padaku.

Seharian aku tidak bisa fokus bekerja bahkan aku hampir saja menabrak lift kalau saja seseorang tidak menahan kepalaku dengan telapak tangannya.

"Terima kasih." Aku membungkuk tanpa menyadari siapa yang kini ada di depanku.

"Kenapa kamu ceroboh sekali!" Kali ini dia menyodorkan sebuah ponsel merah padaku.

"Hah?"

"Bukankah ini ponselmu?"

Aku segera mengingat wajah pria yang tadi pagi aku tinggalkan saat tertidur di atas ranjang. Sial! Kenapa aku harus bertemu dengan pacar Eunha dalam satu gedung pula!

"I ... iya!" Aku segera merebut ponselku dari tangannya, kami masuk ke dalam lift seolah tak terjadi apa-apa di antara aku dan dia.

Beberapa detik kemudian aku lihat seorang wanita cantik memasuki lift yang sama, dia dengan terang-terangan menggoda pacar Eunha hingga aku terpaksa turun tangan. Aku menarik dasi pria itu dan berpura-pura menciumnya hingga dia mulai melihatku dengan pandangan aneh.

"Maaf, aku hanya tidak mau ...." tiba-tiba bibirnya menyentuh bibirku, dan lengannya semakin mempersempit ruang gerak ku hingga aku berakhir membeku seperti orang bodoh dan harus kembali menekan lantai tempatku bekerja, aku kehilangan akal dan tidak merasa saat lift yang aku naiki turun ke lantai paling bawah.

Aku memukul meja tempat kerjaku saat aku memutuskan apa yang harus aku lakukan pada pria tukang selingkuh itu.

"Baiklah, lagi pula aku bisa membalas Eunha dengan begini!"

.
.
.
.

Aku terkejut saat aku membuka pintu rumahku, entah kebetulan apa ini? Yang jelas kini Taehyung oppa sedang berdiri di hadapanku sambil terlihat mabuk.

"Aku akan menginap di sini hari ini!" Pria yang menjalin hubungan dengan Eunha itu memutuskan untuk bermalam di rumahku.

"Sebaiknya oppa pulang saja, lagi pula ini sudah malam!" Aku mencoba mengusirnya namun pria nakal itu malah mendorongku perlahan menuju kamar.

"Oppa!" Aku mencoba menolaknya, tapi pandangan manisnya membuatku kalah.

Park Jihyo sadarlah, kamu tidak boleh terlena! Ingat tujuanmu sebenarnya adalah untuk membalas Eunha!

Aku memejamkan kedua mataku saat kami bergumul di atas ranjang, bisikan kata-kata manisnya membuatku semakin tenggelam dalam permainan yang kini aku mainkan.

Akankah aku bisa benar-benar keluar tanpa terluka atau justru aku yang akan terluka untuk yang kedua kalinya?

Vhyokook Short StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang