Nulis sambil nyemil matevvvv nya gak ketulungan apa lagi gratis😍 di tambah ide yang ngalir deres kaya banjir kalo musim hujan
HAPPY READING
Beberapa tahun kemudian
Seorang pria duduk di meja kerjanya dengan mata yang terus menatap bingkai foto gadis manis di depanya. Ia menggambil bingkai itu dan ibu jarinya mengusap foto tersebut. Foto gadis manis yang sedang tersenyum lebar, foto seorang Arakila Dermawan.
"Sudah lama ya Ara" Reyhan tersenyum memandang foto Ara. Sudah beberapa tahun tapi dia tak bisa melupakan gadis manisnya ini. Dia bahkan sudah berusaha menjalin hubungan dengan banyak wanita tapi selalu berakhir karena hatinya selalu tertuju pada Ara dan akhir akhir ini dia berhenti untuk melupakan Ara dan mulai mencari keberadaan Ara sekaligus menyelidikinya.
Seperti saat ini dia sedang mengawasi Ara lewat laptopnya dengan bantuan suruhanya. Ara sekarang sedang berada di sebuah cafe dengan seorang pria, siapa lagi kalau bukan Ata. Ara terlihat bahagia bersamanya itulah yang menjadi bentengnya selama ini untuk tidak masuk kembali ke kehidupan Ara, Aranya sudah bahagia.
Tapi sekarang berbeda, setelah tau Ata satu bulan belakangan ini bermain main dengan Ara dia tak bisa berdiam diri. Dia akan membawa Aranya kembali. Dia tidak mau Ara bersama pria bajingan macam Ata.
Dia pikir Ata pria yang tepat untuk Ara sampai dia rela melepaskan Ara dan membiarkan nya bahagia dengan Ata. Tapi ternyata dia tidak lebih dari sekedar pria brengsek yang hanya mempermainkan Ara.
Tunggu saja balasan seorang Reyhan Rahardika karena telah berani berani nya mempermainkan gadis kesayanganya.
☆☆☆☆☆
Cafe itu cukup ramai karena ini sudah jam jam makan siang. Ara duduk di sana dekat dengan jendela cafe itu dengan meminum segelas jus alpukat, dia sedang menunggu kekasihnya Ata datang, ini sudah 30 menit dari waktu janjian mereka tapi Ata tak kunjung datang. Memang akhir akhir ini kekasihnya itu sering terlambat jika di ajak bertemu dan sering tak punya waktu untuknya. Tapi dia bilang akhir akhir ini pekerjaanya sedang menumpuk dan tentu saja Ara percaya. Bukankah keutuhan dalam hubungan itu adalah kepercayaan.
"Sayang maaf yah aku lama. Aku tadi di suruh merevisi beberapa berkas dulu. Hah tanganku sampai pegal tau gak" Ata akhirnya datang beberapa menit kemudian dasinya dia longgarkan dengan kancing teratas yang telepas, dia kini duduk di hadapan Ara.
"Gak papa kok aku udah seneng kamu dateng dan gak lupa kaya kemaren kemaren. Kamu pasti cape yah mau pesen sesuatu" Ara tersenyum memaklumi. Pacarnya ini selalu saja sibuk
"Bagaimana aku bisa lupa sama pacarku yang manis ini hmmm" Ata mencubit gemas Ara. Ara hanya cekikikan di perlakukan seperti itu, perlakuan sederhana seperti ini yang membuat Ara semakin mencintai Ata, kekasihnya itu selalu bersikap manis padanya.
"Iih Yang sakit tau" dia mengelus ngelus pipinya yang di cubit Ata. Bibirnya maju beberapa senti.
Cup
Ata mencium pipi Ara yang membuatnya gemas."Ih bang ata malu tau banyak orang" dia kesal karena Ata menciumnya di depan banyak orang, walau Ara yakin mereka tidak peduli tapi tetap saja malu. Walau begitu bibirnya tetap tersenyum mendapat perlakuan manis seperti itu, pipinya bahkan memerah di buatnya.
"Habisnya kamu gemesin sih" lagi dan lagi Ata mencubit pelan pipi Ara.
"Iih jangan nyubitin pipi aku terus, makin lebar ntar pipi aku"
"Biarin aja toh aku sayang sama kamu, gak peduli pipi kamu udah kaya bakpau pun aku masih tetep cinta"
"Ish apa sih gombal"
"Tapi suka kan" Ata mencolek dagu Ara berulangkali, Ara terus menepisnya dengan pipi yang makin memerah malu. Walau dia tau itu cuman gombalan tapi tetap saja hatinya selalu melayang di buatnya."Aku harus kembali sekarang" Ata melihat jam tanganya dan berdiri dari kursinya
"Tapi kamu baru aja dateng. Kita juga baru bertemu masa harus pergi lagi"
"Aku sibuk sayang, kamu harus ngerti yah"
"Segitu sibuknya sampe gak punya waktu buat pacarnya sendiri" Ara menekuk wajahnya sebal, dia baru saja bertemu dengan Ata setelah satu minggu ini Ata selalu sulit di ajak bertemu bahkan hanya sekedar berkomunikasi pun sekarang jarang. Dia rindu kebersamaanya dulu. Bahkan di hari libur seperti sekarang pun Ata tetap bekerja. Tidak ada lagi hari libur bersenang senang dengan Ata."Maaf ya sayang. aku kerja juga buat kamu, buat nikahin kamu nanti jadi jangan marah yah" Ata mengacak rambut Ara
"Aku pergi dulu. Mmuaah" dia mencium kening Ara sekilas dan pergi keluar cafe menuju mobilnya sebelum melaju meninggalkan Ara seorang diri."Hah" hembusan napas kasar terdengar dari mulut Ara. Resiko jadi pacar yang punya kesibukan ya kaya gini gak bisa ketemu setiap saat apa lagi menghabiskan waktu bersama, sekali bertemu cuman beberapa menit. bahkan hanya sekedar memberinya kabar pun jadi super sulit. Dasar kekasihnya itu apa gak bisa punya waktu untuknya, Untung sayang kalo gak dia udah minggat ke lain hati.
Ara bangkit berdiri, mengambil totebag kesayanganya tak lupa membayar jus alpukatnya lalu pergi meninggalkan cafe itu. Sekarang ini hari liburnya dia tidak tau mau menghabiskan waktu kemana dan dengan siapa. Biasanya dia akan pergi kencan dengan Ata kalau libur kerja seperti ini, tapi Atanya sibuk bekerja.
Ara terus berjalan tanpa tujuan dan tak sengaja menyenggol seorang pejalan kaki dia buru buru meminta maaf berulang kali sambil menundukan badanya.
"Maaf, maafkan saya tidak sengaja"
"Iya gak papa" tunggu suara itu suara yang sudah sangat lama tidak didengarnya. Suara yang membuatnya rindu setengah mati. Apakah..apakah itu....."Rey" Ara mendongak matanya melebar tak percaya, dia tak percaya dia bisa bertemu lagi dengan Reyhan. Beberapa tahun lalu setelang pertengkaran itu Ara tak pernah bertemu lagi dengan nya dia menghilang bak di telan bumi.
"Hai Ara. Apa kabar? Sudah lama yah tidak bertemu" Reyhan berdiri di sana dengan senyum nya yang menawan, kedua tanganya dia masukan ke saku celana. Reyhan masih memakai setelan kantornya, rambutnya terlihat acak acakan yang membuatnya terlihat semakin tampan. Dia seharusnya sudah kembali ke kantor setelah makan siang tadi tapi Reynald tidak tahan untuk menemui gadisnya jadilah dia nekat keluar dari persembunyianya selama ini. Dia bahkan sampai menelantarkan meeting penting jam 2 siang nanti. Masa bodo lah toh dia bosnya dia bisa menyuruh bawahanya untuk mengurusnya, gadisnya lebih penting sekarang.
"Reey" Ara menerjang Reyhan dan memeluknya erat, menyalurkan semua kerinduanya selama ini. Reyhan kembali, Reyhan nya kembali.
"Kau kembali Rey. Aku merindukanmu"Reyhan terkekeh dia membalas pelukan Ara tak kalah eratnya. Tak di pungkiri dia juga sangat merindukan Aranya. Mereka berpelukan cukup lama tidak memperdulikan orang orang yang menatap aneh pada dua manusia yang berpelukan di muka umum.
"Udah kita bicaranya di tempat lain aja, gak enak di liatin banyak orang" Reynal melepaskan pelukanya
"Iya kita harus bicara. Dan kau harus menjelaskan semuanya. Kau harus menjelaskan kemana saja selama ini. Aku mencarimu kau tau" Ara berkacak pinggang wajahnya dia buat sesangar mungkin."Iya iya. Stop dulu ngomong nya, nanti aku jelasin ok. Kita pergi ke tempat sepi dulu" Reynald terkekeh geli dengan ekspresi Ara yang dibuat buat. Bukanya sangar tapi malah terlihat menggemaskan di mata Reyhan. Reyhan menarik tangan Ara mengajaknya menaiki mobilnya.
"Ih Rey genit"Reyhan kembali terkekeh. Dalam beberapa menit ini Ara sudah membuatnya tertawa tanpa beban. Memang kehadiran Ara masih berefek besar pada kehidupanya walau sudah lama Reyhan berusaha melupakanya tapi Ara selalu bisa membuatnya bahagia dengan caranya sendiri. Dia bisa menjadi dirinya sendiri di hadapan Ara
"Udah ayo naik aja" Reyhan membuka pintu mobil penumpang di bagian depan.
"Tapi kita mau kemana?"
"Udah gak usah bawel" Reyhan sedikit mendorong Ara agar masuk dan duduk di joknya kalau tidak, bisa lama berdebat merekaSemoga suka sama capernya yah😻😻😻
![](https://img.wattpad.com/cover/209583895-288-k884380.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy 'BoyFriend'
Chick-Lit⚠WARNING⚠ ADA BEBERAPA CAPTER MENGANDUNG KONTEN DEWASA 18+ 21+ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA Gende:Chicklit Jangan pernah berharap pergi atau lari dariku. Atau aku tidak akan segan menghukumu, dengan hukuman yang lebih berat di setiap kau mencoba lar...