Sudah genap dua bulan lebih Ara berstatus menjadi seorang istri.
Dua bulan ini tentu banyak yang berubah dan terjadi.
Di mulai dari bangun tidur yang awalnya hanya menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri sekarang harus memasak untuk dua orang. Yang awalnya Ara akan sibuk dan seru sendiri karena tinggal seorang diri kini harinya harus terus di recoki Reyhan yang terkadang lebih manja dari balita saat pria itu ada di rumah.
Ia juga jadi ada teman tidur karena mereka memang sejak awal bersepakat tidur seranjang. Tolong di garis bawahi dengan huruf besar, mereka hanya tidur tanpa melakukan kegiatan lain selain berpelukan atau bercengkrama, tidak ada adegan plus-plus dan panas selayaknya suami istri.
Hanya hal-hal dan kebiasaan kecil yang berubah selebihnya tetap di tempat. Perasaanya misalnya.
Selama ini juga mereka tidak pernah absen untuk menjenguk Thalia di rumah sakit. Bisa setiap hari dalam seminggu keduanya akan pergi ke sana atau paling tidak saat Reyhan tidak bisa ikut pria itu akan menyuruh supir kepercayaanya untuk mengantar sang istri.
Hubungan keduanya juga semakin dekat dan...romantis. Banyak yang bilang mereka cocok, tapi siapa sangka keduanya hanya menikah kontrak. Tapi apa bisa di bilang nikah kontrak kalau keduanya tidak ada sama sekali menandatangani sebuah surat dan hanya membuat perjanjian lisan semata dan mereka malah menikmati hubungan yang terjalin sekarang ini.
Entahlah Ara juga bingung. Yang bisa ia lakukan hanya menjalaninya dengan lapang dada serta berusaha menjadi istri yang baik.
Ah ada satu hal yang terlupakan.
Malik
Ara dan pria itu masih sering berhubungan. Bertelepon atau hanya sekedar bertukar pesan singkat di waktu luang, walau pun interaksi keduanya mulai merenggang. Bisa dalam empat hari mereka tidak berkomunikasi.
Entahlah lagi-lagi Ara bingung. Semunya begitu rumit. Di satu sisi ia bahagia bersama Reyhan dan di sisi lain ia juga tidak ingin menyakiti Malik.
Akhir-akhir ini pikiranya bercabang. Ia ingin menjadi istri yang baik, tapi ia teramat ingat perjanjian mereka apa lagi dengan adanya status Dara sebagai kekasih Reyhan, ada keengganan di diri Ara, ia merasa seharusnya Daralah yang ada di posisinya.
Setiap berdekatan dengan Reyhan, saling berpelukan dan merangkul saat itulah Ara merasa menghianati dua orang sekaligus. Dara dan Malik kekasihnya.
Tapi di sisi lain saat ia berhubungan dengan Malik ia juga merasa menghianati Reyhan suaminya.
Benar-benar rumit dan memusingkan.
Rasanya Ara ingin bertukar peran saja dengan orang lain. Hidup sederhana dengan kisah asmara yang tidak kalah sederhana juga. Pedekatan, pacaran lalu menikah, memiliki anak yang lucu-lucu yang nantinya sang anak akan memiliki anak yang tidak kalah lucu lagi dan selesai, happy ending.
Andaikan sesimple dan sesederhana itu.
Di titik inilah Ara mulai memutuskan sesuatu. Ia harus lebih tegas dengan perasaanya sendiri, lebih tega menyakiti orang lain dari pada semakin menambah luka dalam pada orang itu dan dirinya sendiri. Ia harus memilih, tetap tinggal di sini dengan Reyhan lalu melepaskan Malik atau bertahan dengan Malik dengan masih tetap dengan Reyhan sampai waktu perpisahan yang di janjikan itu tiba.
Tapi ada satu hal yang mengganjal. Apakah Reyhan mau bertahan denganya dan melepaskan Dara di saat ia memilih menetap dan melepaskan Malik. Ia tidak ingin di saat ia melepaskan Malik tapi ia juga kehilangan Reyhan karena lebih memilih Dara.
Oke anggap saja ia egois, Ara hanya tidak ingin hidup sendirian tanpa satu pun orang di sisinya.
Ada keinginan untuk menyuarakan pertanyaan itu tapi selalu gagal. Seolah ada yang menahan dan membungkam mulutnya. Ada rasa takut tersendiri di lubuk hatinya. Takut ia kecewa akan jawaban Reyhan yang di luar ekspetasinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy 'BoyFriend'
Literatura Feminina⚠WARNING⚠ ADA BEBERAPA CAPTER MENGANDUNG KONTEN DEWASA 18+ 21+ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA Gende:Chicklit Jangan pernah berharap pergi atau lari dariku. Atau aku tidak akan segan menghukumu, dengan hukuman yang lebih berat di setiap kau mencoba lar...