Lari, lagi dan lagi, yang ia lakukan hanya terus berlari tanpa arah, tanpa tujuan.
Perih dan rasa sakit pada kakinya ia hiraukan begitu saja, yang lebih penting sekarang adalah menjauh sejauh-jauhnya dari tempat ini. Tempat penuh luka sekaligus penuh kenangan.
_________________________________________
Tidak terasa saja sudah dua bulan berlalu. Malik sekarang telah di angkat menjadi Ceo di salah satu cabang M.A Corp.
Karena cabangnya itu terdapat di luar kota jadilah Ara dan Malik jarang bertemu. Paling mentok seminggu tiga kali. Malik awalnya berencana memutasi Ara ke cabang yang sama denganya tapi tentu di tolak keras oleh Reyhan. Jadi ya gitu deh Malik harus rela mengendarai mobil 3 jam untuk menemui Ara. Melelahkan sih pulang pergi dengan jarak tempuh yang jauh tapi sepadan dengan apa yang ia dapatkan, senyuman Ara, pelukan Ara, dan masakan Ara. Mungkin kalau kata anak-anak gaul jaman sekarang Malik sudah kelewat bucin.
Kadang saat ada kesempatan Malik akan pulang hanya karena ia rindu masakan Ara lalu kembali lagi dengan hanya satu jam bertemu. Ara benar-benar tidak habis pikir, untuk apa Malik pulang hanya untuk memakan masakanya yang waktu itu cuman nasi goreng saja lalu kembali lagi, apa pria itu tidak merasa lelah 6 jam berkendara pulang-pergi. Tapi ya itulah Malik, saking bucinya ia rela lelah fisik hanya untuk bertemu Ara.
Ara baginya adalah tempatnya kembali, tempatnya pulang. Sejauh apa pun ia pergi yang pertama kali akan ia temui ya kekasihnya itu. Oke mungkin ia anak durhaka karena melupakan ibunya tapi ibunya saja tidak keberatan jadi kenapa enggak.
"Hahaha Malik lucu sekali di sini. Seperti bukan dia saja" tawa Ara di ikuti orang-orang yang ada di ruangan itu.
"Dia memang sangat manis dulu tapi sekarang sih boro-boro amit-amit yang ada" sambung sang nyonya rumah, Sellena-ibu Malik.
Yups Ara sedang ada di kediaman Malik sekarang. Tidak ada rangka khusus hanya berkunjung untuk bersilahturahmi saja, sekaligus memanfaatkan waktu luang Malik. Karena waktu yang di miliki pria itu hanya satu hari saja jadilah Malik family time dengan mengajak Ara. Selain bisa menghabiskan waktu dengan keluarga ia juga sekalian ingin mengakrabkan Ara dengan keluarganya.
"Walau pun aku sudah tidak manis lagi tapi aku masih tetap tampan bahkan makin tampan ma" sela Malik jengkel. Sudah ia katakan pada ibunya itu kalau ia melarang Sellena untuk menunjukan foto masa kecilnya, di sanakan ada aibnya semua bisa turun dong wibawanya di mata Ara, tapi eh emang dasarnya ibunya ini kepala batu tetap saja di perlihatkan jadilah ia di tertawakan oleh keluarganya. Mana aib keluar semua lagi, mau di taruh di mana wajahnya nanti.
"Abang gak usah kepedean deh, wajah seperempat gantengnya sunggokong juga" ejek Kania-Kania Larasati Ahmad, adik satu-satunya Malik.
"Wah muka-muka Justin Bieber gini di bilang sung gokong lagi. Punya adik laknat banget emang" di pitingnya kepala Kania di sela ketiaknya membuat gadis remaja itu mengaduh.
"Iihh abang sakit iihhh" setelah kepalanya terlepas Kania mengerucutkan bibirnya kesal sembari mengelus-elus leher yang terasa sakit.
"Lagian bukanya di baik-baikin di depan calon iparnya malah ngeselin lu bocah"
"Kok bisa sih kak Ara mau aja pacaran sama abang Malik? Abang Malik itu kalo tidur suka ileran jorok banget" Ara cekikikan saja melihat kakak beradik yang kembali adu piting di depanya. Satu hal yang bisa ia simpulkan dari keluarga Malik, harmonis.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy 'BoyFriend'
ChickLit⚠WARNING⚠ ADA BEBERAPA CAPTER MENGANDUNG KONTEN DEWASA 18+ 21+ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA Gende:Chicklit Jangan pernah berharap pergi atau lari dariku. Atau aku tidak akan segan menghukumu, dengan hukuman yang lebih berat di setiap kau mencoba lar...