35

2.9K 93 0
                                        

"Kenapa kamu menghianati tante" suara seorang wanita langsung meraung murka saat pria itu baru saja mengangkat telepon.

"Tidak ada penghianatan di sini tante" jawab pria muda itu dengan menyeruput kopi hitamnya santai.

"Tapi kamu sudah sepakat dan berjanji ingin membantu tante tapi apa ini, kamu malah berbelok dari rencana awal"

"Aku sudah bilang dari awal aku sama menginginka-nya seperti dia" Terdengar wanita di sebrang sana meraung frustasi. Rencana awalnya gagal total, sekarang ia harus merelakan-nya bersanding dengan pria itu kalau dia tidak juga bergerak.

"Tante nyesel minta bantuan sama kamu" ujar wanita itu lemah. Kalau tau begini mana mau ia bekerja sama dengan pria muda itu.

"Aku tidak menyesal sama sekali, bahkan aku berterima kasih sama tante karena berkat tante aku bisa bertemu denganya" muak mendengar suara yang sama sekali tidak ada rasa bersalah sedikit pun wanita itu menutup sambungan telponya sepihak.

Tentu saja tidak masalah bagi pria muda itu, baginya dengan begini semuanya akan berjalan dengan lancar, dengan semestinya. Tidak ada lagi perjanjian yang mengekang kedepannya nanti.

Ia akan memperjuangkan wanitanya bahaimana pun caranya.
_____________

Lalu lalang para pegawai sudah jadi hal lumrah saat jam makan siang seperti ini. Seperti Ara misalnya, ia sedang menunggu kekasihnya di lobi sesuai janji mereka.

Tatapan wanita itu tidak lepas dari layar lima inchi miliknya, mensecroll media sosial yang sudah lama tidak ia buka. Sepertinya ia terlalu sibuk sampai lupa akun sosial medianya, banyak info-info yang bahkan belum ia tahu. Seperti tim kesebelasan kebangganya ternyata sekarang anggotanya sudah berganti. Jangan salah, walau perempuan Ara penyuka permainan bola bundar itu. Ia menyukai salah satu klub sepak bola lokal, bahkan kadang saat klub itu tanding sudah dari jauh-jauh hari ia menabung untuk membeli selembar tiket. Biasanya Ara akan pergi dengan Galih atau kalau tidak ia meminta--memaksa di temani Dara yang notabenya tidak menyukai sepak bola kalau Galih sedang tidak bisa.

"Ara?" Wanita itu mengangkat kepalanya dari layar handphone. Reyhan sudah berdiri di depanya dengan masih berbalut jas kantor, bisa di tebak pria itu ingin mengajaknya makan siang. Ia lupa untuk mengabari pria itu kalau dirinya akan makan siang dengan Malik.

Ara merasa udara langsung lenyap seketika tanpa ia tau alasanya. Beberapa hari mereka tidak bertemu membuat Ara merasa Reyhan semakin tampan dan manly.

Ara merasa kehilangan sosok Reyhan. Walau pun keseharianya beberapa hari ini terisi oleh Malik tapi pria itu tidak akan bisa tergantikan.

Apa ia boleh jujur kalau ia merindukan kebersamaan mereka dulu tanpa harus menjaga jarak untuk menjaga perasaan seseorang.

Ingat Ra kamu udah punya pacar, haram rindu sama cowo lain. Batin Ara merutuki.

Eh iya soal pacar...diakan belum bilang sama Reyhan. Apa kira-kira respon pria itu nanti?

Sedih, senang, marah atau...cemburu.

Eh kenapa juga Reyhan cemburu.

"Eh Rey ada apa kemari?"

"Memangnya aku di larang ke sini ya?" Reyhan menatap Ara tajam, seingatnya belum pernah selama Ara bekerja di sini wanita itu bertanya seperti itu. Ara kelihatan aneh di matanya dengan sikap seperti itu.
"Apa ini kata sambutan setelah kita lama tidak bertemu" sarkas Reyhan

"Eh...bukan gitu aku pikir kamu lebih memilih makan siang sama Dara" oke Ara tidak maksud untuk menyindir tapi melihat raut wajah Reyhan yang berubah pria itu sepertinya tersinggung.

My Crazy 'BoyFriend'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang