52

7.2K 99 1
                                    

Mata hitam itu mengerjap ketika cahaya matahari mengintip dari sela-sela gorden. Ia melengkuh pelan merasakan badanya begitu remuk.

Melihat cahaya matahari yang sudah bersinar terik ia yakin ini sudah siang. Beberapa hari ini memang Ara terbangun lebih siang dari biasanya. Seperti saat ini waktu sudah menunjukan pukul 09.34 wib tapi ia masih bergelut di bawah selimut.

Semuanya ini karena rutinitas barunya di malam hari. Reyhan menggempurnya habis-habisan. Setelah malam pertama mereka yang tertunda-kurang lebih empat hari yang lalu pria itu selalu memintanya lagi dan lagi. Entah pagi, siang dan malam tidak ada puas-puasnya.

Beberapa hari ini ia bahkan baru tertidur jam setengah empat pagi, itu pun kalau ia tidak mengeluh akan pingsan Reyhan pasti akan terus menggempurnya. Pria itu ternyata memiliki stamina yang kuat.

Mata hitam Ara menoleh saat Reyhan melintas di depan matanya dengan membawa sekeranjang baju kotor.

"Oh kamu sudah bangun rupanya" ujarnya, meletakan keranjang pakaian kotor itu lalu mendekat, duduk di tepian kasur di samping Ara. Mengecup bibir bengkak istrinya itu, ralat lebih tepatnya melumat.

Uuh dia benar-benar tidak bisa mengontrol gairahnya lagi. Kalau saja Ara tidak menghentikanya sudah pasti ada adegan plus-plus di sana.

"Reey" rengek Ara jengah dengan mendorong dada bidang pria itu. Reyhan hanya cengengesan saja.

"Maaf sayang. Aku tidak pernah puas dengan tubuhmu. Lihat saja adik kecilku sudah bangun" Ara memang bisa melihat bukti dari gairah pria itu. Ia berdehem memalingkan wajahnya malu.

"Hmm sudah siang, mandilah lalu sarapan aku sudah menyiapkanya di meja makan. Aku mau mencuci baju dulu" yah selama beberapa hari ini yang bertugas menyiapkan sarapan dan mencici baju adalah Reyhan walau pun ada maid tapi pria itu senang melakukan hal-hal kecil untuk menyenangkan Ara, meringankan beban wanita itu.

Sebenarnya Ara malu juga. Ia malu saat membayangkan Reyhan memegang pakaian dalamnya, melihatnya dengan sesama dan membayangkan kalau pria itu tengah membayangkanya memakai pakaian dalam itu. Aish apa-apan, kenapa dia berubah mesum seperti ini.

Ara menggeleng keras.

Setelah Reyhan pergi Ara baru beranjak dari ranjangnya. Ia menyeret selimut tebal itu untuk menutupi tubuh polosnya dan bergegas membersihkan diri.

.

Bau harun omlet dan roti panggang benar-benar menggugah selera. Apa lagi segelas susu coklat kesukaanya. Yah Reyhan memang bisa memasak, tapi ya tentu saja hanya makanan-makanan simple yang pria itu bisa.

Ara melahap omlet itu perlahan, menikmati citarasanya lamat-lamat. Terlalu gurih, tapi ini enak.

Reyhan datang kemudian, duduk di sampingnya setelah beres memasukan pakaian kotor ke mesin cuci. Ia menopang dagunya, memerhatikan sang istri yang tengah memakan masakanya dengan lahap sampai tuntas. Bibirnya melengkung tersenyum senang, merasa bahagia karena Ara menyukai masakanya.

"Bagaimana enak tidak?"

"Terlalu gurih, tapi aku suka" jawabnya dengan mecolek sedikit sambal dengan omlet yang ia tusuk dengan garpuh agar memiliki rasa sedikit pedas.

Reyhan manggut-manggut dengan terus memperhatikan Ara yang sekarang memakan roti panggangnya. Tidak beralih sama sekali sampai wanita itu meneguk tetesan terakhir susu coklatnya.

Anggap saja Reyhan gila. Ia hanya merasakan rasa bahagia yang terat sangat.

Aktivitas mereka beberapa terakhir itu membuat perasaan itu makin membuncah. Hatinya menghangat dan berbunga-bunga. Apa lagi mengingat ialah pria pertama bagi wanita itu, ia semakin tersenyum lebar.

My Crazy 'BoyFriend'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang