78

2K 111 10
                                        

"Kamu menyukainya?" Ara tersenyum cerah. Ia mengangguk semangat bak anak kecil.

Malik terkekeh gemas. Tingkah Ara memang tidak pernah membuatnya bosan, ada saja yang membuat ia terpesona.

Jarinya mengelap sisa ice cream pada sudut bibir wanita itu.

"Makanya pelan-pelan aja" Ara mengangguk malu.

Kini keduanya sedang ada di toko es krim dekat komplek rumah Malik.

Ah apa ia belum bilang jika sekarang ia tinggal dengan malik.

Sehari setelah menolongnya Malik memboyong ia juga Thalia ke rumahnya karena prihatin dengan keadaan keduanya.

Tentu saja prihatin. Bayangkan saja Ara dan Thalia hanya memiliki dua pasang baju- yang mereka pakai saat kabur juga sepasang lainya di beli dari separuh gajinya. Terus flat mereka hanya berisikan sebuah tikar juga sehelai kain yang ia tebak pengganti selimut.

Tidak bisa ia bayangkan jika musim dingin datang. Tidak ada penghangat, baju juga selimut tebal. Akan bertahan berapa lama mereka di suhu yang teramat dingin tersebut.

Awalnya tentu Ara menolak. Merasa tidak enak dan enggak menyusahkan. Apa lagi kejadian dahulu itu membuatnya canggung.

Tapi karena Malik memaksa akhirnya ia mengiyakan. Apa lagi ia bukan hanya seorang diri tapi ada Thalia bersamanya. Ia tidak mungkin membiarkan Mommynya dalam keadaan sulit seperti kemarin.

"Jadi rencanamu apa setelah ini?" Ara menoleh lalu kembali menatap kedepan dengan menerawang.

"Hmm entahlah. Yang pasti aku ingin mencari pekerjaan juga tempat tinggal" yaa karena tempat tinggal Malik jauh dari tempat bekerjanya dulu. Ia juga sudah keluar dan mengganti rugi gajinya karena tidak bekerja sampai tanggal yang di tentukan.

"Kenapa mencari tempat tinggal? Kamu bisa tinggal di rumahku selama yang kamu mau" Ara menoleh dengan tidak enak hati. Ia pernah menolak pria itu tapi kenapa Malik masih tetap baik padanya. Apakah tidak ada rasa benci sedikit pun di hatinya.

"Aku tidak enak selalu merepotkan. Lagian tidak baik juga tinggal serumah dengan pria" Malik terkekeh di sela-sela ia memakan eskrim.

"Ini luar negri. Sudah biasa mereka melihat hal seperti ini. Mereka juga tidak akan perduli" benar juga.

"Tapi tetap saja aku tidak ingin merepotkanmu. Aku akan mencari tempat tinggal secepatnya" raut wajah Malik berubah lesu yang di buat-buat.

"Ah aku tau kamu ingin menjaga jarak darikukan" Ara menggeleng kuat. Ia melampaikan tanganya menyangkal.

"Tidak, bukan begitu...aku tidak maksud" pria itu terkekeh melihat respon Ara yang lucu. Ia mengacap puncak kepalanya gemas.

"Aku bercanda" Ara berdecak

"Ah iya aku lupa menanyakan ini. Kenapa kamu ada di negara ini? Aku pikir kamu sudah kembali ke indonesia"

"Entahlah, aku hanya merasa nyaman disini. Hatiku menginginkan menetap, dan ya aku di sini sekarang" dan mungkin itu feeling kalau aku masih memiliki kesempatan memilikimu.

Jika kalian pikir Malik bisa melupakan Ara kalian salah. Mungkin sedikit. Tapi sebagian besar hatinya masih mengharapkan wanita itu. Cintanya tidak pernah luntur oleh waktu. Walau pun di tolak, merasa tersakiti tapi Malik tetap tidak bisa membenci wanita itu.

Melihat Ara yang kadang kekanakan juga menggemaskan mana mampu ia membencinya.

Beberapa cara telah ia lakukan untuk menghapus perasaanya itu. Memacari wanita random di club. Menghabiskan hampir seluruh harinya dengan menyibukan diri-agar tidak teringat Ara bekerja bagai kuda dengan setumpuk kertas. Dan banyak hal gila lainya. Tapi sayang tidak ada yang berhasil satu pun.

My Crazy 'BoyFriend'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang