Marah

5K 164 4
                                        

"Jadi kamu kuliah jurusan bisnis juga?" Malik menoleh sekilas ke arah Ara lalu pokus lagi mengendarai mobilnya. Tidak terasa mereka bermain dan berjalan jalan sampai jam 7 malam.

  Tadi Malik memaksa Ara untuk mengantarnya. Sebagai lelaki gantel tentu saja Malik tidak membiarkan Ara pulang sendirian malam malam begini. Yah walau pun masih sangat ramai tapi siapa yang tau, kejahatan di mana mana. Salah satu alasanya ya itu, tapi alasan utamanya adalah ingin tau rumah Ara. Mungkin mulai hari ini dia akan sering bertemu dengan Ara.

  "Iya gitu deh"
"Gitu yah. Aku cariin kamu kerjaan mau gak. Gajinya pasti yang lebih baik dari pada kamu cuman kerja di mini market aja?" Jangan tanya dari mana Malik tau Ara bekerja di mini market. Karena mereka sejak tadi berbicara banyak hal hal pribadi tentunya.
  "Apa gak ngerepotin?"
"Ah gak sama sekali kok"
  "Boleh boleh. Kalo kamu gak keberatan sih"
  "Gak kok santai aja"
"Oh itu rumahku, cat biru pagar kayu" Ara menunjuk ke arah rumahnya. Tapi ada mobil terparkir di sana. Seperti mobil Reyha. Mobil Malik berhenti di belakang mobil itu. Ternyata benar, ada Reyhan duduk di kursi rotan di teras rumahnya. Menyilangkan tanganya terlihat marah. Ara lalu keluar di susul Malik

  "Rey"
"Bagus yah. Pulang malem malem gak ada kabar. Di chat di telepon gak di bales. Kemana aja kamu dan siapa dia?" Reyhan berdiri dan menatap Ara tajam. Ara menunduk takut. Reyhan memang jarang memarahinya. Tapi sekali marah menakutkan.
  Malik yang melihat Ara di marahi seperti itu tidak enak hati. Ini salahnya karena membawa pulang setelah malam hari seperti ini.

  "Oh ini Malik temen aku"
"Malik" Malik mengulurkan tanganya tapi hanya menggantung di udara karena Reyhan tak membalasnya dan malah menatapnya tajam tidak suka. Malik menarik kembali tanganya dengan kikuk.

  "Reey" Ara yang melihat itu tidak enak hati kepada Malik.
  "Mendingan kamu masuk sekarang Ra" Reyhan berucap tajam dan dingin.
  "Tapi Rey..."
"Ara masuk" suara Reyhan naik satu oktap. Dia maju mendekati Ara lalu mencengkram tanganya. Ara meringis mengigit bibir bawahnya semakin takut.

   "Wow wow wow. Santai man. Ini bukan salahnya. Tapi salah gue, gue yang ngajak dia jalan jalan tadi" Malik menahan tubuh Reyhan dengan kedua tanganya dan melindungi Ara di belakangnya dan melepaskan cekalan Reyhan.

   Reyhan yang melihat Malik memegang tangan Ara semakin murka. Wajahnya merah padam. Rahangnya mengeras sampai giginya begelatukan. Tanganya mengepat sampai otot otot nya menonjol.

  "Lepasih tangan lo dan pergi dari sini" Reyhan mendesis. Suaranya pelan penuh penekanan tapi mengerikan. Malik mengangkat tanganya tanda menyerah dan menjauh sedikit dari Reyhan atau pun Ara.

  "Malik, kamu mendingan pulang aja deh"
  "Kamu yakin gak papa aku tinggal?"
  "Maksud lo apa hah. Mau bilang Ara gak aman bareng gue. Dia lebih gak aman deket deket sama lo" Reyhan menunjuk nunjuk Malik marah

  "Dia emang gak aman sama singa pemarah kaya lo"
  "Sialan lo!" Reyhan menerjan Malik dan bersiap memberinya bogeman jika saja Ara tidak menahanya.

   "Udah Rey udah. Malik kamu pulang aja yah. Makasih udah nganterin"
"Ok kalo gitu" Malik terpaksa menyerah dan pergi. Dia sebenarnya khawatir Ara di apa apain sama singa ngamuk itu. Tapi melihat situasi yang semakin kacau karena dia, lebih baik pergi dari pada semakin buruk.

  "Pengecut lo. Gitu aja lari"
"Rey udah stop. Ayo masuk. Ayo Rey" Ara mendorong dorong Reyhan untuk masuk ke rumahnya. Ketika dia memutar kuncinya dan masuk saat itulah Reyhan marah besar.

  "Kamu dari mana aja hah? Aku nungguin kamu 2 jam tau gak. Kenapa chat sama teleponku gak di bales?"
"Maaf tadi handphoneku mode silent jadi aku gak tau kamu menelpon"
  "Jadi kamu men-silent handphone kamu biar gak ada yang ganggu kebersamaan kamu sama dia gitu"
  "Bukan gitu Rey..."
"Terus siapa tadi?"
  "Dia temen aku Rey. Namanya Malik"
  "Sejak kapan kamu temenan sama dia? Kok aku gak tau"
  "Baru tadi siang" Suaranya pelan tapi Reyhan masih bisa mendengarnya.

My Crazy 'BoyFriend'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang