68

2K 91 10
                                    

Tenggorokanya juga kering. Dadanya sudah naik turun dengan brutal karena lelah. Kakinya sudah jauh melangkah tapi penampakan dari ujung hutan ini bahkan belum terlihat.

Sayup-sayup ia mendengar gaungan suara mobil. Secercah harapan hinggap. Ia berpikir bahwa ia bisa terbebas dari sini tak lama lagi.

Tapi sepertinya Tuhan sedang tidak berpihak padanya. Ternyata orang di balik kemudi itu adalah Reyhan.

***

Melihat raut murka di wajah suaminya Ara perlahan mundur saat pria itu maju lalu kemudian lari menjauh.

Tapi sayang tubuh lelahnya yang tidak pernah berolahraga yang berjalan jauh lalu kini di paksa berlari tidak bisa menyeimbangi kecepatan dan kefit-an tubuh tegap Reyhan yang sering pergi ke Gym.

Pria itu mencengkram tanganya begitu kuat. Dadanya naik turun menahan amarah. Rahangnya mengeras.

Bagaimana bisa anak buahnya yang di katakan terbaik di kelasnya bisa kecolongan seperti ini.

"Kenapa kamu ada di sini hmm?" Geramnya rendah. Ara tidak menjawab. Ia berusaha keras mencekal tangan Reyhan untuk melepaskan tanganya.

"Kenapa kamu bisa keluar" geramnya lagi tapi sekali lagi tidak mendapatkan jawaban dari Ara.

Reyhan langsung saja menyeret wanita itu masuk mobilnya walau pun Ara terus saja memberontak.

"Lepas" kaki kecilnya berusaha menginjak tanah seperti mengerem. Berusaha menghentikan tarikan pria itu tapi sia-sia.

Dan satu ide terlintas di benaknya.

Arrrgggg

Dengan sekuat tenaga ia menggigit tangan Reyhan sampai tanganya terlepas.

Tanpa menyianyiakanya ia lantas lari sekuat yang ia bisa. Tumitnya terasa perih karena lecet oleh sepatu flatshoes yang ia pakai. Tapi sedikit pun ia tidak menyerah sampai Reyhan mendekapnya dari belakang. Menyeretnya tanpa manusiawi.

Jeritan-jeritan Ara seolah tidak pria itu dengar. Kuku-kuku sang istri yang menggores lengan yang melingkari pinggangnya tak ia hiraukan.

Reyhan menyeret Ara yang memberontak habis-habisan.

"LEPAS!! Lepasin aku Rey!"

"Jangan harap"

"Lepas"

"Diam Ara" Reyhan membuka pintu penumpang samping kemudi.

Menyadari hal itu Ara memberontak habis-habisan. Mencubit, menendang dan memukul tubuh suaminya yang bisa ia gapai.

"Lepas. Lepaskaaan"

"DIAM" terlalu kaget tubuh Ara sepontan berhenti memberontak. Ia masih tidak terbiasa di bentak-bentak seperti tadi.

Ketika sadar ia sudah masuk ke dalam mobil ia lantas berniat kabur lagi. Baru saja membuka pintu mobil sedikit Reyhan sudah menarinya dari balik kemudi, menutup pintu itu lalu menguncinya.

Mata coklat terang itu menatapnya tajam. Ekspresinya tidak dapat ia baca.

Yang bisa dilakukanya hanyalah menunduk. Menghindari tatapan itu. Buku-buku jarinya memutih karena mencengkram kuat blousnya.

Setelah Reyhan menjauh ia bisa bernapas lega.

Tapi ketika pria itu melajukan mobilnya gila-gilaan membuat Ara kembali ketakutan.

Jalanan memang luas. Hanya mobilnya yang melenggang dengan kecepatan tinggi tapi bukan berarti mereka tidak bisa celaka. Tanah jalanan yang basah karena habis hujan semalam bisa saja membuat mobil mereka tergelinjir. Juga ini di dalam hutan bisa saja ada hewan liar yang tiba-tiba melintas.

My Crazy 'BoyFriend'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang