Exstra part 02

4.4K 187 88
                                        

Dua tahun terlewati begitu saja.

Reyhan termangu di depan pintu sembari menimang 'anaknya' ia terus melihat ke arah depan berharap Ara pulang lalu menenangkan 'anak' mereka yang-ia rasa terus menangis meminta susu.

"Rey ini sedang hujan, lebih baik kamu masuk nanti masuk angin" Reyhan menggeleng.
"Ara belum pulang mom, aku khawatir dia kehujanan. Dari siang tadi gak pulang-pulang"

Thalia tersenyum miris. Anaknya benar-benar tidak bisa di sembuhkan lagi. Semakin hari tingkat depresinya semakin parah dan ia khawatir tentang itu.

"bawa masuk 'anakmu' nanti dia ikutan sakit" akhirnya Reyhan menurut. Baginya anaknya adalah segalanya. Ia berusaha menjadi ayah yang baik bagi putra kecilnya.

"ya sudah, mom bikinin Mike susu. Sebentar lagi malam dia harus tidur. Aku akan menelpon Ara" Mike adalah nama yang ia berikan untuk boneka bayi yang ia anggap anaknya, ia memberikan nama itu dua bulan setelah Ara meninggal. Menganggap bahwa anaknya itu butuh nama dan pasti istrinya akan senang akan nama itu.

Wanita paruh baya itu hanya bisa menghela nafas dan pergi ke dapur. Bisa gawat jika ia tidak membuat susu-walau akhirnya susu itu terbuang juga yang penting Reyhan tidak sampai mengamuk.

Sementara itu Reyhan tengah memencet beberapa angka di layar ponselnya. Ia berusaha menghubungi nomer Ara walau pun sang oprator yang menjawab. Tentu saja karena nomer itu sudah sejak lama tidak aktif lagi.

Reyhan mondar-mandir di depan ranjangnya, ponselnya terapit di telinga. Berharap orang di sebrang sana akan mengangkat panggilannya. Geraman marah menggema di kamar itu.

Ponsel mahal itu di banting dan hancur mengenaskan di atas lantai. Boneka bayi yang ia anggap anaknya juga ia lempar begitu saja.

Kewarasan Reyhan sudah kembali.

Dadanya naik turun dengan brutal. Apa pun yang ada di dekatnya yang bisa ia raih ia hancurkan. Di lempar di banting kesembarang arah.

Rasa rindu seolah mencekik lehernya. Ia ingin Ara di sini di sampingnya, menemaninya. Ia ingin Ara kembali dan ia bisa menebus semua kesalahanya.

Air mata itu bergulir deras. Reyhan ambuk terduduk di atas dinginya lantai.

Hatinya menderita dengan semua ini. Kehilangan Ara adalah kehancuran paling besar di hidupnya.

Kilatan cahaya dari mengkilatnya gunting membuat Reyhan hilang akal. Tanganya meraih gunting itu.

Kewarasanya tertutupi oleh rasa kecewa yang dalam. Satu gerakan yang membuat harapan Reyhan untuk bertemu Ara lagi hadir.

Perlahan darah menetes dari robekan di perut yang di akibatkan oleh gunting itu. Tubuhnya ambruk terlentang. Matanya menatap lurus langit-langit, bibirnya tersenyum entah karena apa. Ia hanya berharap setelah ini ia dan Ara akan bertemu dan di persatukan di surga.

.

Matanya mengerjap, penglihatanya memburam tapi Reyhan berusaha memfokuskanya. Ia mennoleh ke kiri dan kanan. Ia ada di rumah sakit.

Dahinya mengernyit tidak suka. Amarahnya memuncak. Tidak suka kenyataan bahwa ia masih hidup. Ia ingin bertemu Ara, ia ingin bersama Ara.

Tanpa memperdulikan luka tusuka di perutnya Reyhan bangun dari tidurnya lalu melemparkan apa pun yang ada di dekatnya dengan brutal. Selang infus yang terpasang di tanganya sampai terlepas dan menimbulkan luka berdarah. Reyhan tidak perduli, bahkan luka jahitan yang terbuka lagi di perutnya tak ia perdulikan. Hatinya kecewa berat. Kenapa tidak ada yang mendukungnya bersama Ara. Kenapa ada saja yang memisahkanya. Kenapa ia harus di selamatkan dan malah tidak bisa bersatu dengan istrinya itu di surga.

My Crazy 'BoyFriend'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang