Hah mencari pekerjaan memang tidak pernah mudah sejak dulu. Apa lagi untuknya yang tidak memiliki keahlian apa pun.
Ah ya hari ini ia sedang berusaha mencari pekerjaan. Tidak mungkin ia akan selamanya bergantung pada Malik. Lagi pula ia juga ingin cepat-cepat memiliki tempat tinggal baru. Tidak ingin menyusahkan apa lagi memberi harapan lagi bagi pria itu.
Bukanya geer atau apa, tapi ia merasa Malik berharap lebih akan hubungan mereka. Belajar dari kesalahan di masa lalu, ia tidak ingin mengulang hal yang membuat ia terus merasa bersalah dan membuat Malik tersakiti lagi.
Lagi pula Ara takut di masa depan nanti Malik ikut terseret pada permasalahan rumah tangganya.
Apa lagi tanggung jawabnya bertambah satu. Ia ingin kali ini lebih tangguh lagi dalam menjalani hidup tanpa harus bergantung pada orang lain.
Sebuah pengumuman di sebuah toko bunga menarik atensinya. Ia membaca lamat-lamat dengan senyuman cerah. Masih ada harapan ternyata.
Lonceng berdenting ketika ia masuk. Bau semerbak khas bunga menusuk indra penciumanya. Netra hitamnya di manjakan dengan berbagai tumbuhan juga bunga-bunga yang tertata rapih di etalase.
Seorang wanita manis mendekatinya dengan tersenyum ramah.
"ada yang bisa saya bantu?"
"apa di sini sedang membuka lowongan pekerjaan?"
"ah iya. Kami membutuhkan pekerja yang paham akan tumbuhan" mata Ara berbinar senang. Kesukaanya bercocok tanam ternyata memiliki keuntungan untuknya.
"aku cukup mahir dalam hal seperti itu. Aku cukup tau berbagai jenis bunga juga cara merawatnya. Apa aku boleh melamar di sini"
"benarkah? Wah itu yang kami cari. Sudah beberapa orang yang melamar tapi tidak bisa bekerja dengan baik. Untuk awalnya aku akan melihat cara kerjamu selama satu bulan, baru kamu bisa jadi karyawan tetap. Tapi tenang saja aku akan menggajimu setengah dari yang seharusnya"
"ah benarkah, aku di terima?" syukurlah Tuhan ternyata masih menyayanginya. Semoga kedepanya berjalan dengan lancar.
"iya, kamu bisa bekerja mulai besok. Ngomong-ngomong namaku Jenni" Ara menyambut uluran tangan itu dengan senang hati.
"namaku Araqilla panggil saja Ara"
"baiklah Ara, selamat datang di toko bungaku"
****
Karena ia bekerja mulai besok jadi Ara memutuskan langsung pulang.
"mom" ujarnya ketika melihat Thalia di dalam kamarnya.
"sedang apa?"Thalia berbalik dengan kaku. Wajahnya terlihat syok. Tentu saja Ara khawatir melihat mommynya pucat seperti itu.
Ia mendekat dengan cepat lalu merangkul pundak mommynya, menuntunya duduk di pinggir ranjang.
Matanya tidak sengaja melihat apa yang ada di genggaman Thalia. Ia menghela nafas paham kenapa Thalia terlihat pucat sejak tadi.
"sejak kapan? " tanya Thalia dengan pandangan kosong kedepan. Ara menunduk lesu. Bukanya tidak senang mendapat anugrah ini tapi ia hanya menyesalkan kenapa baru hadir sekarang di saat rumah tangganya diambang kehancuran, kenapa tidak sejak dulu saja.
"aku tidak tahu mom, aku baru tau tadi pagi itu juga karena aku iseng mengecek" Ara semakin menunduk dalam saat mendengar helaan nafas Thalia yang terdengar begitu penuh beban.
"maaf mom"Thali menoleh menatap menantunya dengan kening mengernyit tidak paham.
"kenapa minta maaf, kamu tidak salah apa pun"

KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy 'BoyFriend'
Chick-Lit⚠WARNING⚠ ADA BEBERAPA CAPTER MENGANDUNG KONTEN DEWASA 18+ 21+ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA Gende:Chicklit Jangan pernah berharap pergi atau lari dariku. Atau aku tidak akan segan menghukumu, dengan hukuman yang lebih berat di setiap kau mencoba lar...