73

4.6K 135 14
                                        

Tanganya mengorek sedikit tanah dalam pot besar itu. Mata hitamnya bergulir menatap sekitar dengan waspada.

Setelah yakin cukup dalam, Ara meletakan sebuah benda kedalam lubang itu lalu menutupnya kembali dengan tanah. Ia menepuk-nepuk tanganya kecil untuk menghilangkan sisa kotoran.

"Sedang apa?" Thalia tiba-tiba saja datang berdiri di belakangnya, membuat dirinya terkejut.

"Ah bukan apa-apa mom, hanya merapihkan sedikit tanahnya, tadi berceceran soalnya. Bosan duduk terus" ujarnya tidak sepenuhnya bohong. Di rumah sebesar ini hanya ada ia, Thalia juga beberapa maid. Bayangkan saja seberapa sunyinya ini. Apa lagi pria yang selalu berisik dan mengurangi kebosananya-Reyhan pergi entah kemana.

Mungkin ketempat Sania. Batinya mengeluh lesu. Tiba-tiba saja hatinya ngilu, sakit seolah tertusuk pedang yang begitu tajam.

Belakangan ini ia selalu saja berprasangka buruk. Membuat hubungannya terasa tidak sehat.

"Kalo gitu temani mom menyiram tanaman di belakang. Kamu juga bisa mengumpulkan bunganya untuk di taruh di vas" boleh juga untuk mengurangi rasa bosan yang melanda. Ara mengangguk lalu mengikuti Thalia ke taman belakang.

Wow

Baru kurang dari dua minggu dia pergi tapi ternyata taman belakang sudah banyak perubahanya. Banyak tanaman juga bunga-bungan baru di sini. Mungkin para maid atau tukang kebun yang merawat juga menanamnya. Tapi ini indah sekali sih. Ia menandai tempat ini sebagai tempat yang ia suka sekaligus tempat favoritnya.

Tapi sayang di sini tidak ada bangku, kursi atau sejenisnya untuk ia bersantai. Kalau saja ada ia akan betah berlama-lama di sini sembari ngeteh cantik, membaca buku atau menikmati sunset di sore hari.

"Mommy mau menyiram tanamanya dulu. Kamu kalo mau, pilihin aja bunga-bunga buat di rangkai di vas ya. Ini gunting juga keranjangnya" Thalia menyerahkan gunting taman kecil untuknya. Lalu wanita paruh baya itu mengambil penyiram tanaman yang sudah berisi air dan memulai kegiatanya.

Mata hitamnya mengedar. Mensortir bunga apa saja yang bagus untuk ia rangkai di vas kamarnya nanti. Ia tidak ingin bunga yang kelopaknya rapuh dan mudah rontok. Membuat meja kotor dan Ara kesal akan hal itu, karena membuatnya harus berulang kali membersihkanya.

Terlalu bingung akhirnya ia memilih bunga random. Apa yang menututnya cantik ia potong. Ia juga membuang dahan, bunga layu juga daun-daun yang tidak perlu dari tangkai bunga pilihanya.

"Mom aku gak terlalu mahir soal pilih-memilih bunga yang bagus. Jadi mommy pilihin lagi aja nanti ya" atensi Thalia beralih pada Ara yang tengah berjongkok memotong tangkai salah satu bunga.

"Mommy percaya sama pilihan kamu aja"

Tidak terasa ternyata bunga yang ia potong sudah begitu banyak. Bahkan sudah hampir memenuhi keranjang. Ada yang berwarna putih, ungu, pink, merah juga biru. Dan satu lagi yang membuat dirinya berdecak heran. Mawar yang memiliki warna hitam juga merah di satu kelopaknya. Ia baru tau ada jenis mawar seperti ini.

"Mom memang ada yah bunga mawar seperti ini. Aku baru tau" Thalia melihat apa yang di tunjuk menantunya. Bibirnya melengkung, tersenyum dengan lembut.

"Itu stekan sayang. Stekan antara mawar hitam sama mereh, hasilnya seperti itu. Baguskan"

"Bagus sih, cuman lebih bagusan warna merah. Ini aneh" terdengar kekehan kecil dari arah Thalia. Wanita itu merasa gemas dengan tingkah Ara. Umur boleh 20 tahunan tapi tingkah menggemaskanya bak anak kecil.

***

Langkah kaki terdengar menggema juga terburu-buru. Siapa pun yang mendengarnya pasti bisa menebak bahwa seseorang itu tengah di landa amarah yang membuncak. Apa lagi dengan mimik wajahnya yang terlihat menyeramkan.

My Crazy 'BoyFriend'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang