70

2.3K 120 12
                                        

Akhirnya ia bisa sedikit bebas. Hanya sedikit setidaknya tidak harus terkurung di dalam kamar seharian.

Dan ia juga ada Thalia sebagai teman juga penghibur.

Yup, ia sudah kembali tinggal di rumah mereka yang dulu.

Tapi ada satu hal yang membuat dirinya penasaran. Kemana Sania. Semenjak ia tinggal kembali tiga hari yang lalu ia sama sekali tidak melihatnya.

Ia bertanya pada salah satu penjaga juga maid tapi mereka menjawab tidak tau. Kalian kira ia akan percaya, tentu saja tidak. Melihat gelagap mereka yang sedikit gugup Ara yakin ada sesuatu.

Ia kembali bertanya pada Thalia tapi wanita paruh baya itu juga tidak tau, karena ia tinggal kemari juga baru empat hari ini setelah Reyhan mengatakan Ara akan kembali kerumah dan pria itu memintanya kembali.

Tentu saja Ara semakin bingung. Ia tidak tau harus bertanya pada siapa lagi. Kalau bertanya pada Reyhan ia enggan. Ia yakin juga pria itu tidak akan menjawabnya. Karena setahunya Reyhan sangat tidak ingin membahas sedikit pun perihal Sania.

Hah

Sudahlah. Walau pun begitu penasaran tapi tidak ada gunanya mengurusi kehidupan orang lain sementara hidupnya sendiri tengah bermasalah. Lagi pula ia hanya khawatir pada anak kembar yang di kandung Sania. Anak dari suaminya.

Hmm...memikirkan itu lagi-lagi hatinya terasa ngilu nyeri sekali.

Sudahlah, dari pada memikirkan itu lebih baik kalau ia memikirkan langkah selanjutnya apa yang akan ia lakukan.

Tidak mungkin kan ia terus di sini, dengan hubungan yang tidak tentu arahnya kemana, hubungan mereka seperti apa.

Kakinya menuruni tangga menuju ke arah dapur. Tadi mommynya meminta ia menyicipi cemilan ala-ala buatan mommy. Thalia sejak dulu memang senang sekali berkutat di dapur. Bereksperimen membuat makanan-makanan aneh, unik namun lezat. Tak heran jika dulu mommy Thalia dengan mommynya berteman baik bahkan seperti sodara kembar karena kesaamaan mereka dalam hobi memasak.

Dan kedua wanita paruh baya itu juga menyeret dirinya ikut serta. Sehingga sekarang masakanya tidak perlu di ragukan lagi rasanya karena sang guru adalah koki-koki handal di keluarganya.

Aarrgg

Suara ringisan juga geraman terdengar di telinganya saat melewati samping tangga. Walau pun samar tapi telinganya cukup mampu mendengarnya. Apa lagi suasana rumah yang sunyi juga tenang.

Lagi suara ringisan kesakitan itu terdengar lagi. Kepalanya celingukan memperhatikan sekitar. Kalian tau, bukan tanpa alasan ia tidak suka gelap. Bukan kegelapan itu sendiri yang ia takuti tapi sesuatu yang membuatnya merasa di teror. Hantu. Ia takut rumah ini ada.

Wajahnya pucat pasi. Ekspresinya penuh akan kewaspadaan.

Bukanya lari, Ara malah mengikuti asal suara itu. Dirinya sudah merasa seperti ada di film horror yang bodoh mengikuti asal suara. Yah ini lebih baik mencari sumbernya menurut Ara, di banding ia merasa kalau rumah ini berhantu. Nanti ia tidak akan bisa senyaman dulu karena di hantui perasaan takut.

Langkah kakinya membawa ia ke sebuah ruangan di belakang tangga. Ia sebelumnya tidak pernah melihat ruangan ini. Atau memang ia yang tidak teliti dengan rumahnya sendiri. Tentu saja memangnya siapa yang mau mengelilingi rumah besar dengan belasan kamar ini. Bayangkan seberapa melelahkanya. Kaya pas bulan puasa mau keluar rumah udah lebaran duluan.

Mata hitamnya dapat melihat sebuah kaki putih dengan bercak merah seperti sayatan dari sedikit celah pintu. Tapi sayang ia tidak bisa melihat lebih jauh lagi karena ada seseorang yang berdiri membelakanginya menghalangi pandanganya.

My Crazy 'BoyFriend'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang