77

2.1K 125 27
                                    

"Ini sudah satu minggu tapi kenapa dia belum juga ketemu. Sebenarnya kerja kalian apa hah!"

Kesepuluh orang itu menunduk dalam. Tidak ada yang berani menatap atau menimpali.

Ini sudah satu minggu semenjak Ara kabur dan tidak ada jejak sama sekali. Terakhir kali anak buahnya menemukan jejaknya adalah tiga hari yang lalu.

Ara terlihat terekam kamera CCTV luar kota di sebuah gedung flat. Tapi ketika ia kesana flatnya sudah tidak di tinggali lagi.

Ia marah pada semua orang. Juga pada dirinya sendiri. Ia marah pada anak buahnya yang tidak becus. Marah pada takdir yang mempermainkanya, pada Tuhan yang tidak membiarkanya hidup bahagia bersama Ara. Dan marah pada orang itu. Orang yang telah membawa pergi Aranya. Orang yang datang lagi pada kehidupan Aranya.

"Aaarrrggg"

Brak

Brak

Pyaar

Segala benda yang ada di jangkauanya ia banting ke segala arah, melampiaskan kemarahnya yang tidak terbendung lagi. Sampai ada beberapa anak buah yang terkena imbasnya.

"Ampun tuan kami akan lebih berusaha lagi mencarinya. Kami sedang berusaha melacak mobil orang itu"

Dadanya naik turun dengan brutal, matanya menatap nyalang bodyguard yang baru saja berbicara. Keberanianya patut di acungi jempol.

"Lacak sampai ketemu. Jika dalam tiga hari ini tidak juga kalian temukan siap-siap saja nyawa kalian jadi taruhanya" kesepuluh pria itu meneguk salivanya kasar, seakan ada teror baru yang menghantui mereka.

"Baik tuan" Reyhan menggerakan tanganya mengusir yang di langsung patuhi segera oleh mereka semua.

Reyhan menatap ruang kerjanya yang sudah tidak bisa lagi di kenali. Kakinya melangkah tanpa perduli dengan pecahan kaca yang bisa saja melukai kakinya. Matanya memanas menatap foto Ara. Foto kebersamaan ia dan Ara yang ia cetak besar dan ia gantung di belakang meja kerjanya.

Di foto itu mereka terlihat sangat bahagia. Terlihat begitu serasi.

Tangan besarnya mengelus foto itu perlahan.
"Kamu dimana sayang. Aku rindu"

Malam itu ia tidak bisa menemukan istrinya, ia begitu kacau juga frustasi. Ia membabi buta menyerang semua anak buahnya, menyerang siapa pun yang mendekatinya.

Hantinya hancur, teramat sakit juga ngilu mengingat bagaimana tatapan takut istrinya padanya. Ia hanya ingin di tatap dengan penuh rindu, penuh damba juga cinta.

Sejak dulu hanya satu permohonanya, ia ingin Ara tetap di sisinya, menemaninya sampai tua nanti.

Ia ingin Ara, hanya Ara.

Tubuhnya luruh menghantam lantai. Kepalanya menunduk dalam. Air mata terus menetes dari kelopak matanya. Anggaplah ia lemah, ia lemah tanpa Aranya. Hidupnya sedang ada di titik terendah. Di titik ia hancur.

Ia harus bagaimana lagi agar Ara kembali, agar istrinya itu pulang. Apa ia harus mati agar Ara iba padanya. Apa ia harus sakit keras agar Ara merawatnya dengan kasih sayang.

Aaarrrggg

Tes tes tes

Air mata tidak bisa berhenti mengalir dari pipi Reyhan. Pukulan beberapa kali ia layangkan pada dinding tembok yang tak bersalah.

Tanganya berdarah, luka, lecet tapi Reyhan seolah mati rasa. Ia tidak bisa merasakan apa pun. Hampa. Kosong. Dan ia tidak suka perasaan itu.

Yang bisa mengisi kekosongan di hatinya hanyalah Ara.

My Crazy 'BoyFriend'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang