56

2.3K 76 10
                                    

Minggu-minggu ini terasa berat bagi Reyhan. Sebenarnya bukan dia saja Ara pun sama.

Ketegangan melingkupi keduanya. Mereka seolah orang asing yang tidak saling mengenal.

Ara juga telah pindah ke kamar tamu. Sebenarnya Reyhan sempat marah atas kepindahanya tapi wanita itu tetap kekeuh dengan keputusanya. Jadilah hubungan keduanya semakin merenggang.

Ketika dalam satu ruangan yang sama yang di lakukan mereka hanya sibuk dengan dunianya sendiri. Entah pura-pura acuh atau tidak tapi yang jelas hubungan keduanya memburuk.

Sebenarnya Reyhan sama sekali tidak membiarkan begitu saja hubunganya renggang. Ia merasa tidak nyaman dan...rindu. ia rindu Aranya yang dulu.

Reyhan mencoba kembali mendekati wanita itu. Mengajaknya mengobrol, jalan-jalan dan juga kulineran. Tapi ya gitulah responya. Dingin. Ia juga terus membujuk Aranya dengan membeberkan kesehatan Thalia yang terus membaik. Berharap wanita itu mau sedikit memaafkanya karena ia sudah bertanggung jawab dengan apa yang ia lakukan.

Setidaknya Reyhan sedikit bersyukur, mengingat apa yang telah dilakukanya yang begitu jahat setidaknya Ara tidak meminta berpisah.

Anehnya ia tidak merasa bersalah sedikit pun atas apa yang terjadi. Ia malah merasa puas.

Puas dengan apa yang di dapatkan mommynya. Rasa sakit yang sepadan dengan rasa sakitnya dulu. Dan juga ia bisa mendapatkan Aranya lagi setelah rencana sang mommy yang membuatnya harus merelakan Ara menjadi milik orang lain.

"Kamu ingin minum?" Ara menggeleng.

"Atau ngemil? Makan?" Lagi wanita itu menggeleng dengan seulas senyum tipis-yang di paksakan. Ia kemudian kembali pokus membaca rangkaian kalimat pada buku novel di pangkuanya.

Reyhan menghela napas. Ia meminta sebuah roti isi coklat dan juga susu vanilla dari seorang pramugari. Berjaga-jaga saja jikalau sang istri tiba-tiba merasa lapar.

Penerbangan menuju indonesia masih cukup lama. Masih membutuhkan lima jam lagi untuk sampai. Dan selama itu benar-benar tidak ada pembicaraan berarti di antara keduanya. Membisu, sibuk dengan pikiran masing-masing, seolah mereka orang asing yang tidak saling mengenal.

Sebenarnya Reyhan acap kali mengajak Ara berbicara. Membahas segala hal yang biasanya paling seru mereka bicarakan. Tapi lagi-lagi kebisuan yang ia dapat.

'Ya' 'tidak' 'hmm' 'oke'

Kata-kata singkat seperti itu seolah menjadi temanya beberapa minggu ini saat mengajak bicara Ara.

Reyhan menghela napas. Biasanya ia tidak akan berpikir keras untuk mencari topik obrolan dengan Ara. Hal-hal sepele seperti lalat saja sering menjadi pembahasan seru mereka.

Oh iya ngomong-ngomong mereka berdua sekarang ini tengah dalam perjalanan ke indonesia, menghadiri acara pertunangan Dara.

Sebenarnya Ara merasa sedikit enggan untuk pergi. Selain tidak ingin meninggalkan mommynya ia juga merasa sedang tidak mau berdekatan dengan Reyhan dalam waktu dekat ini. Perasaanya masih berkecambuk antara rasa benci dan cinta.

.

Melelahkan. Itulah kata pertama yang menggambarkan perasaan mereka berdua. Bukan hanya tubuh mereka yang lelah tapi hati pun juga merasakan lelah karena keadaan mereka kini.

Perjalana ke indonesia yang membutuhkan seharian penuh membuat tubuh keduanya terasa remuk redam.

Malam ini pukul delapan malam mereka tiba di rumah lama Ara. Wanita itu yang ingin bermalam di sini. Hanya sekedar melepas rindu akan masa lalunya yang tenang tanpa intrik yang terlalu penting.

My Crazy 'BoyFriend'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang