82

1.9K 101 9
                                        

Rasanya sangat damai. Tenang. Dan hidupnya lebih santai. Walau beban tanggung jawab bertambah tapi Ara tidak terlalu memusingkan itu.

Fokusnya sekarang adalah hidup dengan baik, sehat lalu menabung untuk dia nanti.

"taman-taman di sini indah ya" Malik memperhatikan taman yang baru saja mereka lewati. Rimbun, sejuk juga asri menjadi kesan pertama ketika melihatnya.

Keduanya kini tengah berjalan pulang ke kost-an Ara dengan berjalan kaki. Sebenarnya Malik membawa mobil-sehabis dari kantornya ke toko untuk menjemput pulang tapi karena Ara sedang rewel-tiba-tiba saja ingin pulang jalan kaki jadi Malik hanya bisa mengiyakan. Lagi pula toko bunga dengan kost-an Ara tidak terlalu jauh, tidak akan terlalu menguras tenaga sampai Ara kelelahan.

"lebih indah lagi jika malam hari. Apa lagi jika lebih memasuki taman di tengah taman sana ada sungai yang di hiasi lampu tumblr. Jika malam hari selalu di nyalakan, dan selalu ramai"

"waah apa kita bisa kesana dulu. Eh tapi mommy nanti sendirian di rumah"

"kita bisa lihat-lihat sebentar lalu pulang" Ara berhenti bejalan, ekspresinya seolah sedang berpikir keras.

"hmm tidak deh, aku ingin cepat-cepat pulang. Aku ingin makan belut"

"emang di rumah ada belut?" Ara menggeleng polos.

"gak ada makanya ayo kita cari, terus masak. Aku mau belut geprek" lagi-lagi kening Malik berkerut heran.

"emangnya ada belut geprek?"

"ada'lah belut di goreng terus di kasi bumbu ayam geprek. Gitu aja masa gak tau" pria itu menghela nafas sembari geleng-geleng tidak habis pikir.

"mending kita pulang aja, aku akan suruh orangku buat cariin belut. Kalo kita yang nyari aku takut kamu kecapean" Ara mengangguk setuju lalu menarik tangan Malik dengan semangat, ingin cepat-cepat pulang.

.

Orang suruhan Malik ternyata gerak cepat. Sehabis mandi belut yang di inginkanya sudah ada, sudah di bersihkan, dipotong dan siap di masak. Ara berseru senang. Membuat Thalia juga Malik terkekeh gemas oleh wanita dewasa yang lupa umur itu.

"oke, sekarang kamu masak" Malik jelas kaget saat di tunjuk.

"eeeh kenapa aku? "

"aku ingin kamu yang masak" rajuknya dengan wajah di buat sesedih mungkin.

"akukan gak bisa masak Ra. Nanti kalo sakit perut gimana" Malik mana pernah menyentuh alat-alat dapur. Paling hanya sekedar bikin nasgor, rebus mie instan juga masak air ia bisa. Kalo goreng belutnya sih bisa, gampang banget, nah racik bumbu gepreknya yang gak bisa.

"mommy aja ya yang buatin, mau ya. Kasian nak Malik. Lagian mommy takut perut kamu kenapa-kenapa"

"gak mau, pengenya dia yang masak. Pengen nyobain masakan Malik" rajuknya kekeuh. Keduanya menghela nafas, bingung harus menbujuk seperti apa. Setelah lama berpikir akhirnya Malik menyanggupinya.

"ya udah, aku buatin. Tapi kalo gak enak jangan marah jangan komplein" Ara mengangguk patuh, ia berdiri tidak jauh dari pria itu dan memperhatikan setiap gerak geriknya.

Waktu menggoreng tidak ada masalah, hanya sesekali berteriak heboh karena kecipratan minyak panas. Ara hanya mampu tertawa tepingkal-pingkal tanpa ada niat sedikit pun membantu. Awalnya Malik jengkel dan hampir menyerah karena terus di ledeki, tapi melihat Ara tertawa karena ulahnya membuat semangat tersendiri untuknya. Biarlah ia harus terciprati minyak panas sampai melepuh-melepuh asal bisa melihat wanita itu tertawa. The power of cinta.

My Crazy 'BoyFriend'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang