58🔞❎❌🚫

8.9K 105 4
                                        

Ara menyeret koper kecilnya. Memperhatikan sekitar takut ada yang tertinggal. Sekaligus juga merekam kondisi rumah peninggalan orang tuanya yang nanti akan ia rindukan.

"Arrggh lepasin. Rey kamu harus percaya sama aku."

Dahi Ara mengernyit mendengar suara-suara ribut di luar. Kakinya melangkah ke luar dengan menyeret kopernya ingin tau.

Tidak jauh dari mobilnya seorang wanita cantik nan seksi yang sedang meronta terlepas dari kedua bodyguard Reyhan, sementara pria itu hanya menatap tajam sang wanita asing dengan rahang mengeras.

"Rey ada apa sih ini?" Reyhan menoleh. Menatap lembut istrinya. Ia memerintahkan sang sopir untuk memasukan koper Ara ke bagasi mobil.

"Gak ada apa-apa kok"

"Heh lo" Ara menoleh saat di rasa wanita asing itu memanggilnya "lo harus tau kalau gue..hmmmpp" wanita itu tidak bisa melanjutkan ucapanya karena terlebih dahulu di bekap seorang bodyguard berwajah datar.

Reyhan menghembuskan napasnya lega. Dadanya berdegup kencang. Ada rasa cemas juga khawatir yang menggelayuti hatinya. Untung saja sang bodyguard sigap membekap mulut wanita sialan itu. Ingatkan dia nanti untuk memberi bonus exstra untuk sang bodyguardnya nanti.

"Sebenarnya ada apa sih Rey?"

"Gak ada apa-apa sayang. Cewe gila kali" wanita asing itu terlihat melotot mendengar perkataan Reyhan tadi.

"Hmmmppp"

"Tolong lepasin dia. Kayanya dia pengen ngomong sesuatu" Ara menyuruh kedua bodyguard Reyhan agar melepaskan wanita itu.

"Kalo di lepasin takutnya dia ngamuk sayang. Tadi aja aku hampir di cakar sama dia. Udahlah biarin aja. Ayo kita berangkat. Penerbanganya sebentar lagi"

Reyhan menuntun istrinya untuk memasuki mobil. Sebelum melaju pergi Ara sempat menoleh melihat wanita asing tadi.

Masa sih gila. Orang cantik gitu. Bajunya juga terlihat branded.

Ia beralih menatap sang suami yang duduk di sampingnya.

Kok mencurigakan ya. Batinya berprasangka buruk.

****

Pukul 07.34 pagi Ara baru saja turun dari kamarnya. Ia bangun kesiangan karena ia serta Reyhan tiba tengah malam tadi. Tubuhnya lelah sekali tapi walau begitu ia masih harus memasak untuk sarapan nanti. Walau pun ada maid tapi memasak tetap ia yang melakukan.

Ketika sampai di dapur Ara di kejutkan dengan seseorang yang tengah membelakanginya. Ragu-ragu Ara memanggilnya.

"Mommy?" Orang itu berbalik dan tersenyum menatap Ara. Benar saja orang itu Thalia. Tapi kenapa mommynya ada di sini? Seharusnyakan dia ada di rumah sakit.

"Astaga mommy kenapa di sini? Mommykan harusnya di rawat" heboh Ara dengan berlari mendekati Thalia. Ia merangkul bahu mommynya lalu menuntunya ke meja makan. Menarik salah satu kursinya lalu mendudukan sang mommy di sana.

"Aku akan panggil Reyhan untuk mengantar mommy ke rumah sakit" baru saja ingin melangkah Thalia sudah lebih dulu mencekal tanganya. Wanita itu tersenyum lembut menanggapi kehebohan dan ke khawatiran menantunya.

"Sudah, tidak perlu.."

"Tapi mommy belum sehat" sela Ara kekeuh.

"Mommy udah di perbolehkan pulang kok" Ara menatap Thalia heran. Sejak kapan? Kok dia tidak tau? Dan kenapa dokter tidak mengatakanya padanya. Padahalkan kemarin ia sempat menelpon pada dokter yang menangani Thalia untuk menanyakan kondisi mommynya itu.

My Crazy 'BoyFriend'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang