Ara bangun dari tidurnya. Ia menatap sang suami yang terlelap pulas di sampingnya dengan memeluknya erat. Masih jam 04.55 subuh. Langit di luar masih nampak gelap. Ia menyingkirkan tangan Reyhan dengan perlahan. Tidak ingin membangunkanya. Setelah cukup yakin dia tidak terbangun Ara beringsut turun dari ranjang. Kakinya berjinjit meminimalisir sekecil apa pun suara yang ia hasilkan. Ia mengambil tas yang lumayan besar dari dalam lemari yang sudah ia persiapkan jauh-jauh hari. Setelah mengambilnya ia melangkah perlahan keluar rumah. Ia menghembuskan napasnya sedih. Mungkin ini jalan keluar yang terbaik.
Semoga Reyhan mau mengerti keadaanya.
Sopir yang di pekerjakan Reyhan sempat bertanya banyak hal padanya karena pergi pada pagi hari seperti ini. Tapi dengan lihai ia mencari alasan sampai akhirnya sang sopir mau juga mengantarkanya.
Mobil maju menjauhi pekarangan rumah yang selama ini ia dan Reyhan tempati. Sebelumnya Ara menoleh melihat sebentar rumah itu. Rumah yang mungkin akan ia rindukan. Rumah penuh kenangan manis akan kebersama dirinya bersama sang suami.
Ara menghela napas berat. Ia menyandarkan kepalanya yang terasa pening ke sandaran jok mobil. Hati dan otaknya saling bertolak belakang.
Ia ingin sekali bertahan tapi tidak sanggup lagi. Baru sekitar dua minggu setelah pernikahan kedua suaminya saja ia sudah sesakit ini. Ia tidak sanggup untuk bertahan lebih lama lagi.
Ara terus meminta maaf di dalam hati atas keputusanya. Tapi ia juga ingin bahagia. Mungkin dirinya egois, tapi ia sudah tidak kuat apa bila mendapat rasa sakit lebih banyak lagi.
Hembusan napas kasar ia keluarkan lagi. Matanya memerah menahan tangis. Ia tidak ingin air mata itu jatuh dan menimbulkan pertanyaan atau bahkan kecurigaan sang sopir.
Ia menatap keluar jendela mobil yang memperlihatkan pepohonan rimbun yang tersinari lampu mobil saling bergulir.
Pikiranya bercabang. Masih belum terlambat untuk dirinya membatalkan niatnya. Tapi apa ia juga bisa bertahan melihat kedekatan Sania dengan Reyhan yang semakin hari semakin dekat. Atau mungkin memang ia saja yang berlebihan, karna nyatanya Reyhan masih tidak pernah menganggap keberadaan Sania. Dan Ara juga merasa bodoh dengan perasaanya, bodoh dengan keputusanya. Ia sendiri yang menyuruh Reyhan menikahi Sania, ia yang memaksakan kehendaknya dan sekarang ia sendiri yang tidak terima kenyataan.
Ara menyembunyikan wajahnya di balik tas besarnya. Menyembunyikan air mata yang tak lagi mampu ia tahan. Biarlah, biarlah sekarang ia mengikuti apa yang di inginkan hatinya. Mungkin ia akan menyesal, tapi mungkin kalau bertahan lebih lama ia akan gila perlahan.
Apa lagi mengetahui kalau Sania mengandung bayi kembar yang di idamkan sebagian besar pasangan suami istri. Ara merasa rendah diri. Merasa tidak pantas. Ia merasa insecure.
Dan mungkin jauh lebih baik dan pantas bagi Reyhan dan Sania bersama. Ia akan mundur. Mereka sebentar lagi memiliki anak dan hidup bahagia dengan keluarga kecilnya. Dan memikirkanya membuat Ara makin yakin dengan keputusanya. Ia tidak sanggup melihat lebih banyak lagi kebersamaan mereka. Mungkin juga nanti ia akan tersisihkan di antara kebahagiaan mereka. Dia akan terlupakan dan perlahan menghilang.
Cinta memang membuatnya buta, sebuta hatinya yang terus menyangkal perlakuan buruk Reyhan. Ia tidak tau kenapa hatinya terus memaafkan pria itu yang menyakitkan. Bahkan sedetikpun tidak ada rasa benci di hatinya.
Ara tidak pernah menduga cinta akan semengerikan ini.
"Sudah sampai nyonya" Ara membuka matanya yang sempat terpejam. Sebelum turun ia sempat mengucapkan terima kasih dan berpesan agar tidak menunggunya karena mungkin ia akan cukup lama di sini. Ia akan menelpon jika ia ingin pulang. Tentu saja itu hanya alasan. Ia hanya tidak ingin meninggalkan jejak dan memudahkan Reyhan menemukanya.
![](https://img.wattpad.com/cover/209583895-288-k884380.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy 'BoyFriend'
ChickLit⚠WARNING⚠ ADA BEBERAPA CAPTER MENGANDUNG KONTEN DEWASA 18+ 21+ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA Gende:Chicklit Jangan pernah berharap pergi atau lari dariku. Atau aku tidak akan segan menghukumu, dengan hukuman yang lebih berat di setiap kau mencoba lar...