39

2.2K 86 2
                                        

Bertahan sakit pergi pun sulit.

Aku ingin selalu di sisinya di sampingnya tapi ternyata terlalu menyakitkan.

Aku pernah berpikir untuk pergi menjauh tapi aku merasa tidak ada tujuan, kosong. Tanpanya aku kosong. Tapi denganya juga aku lelah.


(Sakit itu ketika kita ingin bersamanya, tetap ingin di sisinya, lalu menangisi kepergianya sementara dia....acuh)

Ade

_____________________________________

Enjoy

"Apa kamu yakin sama keputusan kamu Ra. Kalo kamu merasa keberatan kita gak perlu melakukanya"

"Tapi ini kemauan mommy. Aku menyayangi momy seperti mamaku sendiri, dia selalu nolongin aku dan sama sekali gak pernah meminta apa pun sama aku. Kalau dengan ini aku bisa membalas budi sama momy aku akan melakukanya" ujar Ara sendu, bibirnya berusaha tersenyum walau pun di mata Reyhan itu adalah senyum kesedihan. Entahlah semua berputar-putar di kepalanya sampai kepalanya terasa pening. Ia sama sekali tidak ada masalah dengan keputusanya, entahlah tapi Ara merasa baik-baik saja. Hanya saja....bagaimana perasaan Dara dan Malik nanti. Dengan keputusanya ini akan ada hati yang tersakiti nanti. Apa lagi mereka adalah teman-temanya. Ia takut mereka akan berubah membenci Ara suatu saat nanti.

"Aku gak mau kamu terbebani Ra. Seharian ini kamu murung terus aku gak suka lihatnya, kita batalin aja"

"Gak kita harus tetap melakukanya, aku hanya__aku hanya memikirkan perasaan Dara dan Malik mereka pasti sakit hati" Ara tertunduk menahan air matanya yang akan tumpah. Sungguh ketidak relaan Ara sekarang adalah menyakiti teman yang begitu baik padanya juga seorang pria yang dengan tulus mencintainya, hatinya tidak sanggup.

"Aku minta maaf. Aku juga gak mau maksa kamu tapi momy menginginkan ini untuk permintaan terakhirnya. Aku gak bisa berbuat banyak, aku menyayanginya dan gak mau buatnya kecewa" mengingat Thalia Ara tidak bisa membendung air matanya lagi. Ia teringat ketika orang tuanya meninggal Thalia yang selalu ada menyemangatinya, memasakanya berbagai makanan saat ia baru pulan sekolah dan menemaninya tidur saat dirinya terbangun karena mimpi buruk. Thalia adalah wanita pengganti mamanya. Tidak pernah selama ini wanita itu meminta apa pun pada Ara dan ketika Thalia dengan memohon padanya agar mewujutkan keinginanya Ara tidak tega apa lagi melihat kondisi wanita itu yang begitu lemah.

Tangan halus itu tiba-tiba mengelus pelan pipi Reyhan. Ara tersenyum menenangkan seakan berkata 'semuanya akan baik-baik aja'. Tapi jauh di lubuk hati Reyhan ia tau Ara sama kalutnya denganya.

"Tidak papa Rey. Kita hadapi semuanya sama-sama yah" mata coklat terang itu tertutup menikmati elusan pelan pada pipinya, begitu nyaman.

"Aku janji aku gak akan menyentuhmu seperti yang seharusnya. Aku akan menjagamu dan membahagiakanmu nanti. Kita hanya perlu berpura-pura saja di depan momy"

Tok tok tok

Pintu kamar itu tiba-tiba di ketuk dari luar. Bergegas Ara membuka pintu tersebut dan menatap seorang wanita paruh baya yang menjadi pembantu di rumah Thalia.

"Maaf nona, tuan muda sudah di tunggu di kamar nyonya"

"Sebentar lagi dia kesana bi, terima kasih" setelah wanita itu berpamitan pergi Ara lantas menutup pintu kamar itu dan berbalik menatap Reyhan lekat. Setelan jas itu begitu cocok dengan tubuh tegap Reyhan, walau pun Ara sudah terbiasa melihat pria itu memakai setelan jas tapi Ara selalu terpesona padanya.

My Crazy 'BoyFriend'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang