40

2.5K 87 0
                                        

Ara, Reyhan, babang Malik serta Dara mengucapkan minal aidzin walfadzin kami segenap keluarga besar meminta maaf sebesar-besarnya atas semua kesalahan yang di sengaja atau pun tidak.

Berbahagia selalu readers.

Segitu aja deh bingung mau ngomong apa juga

Enjoy

Dua hari sebelumnya

Dengan kekhawatiran yang kentara di wajahnya Ara tiba juga di rumah Thalia di temani Malik.

Di bukanya pintu kamar itu dengan perlahan-lahan dan nampaklah Thalia yang sedang berbaring lemah di atas ranjang di sampingnya duduk Reyhan yang menatap kedatanganya.

"Momy" ujar Ara lemah. Matanya berkaca-kaca siap menumpahkan air mata.

"Sini sayang" Ara berhambur ke pelukan Thalia saat wanita itu merentangkan kedua tanganya. Reyhan bangkit berdiri melimpir untuk memberikan ruang pada kedua wanita itu.

Tangan yang biasanya menyalurkan kehangatan itu kini mendingin kala mengelus pipinya. Di tatapnya lamat-lamat wajah Thalia yang begitu pucat, tubuhnya juga terlihat kurus.

"Momy sakit apa?"

"...." Thalia tidak menjawab ia hanya tersenyum lemah pada Ara. Tanganya terus membelai kepala perempuan yang sudah ia anggap anaknya itu.

Sebenarnya Thalia sedikit enggan untuk mengatakan ini, tapi ia tau karena perbuatanya dulu 'mereka' berpisah. Ia ingin menebus rasa bersalahnya karena sudah mengambil keputusan yang salah. Manik Thalia menatap Malik di sebrang ranjangnya, ada amarah di bola mata Thalia.

Gara-gara pria itu. Batinnya

"Momy sudah makan?" Thalia hanya menggeleng sebagai jawabanya.

"Momy gak nafsu makan" ujarnya lemah.

"Aku buatin bubur ya mom. Tunggu sebentar" baru saja ingin beranjak tanganya sudah lebih dulu di cekal Thalia. Wanita paruh baya itu menggeleng lemah, terlihat ingin mengatakan sesuatu.

"Ada apa mom? Momy ingin aku buatkan apa?" Lagi-lagi hanya gelengan yang Ara dapatkan.

"Momy ingin berbicara sesuatu"

"Bicara saja mom" di genggamnya tangan halus Ara. Ara dapat menangkap keraguan di tatapan Thalia.

Menarik napas singkat Thalia mengutarakan apa keinginanya.
"Momy ingin kamu dengan Reyhan menikah" semua orang membeku di tempat kala mendengar permintaan Thalia itu.

"Maksud momy apa?"

"Momy...momy terkena kangker sayang" Ara membekap mulutnya. Terkejut sudah pasti. Thalia selama ini terlihat baik-baik saja kenapa tiba-tiba terkena penyakit mematikan seperti ini.
"Mungkin waktu momy gak banyak lagi"

"Momy jangan bicara seperti itu" sela Ara cepat. Air matanya sudah tumpah membasahi pipinya.

"Momy bisa merasakanya sayang, momy udah gak kuat lagi" jeda sejenak sebelum Thalia kembali melanjutkan "sebagai keinginan terakhir momy, momy hanya ingin melihat Reyhan menikah. Tidak ada wanita yang bisa momy percaya selain kamu, momy ingin ada yang bisa mengurusnya setelah momy pergi"

"Momyy" rengek Ara ingin membantah akan hal menyakitkan itu, momynya pasti akan sembuh.

Sedih tentu saja, membayangkan wanita yang begitu di sayanginya tertimbun tanah pekuburan menimbulkan luka lama terulang kembali, luka di mana ia melihat kedua orang tuanya pergi untuk selamanya.

Semenjak kedua orang tuanya meninggal Thalia lah yang mengurusnya. Sebelum keluarga Reyhan pindah Thalia sering membuatkanya makanan, sering menenangkanya saat ia menelpon Thalia tengah malam karena terbangun oleh mimpi buruk, sering hadir dan memeluknya saat ia tiba-tiba teringat kedua orang tuanya. Bagaimana nanti kalau Thalia pergi untuk selamanya, ia pasti tidak akan kuat.

My Crazy 'BoyFriend'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang