Sebelumnya ade mau ucapin banyak-banyak terima kasih buat yang udah vote and commen...walau pun baru beberapa aja tapi ade seneng.
Makasih juga udah baca cerita absurd ade...
Luv luv
Enjoy
Menikmati waktu yang ada. Setelah seharian menjaga Thalia di rumah sakit, Ara merebahkan tubuhnya di ayunan berbentuk kursi di balkon kamarnya. Punggungnya terasa pegal karena seharian hanya duduk. Inginya sih menginap di rumah sakit tapi Thalia sangat keras kepala tidak mengijinkanya sama sekali. Wanita paruh baya itu hanya akan mengijinkanya menginap saat Reyhan pergi beberapa hari ke indonesia.
Dengan menskrol layar persegi di tanganya Ara sesekali mengambil cemilan keripik kentang pada bungkusnya.
Handphonya tiba-tiba bergetar memperlihatkan nama Malik yang kini menelpon. Ada perasaan mengganjal di hati Ara. Antara ingin mengangkatnya atau tidak. Ia kerap kali merasa menghianati Reyhan saat dalam situasi ini. Tapi ia juga merasakan perasaan yang sama saat ia bersama Reyhan, ia seolah menghianati Malik, kekasihnya.
Ragu-ragu Ara menggeser ikon hijau untuk menganggkat panggilan itu.
"Halo" Ara merutuki suaranya yang terdengar lesu. Ia tidak ingin menyakiti perasaan Malik hanya saja kalau boleh jujur ia sedang tidak ingin berhubungan dengan pria itu. Ada rasa malas ketika harus menghubungi Malik tapi mau bagaimana lagi ia masih berstatus 'pacar' dari seorang Malik Ahmad. Ada keharusan untuknya mengabari pria itu. Entahlah ia merasa jenuh dengan hubunganya kini, apa lagi jarak yang memisahkan dan pertemuan yang kini bisa di hitung jari membuatnya merasa kosong.
"Halo sayang sedang apa?" Tiba-tiba saja hatinya berdenyut sakit saat mendengar nada riang kekasihnya. Kurang baik apa Malik padanya selama ini tapi apa yang ia balas, rasa sakit.
"Hanya sedang istirahat. Tadi aku ke rumah sakit nemenin mommy, kebanyakan duduk jadi punggungku rasanya pegal sekali" rajuknya manja. Mungkin orang-orang akan berpikir ia memiliki penyakit Bipolar, tadi berkata jengah dengan Malik dan sekarang malah bermanja-manja ria dengan pria itu.
"Sayang sekali kita berjauhan, kalau saja kamu ada di sini mungkin aku sudah memijatnya untukmu" satu hal yang harus Ara akui, Malik begitu mahir memijat. Terkadang pria itu dengan suka rela memijatnya, bahkan sering kali ia ketiduran saking nyamanya.
Ara terkekeh pelan. Terselip sedikit rindu untuk pria itu, rindu seorang sahabat. Beberapa bulan mereka menjalin hubungan membuat Ara kerap 'sedikit' rindu akan kebersamaanya dengan Malik. Pria itu sosok yang sangat di idamkanya menjadi seorang kakak laki-laki, perhatian, melindungi dan mensuport.
"Jangan berkata seperti itu, aku malah merindukanmu"
"Benarkah? Bukanya bagus, kamu akan cepat-cepat kemari untuk menemuiku"
"Kenapa tidak kamu saja yang kemari?" Terdengar Malik terkekeh di ujung sana.
"Kamu benar-benar merindukanku ternyata ya"
"Apa tidak boleh?" Ara mengganti posisinya dengan menghadap sandaran ayunan. Udara sejuk sore hari membuatnya nyaman bersantai-santai ria.
"Tentu saja boleh. Aku malah senang ternyata bukan hanya aku saja yang rindu"
"Apa di sana baik-baik saja?"
"Tentu, memangnya apa yang harus di khawatirkan"
"Mmm...Dara apakah dia baik-baik saja?" cukup heran bagi Malik ketika Ara menanyakan wanita itu, bukanya mereka berteman, kenapa tidak saling berhubungan.

KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy 'BoyFriend'
Literatura Feminina⚠WARNING⚠ ADA BEBERAPA CAPTER MENGANDUNG KONTEN DEWASA 18+ 21+ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA Gende:Chicklit Jangan pernah berharap pergi atau lari dariku. Atau aku tidak akan segan menghukumu, dengan hukuman yang lebih berat di setiap kau mencoba lar...