Ada yang kangen Ara? Atau malah kangen ade😋😋😋
Gak ada yang kangen...ya udah lah ya
Happy Reading
Ara sedang di ruang ganti bersiap siap untuk memulai pekerjaanya. Malam ini dia bekerja di sebuah festival untuk menjadi hantu bohongan di rumah hantu. Ara tidak takut akan hal hal berbau hantu hanya sedikit takut akan kegelapan. Tapi di sini dia di temani dengan teman teman yang lain jadi dia tidak perlu merasa takut sendirian di kegelapan.
Ara masih terus berkutat di ruang ganti sendirian. Tadi dia terlambat datang alhasil dia di tinggal sendirian di sini karena teman temanya sudah selesai bersiap siap dan telah stant by di tempatnya masing masing.
Dia mencari kostum yang nyaman dan menurutnya tepat untuknya di dalam sebuah kardus besar. Tiba tiba ada tangan besar yang melingkari pinggangnya erat. Ara memekik kaget dan membalikan badan melihat siapa yang memeliknya. Netra Ara membulat. Pria paruh baya yang menyelenggarakan festival ini, dia memeluk Ara. Dia menyeringai ke arahnya.
"Apa yang bapak lakukan" Ara berusaha memberontak dan melepaskan diri tapi orang tua itu makin mempererat pelukanya.
"Sudahlah manis. Temani bapak malam ini yah. Bapak akan membayar mahal" ucap pria paruh baya itu dengan nada yang begitu menjijikan di telinga Ara
Tanganya yang keriput tak henti menggerayangi Ara di mana mana. Bibir menjijikan itu terus mengecup leher jenjang Ara dan berusaha mencium bibirnya.
"Berhenti pak. Saya gak mau" Ara memberontak, terus memalingkan wajah menghindar dari ciuman membabi buta pria tua itu. Tanganya berusaha mendoronya tapi selalu berakhir sia sia.
"Udalah manis. Jangan jual mahal. Bapak akan bayar mahal untuk sekali tidur" pria tua itu berusaha membuka paksa baju Ara. Ara panik dan terus memberontak. Ia ingin berteriak tapi suaranya tak kunjung keluar. Pria tua itu mendorong Ara sampai ia tersungkur bersimpuh di lantai yang dingin.
Air mata tak bisa lagi Ara bendung, merembes keluar dari pelupuk matanya, bergulir di pipi yang kini memucat menghilangkan sinarnya dan jatuh di punggung tangan Ara yang bergetar hebat. Takut. Panik. Putus asa.
"Bapak jangan macam macam! Saya bisa teriak" tubuhnya gemetar, merasa begitu takut dan tak berdaya. Dia beringsut menjauh menghindari setiap sentuhan sentuhan pria tua itu.
"Toloooooong!... tolooo hmmmmpp!" Tangan besar berbau rokok pak tua itu membekap mulutnya begitu erat.
"Sudahlah. Jangan capek capek teriak. Nanti suara indahmu habis. Lebih baik di pakai mendesah di bawah bapak hmm" jijik. Itu yang di pikiranya. Begitu menjijikan sampai ia ingin muntah mendengar kata kata kotor seperti itu.
Tangan menjijikan itu terus menjamah dan berusaha membuka dan merobek baju yang di kenakan Ara. Dia begitu panik. Otaknya berusaha keras mencari jalan keluar. Pada akhirnya Ara menggigit tangan pria tua itu dengan kencang, dia bisa merasakan bau amis darah di bibirnya.
"Kurang ajar kamu yah" Ara berusaha bangkit meraih gagang pintu untuk mencari pertolongan, atau setidaknya berlari menghindar ke tempat yang lebih aman tapi naas pak tua itu lebih gesit dan cepat. Dia mencengkram dan menarik rambut yang di kuncir kuda Ara lalu mendorongnya begitu kuat, satu tamparan keras mendarat di pipi mulusnya, meninggalkan jejak merah dan luka robek di sudut bibir gadis itu. Telinganya berdengung dan pipinya begitu perih. Belum lagi kulit kepalanya yang begitu sakit karena di jambak, seperti di tarik paksa dari akarnya. Tetesan tetesan kristal bening terus bergulir dari pelupuknya.
"Berhenti pak. Lepasin saya"
"Udahlah manis mending kamu nikmati saja. Bapak gak bakal nyakitin kamu" tendangan pukulan dia layangkan tapi tak membuahkan hasil sama sekali. Tak ada niat berhenti dari pria tua itu. Bajunya koyak memperlihatkan bahu putih mulusnya. Mata pria tua itu melebar, dia meneguk ludah berkali kali. Persis seperti anjing kelaparan saat melihat tulang di depanya. Terlihat begitu menjijikan.
"Berhenti...lepasin saya. Saya tidak mau...saya mohon lepasin saya..."
"Ra..Ra bangun" Reyhan terus menggoncang bahu Ara tanpa henti. Reyhan sengaja menginap di rumah Ara malam ini. Dia rela tidur di lantai yang dingin berlapiskan karpet tipis demi menemani Ara. Dia begitu khawatir dengan apa yang terjadi siang tadi. Ara terus saja meracau dan menangis tanpa henti sepulangnya dari taman hiburan. Untaian kata penenang seolah tak berpengaruh sedikit pun pada gadisnya. Sampai malam tiba Ara tertidur karena kelelahan pun gadis itu terus saja meracau tidak jelas seperti sekarang. Bulir bulir keringat dingin sebesar biji jagung terus memanjiri pelipisnya. Reyhan duduk di tepi ranjang Ara terus berusaha membangunkanya. Kilatan kilatan kekhawatiran terus tersirat dari tatapa mata coklat terang pria itu. Entah apa yang Ara mimpikan atau entah apa yang terjadi sebenarnya? Reyhan begitu penasaran ingin tau, tapi tidak mungkin dia bertanya di saat keadaan Ara seperti ini. Saat dia bertanya pun Ara semakin histeris dan tak terkendali, begitu takut seolah terancam. Tapi pada siapa? Apa yang terjadi pada Ara selama dia pergi?
"Ra bangun...itu hanya mimpi" berhasil Ara membuka matanya terbangun. Mata hitam gelap itu berkabut tidak fokus, ada kesedihan dan ketakutan yang mendalam. Begitu menyesakan bagi Reyhan melihat gadisnya seperti ini.
Netra hitam gelap Ara bertubrukan dengan netra coklat terang Reyhan. Dia terperanjag terduduk di kasur dan segera beringsut menjauh.
"Pergi...pergiii. jangan sentuh saya" Ara memeluk kedua kakinya dan menutup mata serta telinganya rapat rapat.
"Ra ini aku. Ini aku Reyhan" dia ingin mendekat dan memeluk Ara tapi dia terdorong pelan oleh Ara yang terus berusaha mendorongnya menjauh.
"Ra ini aku Reyhan. Tenang" kedua tangan Ara dia cekal dengan satu tanganya. Satu tanganya lagi berusaha memeluk Ara yang terus berontak dan bergetar hebat.
"Tenang Ra. Gak ada siapa siapa. Gak ada yang bakal nyakitin kamu"
"Jangan...jangan sentuh saya...aaagggghhhh pergiii"
"Ra hey ini aku Reyhan" Reyhan menangkup pipi Ara. Begitu dingin dan pucar. Hatinya tercubit melihat Ara tersiksa seperti ini. Seandainya...seandainya tadi dia tidak ngotot dan memaksa Ara masuk, Ara pasti akan baik baik saja sekarang. Dia tidak tau ketakutan Ara lebih dari yang dia bayangkan.
"Lihat aku...lihat ini aku Reyhan" napas Ara memburu. Memompa ketakutan di setiap nadi dan sarafnya.
"Re-rey" Ara terbata.
"Iya ini aku"
"Rey to-tolong! Dia...dia mau nyentuh aku. Aku...aku gak mau. Aku takut"
"Gak ada yang mau nyentuh kamu. Tadi hanya mimpi"
"Enggak tadi..tadi dia di sini...dia ingin menyakitiku Rey"
"Siapa? Siapa yang mau nyakitin kamu hmm? Katakan sama aku" Ara memeluk Reyhan begitu erat. Bola matanya bergerak liar kesana kemari dengan waspada. Kepalanya terus menggeleng kuat, kristal kristal bening terus membanjiri pipinya dengan deras tanpa henti. Isakan isakan lolos dari bibir mungilnya. Badanya bergetar hebat menggigil ketakutan. Reyhan mengelus punggung rapuh Ara. Begitu dingin pikirnya.
"Dia di sana Rey dia di sana" Reyhan melihat ke arah yang di tunjuk Ara. Tapi tak ada apa apa. Kosong hanya kegelapan semata.
"Gak ada apa apa Ra"
"Enggak dia di sana Rey...di sana. Dia ingin nyentuhku"
"Hey hey denger...gak bakal ada yang nyakitin kamu. Gak bakal ada yang nyentuh kamu selama ada aku. Jangan takut, aku bakal lindungin kamu apa pun yang terjadi okey" tubuh Ara melemas tak setegang tadi. Lebih tenang dengan deru napas yang menormal. Tangan kekar Reyhan mengusap kepala Ara menenangkanya.
Reyhan mengambil air minum di nakas dekat ranjang. Pria itu masih terus memeluk Ara erat.
"Minumlah" Ara meneguknya sedikit di bantu dengan Reyha.
"Sekarang tidur lagi yah" setelah menyimpan gelasnya di nakas dia membaringkan Ara senyaman mungkin dan menyelimutinya sampai dada.
"Temenin aku yah" Ara menatap mata Reyhan sendu.
"Tentu aja. Aku temenin" dia mengangkat kedua kakinya ke atas ranjang setengah berbaring. Punggungnya bersender pada kepada ranjang dengan kepala Ara di bahunya. Tengan besar Reyhan mengelus kepala Ara lembut, mengantarkan ketenangan yang syahdu dan nyaman, sampai tak lama kemudian dia terlelap. Reyhan tersenyum penuh luka. Hatinya benar benar sesak melihat Ara seperti ini. Pria tampan itu berulang kali mengecup puncak kepala Ara dengan sayang. Menyalurkan ketenangan. Ketenangan untuk gadis di pelukanya dan ketenangan untuk hatinya sendiri, bahwa semuanya akan baik baik saja.
'Sebenarnya ada apa denganmu Ra. Apa yang aku gak tau? Apa yang kamu tutupin dariku'
KAMU SEDANG MEMBACA
My Crazy 'BoyFriend'
ChickLit⚠WARNING⚠ ADA BEBERAPA CAPTER MENGANDUNG KONTEN DEWASA 18+ 21+ HARAP BIJAK DALAM MEMBACA Gende:Chicklit Jangan pernah berharap pergi atau lari dariku. Atau aku tidak akan segan menghukumu, dengan hukuman yang lebih berat di setiap kau mencoba lar...
