76

2.2K 131 18
                                        

Penyamaran adalah salah satu strategi mereka agar tidak tertangkap.

Dengan potongan rambut sebahu juga poni di lengkapi kacamata membuat Ara terlihat cupu. Apa lagi ia melengkapinya dengan riasan wajah penuh jerawat. Membuat ia tidak di kenali.

Sementara Thalia memakai wig berwarna putih seperti uban juga tompel besar di pipinya. Terlihat tua dari umurnya yang sebenarnya.

Wanita itu tidak mungkin kembali kerumah Reyhan karena tentu saja anaknya itu akan murka dan pasti menuntut untuk memberitahukanya lokasi Ara.

Sejauh ini sih aman. Masih belum ada yang menyadari keduanya.

Hari itu begitu melelahkan. Keluar dari hutan dini hari di jalan besar yang lengang. Berjalan berkilo-kilo meter menuju kota. Harus mencari tempat tinggal dengan uang yan pas-pasan karena kurangnya persiapa. Mereka juga harus bekerja keras agar bisa makan walau hanya satu kali.

Tapi setelah lima hari ini lebih baik. Keduanya sudah mulai bisa menata hidup mereka.

Ara bekerja sebagai tukang sapu jalanan. Resiko keserempet kendaraan juga gaji yang kecil tidak membuat ia menyerah. Setidaknya ia masih bisa menghasilkan uang untuk makan juga membayar sebuah flat kecil. Untuk saat ini hanya ini pekerjaan yang bisa ia kerjakan. Ia sudah berusaha mencari pekerjaan yang lebih layak tapi terlalu sulit karena ia tidak mempunyai kartu identitas dan juga surat lamaran kerja.

Sementara Thalia wanita paruh baya itu hanya diam di rumah. Selain karena penampilanya yang di buat tua sehingga tidak ada yang mau memperkerjakanya ia juga melarang mommynya karena takut kesehatanya terganggu.

Tiin tiin

Ara menahan kekesalanya. Ia melimpir ke trotoar ketika sebuah mobil melintas. Jalanan seluas ini kenapa pada suka sekali jalan kepinggir.

Menghela nafas kasar. Selain resiko tadi juga gaji kecil pekerjaan ini juga membuat orang memandangnya rendah. Apa lagi penampilanya yang tidak sedap di pandang membuat ia kerap kali menerima cacian juga sikap semena-mena.

Yang bisa ia lakukan adalah menghela nafas pasrah dan bersabar. Ini baru lima hari masa depan yang cerah masih bisa ia raih di depanya.

Peluh menetes dari dahinya. Cuaca sore ini benar-benar tidak mendukung. Panas juga berangin. Membuat debu-debu berterbangan membuat tubuhnya yang penuh keringat kotor.

Tapi beruntungnya pekerjaanya sudah selesai. Ia bisa pulang cepat sekarang.

"Aku pulang duluan pak, bu" pamitnya pada para pekerja lain. Kebanyakan yang mengambil pekerjaan ini adalah para orang tua, kisaran 30-40an taun bahkan ada yang sampai 50an taun.

"Iya, hati-hati di jalan nak" Ara mengangguk memamerkan senyuman indahnya.

Sebelum pulang ke flat ia sempat membeli dua porsi makanan. Hanya sebuah roti juga omllet. Hanya ini yang bisa ia beli sekarang ini. Karena kemarin ia sudah meminta setengah gajinya untuk membayar flat dan hanya tersisa sedikit untuk makan sehari-hari jadi ia harus bisa berhemat.

Di tengah jalan hujan tiba-tiba mengguyur deras, padahal tadi cuacanya begitu cerah bahkan panas.

Ia mendekap makan malamnya dengan erat. Meminimalisir terkena hujan. Kakinya melangkah makin cepat. Gedung flatnya sudah tidak jauh dari sini. Ia tidak ingin membuat Mommynya menunggu dan terlambat makan.

Ia khawatir juga merasa bersalah. Karenanya Thalia ada di situasi sulit seperti ini.

"Lepas"

Satu langkah sebelum memasuki gedung flat kakinya mendadak berhenti karena mendengar suara familiar mommynya.

My Crazy 'BoyFriend'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang