Long slow distance. Let's go together, Believe better day.
🌻
Happy Reading
🌻"Lo suka Langit, Chan?" tanya Edelweiss
"Hmm iya."
"Apa lagi yang lo suka selain langit?"
"Lo."
...🌱...
Edelweiss menatap Haechan bingung, "Gue?" tanyanya.
"Iya, gue suka lo," jawab Haechan. Edelweiss diam saja. Ia berpikir apakah Haechan hanya bercanda atau bagaimana. Baru sehari setelah ia berkenalan dengan lelaki itu. Memang semudah itu lelaki jatuh cinta?
"Tapi Mark jadi penghalang terbesar gue, dan gue nggak mau ngerusak hubungan kalian juga. Jadi yaa biar jadi perasaan gue aja. Lagian gue baru dateng ke sini," lanjut Haechan.
"Kenapa gue?"
"Don't ask me, muncul gitu aja kemarin. Dan gue pikir itu nggak main-main. Bukan cuman perasaan suka gitu aja."
"Lo se-yakin itu?"
"I think, belum. Karena gue juga masih bingung. Masa iya pertama kali ketemu gue udah suka segitunya sama lo. Karena itu gue cari tau."
Edelweiss menatap langit langit yang mulai menurunkan hujannya. Lalu menatap kembali Haechan yang berdiri di sampingnya.
"Yakinin ya? Udah yakin bilang, jangan diem. Gue nggak mau dicap ngegantungin perasaan orang lagi," jelas Edelweiss tersenyum simpul. Haechan mengangguk pelan membalas senyum Edelweiss-- mengusap rambutnya pelan.
"Balik ke kelas, yuk? Badan lo basah semua kena hujan," ucap Haechan.
"Gue nggak sadar kalau hujan dan ... gue nggak suka hujan!" Edelweiss menarik Haechan turun dari rooftop. Mereka berdua kembali ke dalam kelas sembari terbahak-bahak entah mengapa. Klasik, drama anak muda.
"Edelweiss? Dari mana sama ... Haechan? Pantes aku cariin dari tadi nggak ada," ujar Mark yang sedang membuang sampah di depan kelas.
"Eumm kita--"
"Ngurusin formulir daftar Ekskul buat gue." Haechan menyela.
"Oohh. Sampe hujan-hujanan gitu?"
"Eum ... kan bolak balik kantor, ruang OSIS sama kelas kak Eunwoo buat ngurusinnya ... jadi yaa ngelewatin hujan," bohong Edelweiss. Haechan masuk ke dalam kelas mendahului mereka. Tersisa Mark dan Edelweiss yang saling terdiam.
"Kamu belum pinter bohong sayang," bisik Mark lalu mengecup bibir Edelweiss sekilas. Korbannya tentu terkejut.
"Maaf ..." kata Edelweiss.
"That's okay, kita omongin nanti, ya?"
Edelweiss mengangguk lalu mereka masuk kedalam kelas.
...🌱...
"Woi, Cas! Adek lo mana?" tanya Doyoung yang masih fokus dengan handphone-nya. Teman-teman Lucas saat SMA berkumpul di rumahnya hari ini. Katanya mumpung libur kampus. Atau lebih tepatnya-- mereka meliburkan diri.
"Sekolah lah, njing!"
"Lah iya, ya. Jaehyun kangen tuh katanya."
"Diem, sat!" Jaehyun memukul kepala Doyoung dengan koran di atas meja.
"Wah masih demen sama adeknya Lucas lu, Jae? Lama juga. Suka iya, berani nembak kagak ...." Taeyong mencibir. Pasalnya sejak beberapa hari yang lalu sebelum mereka berangkat menginap ke rumah Lucas, Jaehyun terus-terusan bercerita tentang Edelweiss pada Taeyong.
"Ya gue grogi gimana, Sat. Edelweiss ketemu kita aja kayak es batu, dingin banget. Padahal Lucas nggak gitu." Tukas Jaehyun.
"Heh! Adek gue kalem ya karena kakaknya kalem juga lah!"
"Cih, pembohongan publik."
...🌱...
"Chan, jadi ke toko buku nggak?" Edelweiss mengekori Haechan yang pulang dari kantin.
"Iya dong. Tapi lo udah bilang ke Mark?"
"Udah kok."
"Diizinin?"
"Iya asalkan nggak lama lama katanya."
"Sip deh."
...🌱...
"Untuk minggu depan, bapak akan mengambil nilai praktek menyanyi individu. Masing-masing silakan bawakan 1 lagu nasional dan 1 lagu tema bebas berbahasa Indonesia. Sekian untuk hari ini, silakan pulang," tutur pak Kyungsoo lalu beranjak dari kelas.
"Anjai, udah lah! pasti nilai Edelweiss yang paling tinggi!" ujar Guanlin yang sibuk membereskan buku-bukunya.
"Ya iya lah. Siapa tuh kemarin tuh yang disuruh pak Jongsuk nyanyi di pernikahannya dia tuh siapa tuh?" Jisung tertawa mengingat kejadian itu. Edelweiss yang sedang sibuk berfoto dengan Mark di acara Pernikahan pak Jongsuk, tiba-tiba dipanggil namanya untuk menyumbangkan sebuah lagu.
"Berisik. Ngarang aja lu pada."
"Edel, jadi sama Haechan nggak?" Mark menghampiri Edelweiss.
"Iya."
"Oke, aku duluan, ya. Hati-hati di jalan, langsung pulang ya kalau udah selesai."
"Iya, Mark. Kamu juga hati-hati."
Mark mencubit pipi Edelweiss gemas lalu pulang mendahuluinya.
...🌱...
Edelweiss dan Haechan berjalan menuju parkiran sekolah. Haechan mengambil motornya dan Edelweiss menunggu di depan gerbang sekolah.
"Pake, mau hujan." Haechan memberikan Edelweiss jaket miliknya.
"Lo pendeteksi hujan apa gimana, sih? Orang langitnya cerah gini." Edelweiss terkekeh.
"Prediksi cuaca di HP nih."
"Oohh iya deh."
Edelweiss memakai jaket Haechan lalu naik ke atas motor. Rambutnya terurai bebas karena tidak memakai Helm.
"Lo laper nggak?"
"Hmm lumayan."
"Mau makan apa?"
"Hmm sate ayam? hehehe."
"Oke, pegangan, gue mau ngebut."
Edelweiss tidak banyak komen dan menuruti apa kata Haechan. Haechan menutup kaca Helmnya dan melajukan motornya dengan cepat. Dia tersenyum simpul karena Edelweiss sedang memeluknya dengan erat. Tidak, modus bukan alasan yang tepat bagi Haechan saat ini, sebentar lagi akan Hujan dan Haechan dengar, Edelweiss benci hujan.
Jangan lupa Vote 🌱
See di next chapter
Publish : 6 Februari 2020
Revisi : 20 Juli 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulau Jingga ✔
Fanfiction''Dia Bumi, dan kamu Angkasa. Lalu aku apa? Hanya jurang pemisah antara kalian berdua." Tertulis saat sinar pagi berbangga. Cinta yang tulus oleh dua hati yang berbeda, menulis cerita Istimewa. Kisah gadis dengan berjuta cerita dalam hidupnya. Pers...