We've got differences and impulses and your obsession with.
🌻
Happy Reading
🌻Edelweiss dan Mark kini berada di sebuah Mall. Awalnya, Edelweiss tidak mau, tapi Mark mengancam akan pindah ke Kanada jika Edelweiss menolak, dan gadis itu mau tidak mau mengiyakan ajakannya.
"Hari ini kamu harus belanja. Aku yang traktir."
"Tapi aku nggak mau belanja apa-apa."
"Tapi kamu harus belanja apa-apa." Mark menarik Edelweiss ke sebuah toko skincare. Oke, Edelweiss ingin menarik kembali kata-katanya.
"Oke, aku belanja di sini, tapi aku yang bayar sendiri."
"Eh nggak bisa gitu! Harus aku yang bayarin!"
"Ya udah nggak jadi belanja."
"Eh iya sayang iya udah belanja aja iya kamu bayar sendiri iyaa."
Edelweiss terkekeh pelan lalu mengambil beberapa produk dan membayar ke kasir. Setelah itu ia dan Mark hanya berjalan-jalan mengelilingi Mall sambil berbincang random.
"Besok kamu sekolah, kan?"
"Iya dong. Aku kangen sekolah juga. Kangen makan cimol. Di Kanada aku cari nggak ada."
"Wah ngadi-ngadi ...."
"Nghehehe ... mau nonton?"
"Eh boleh deh, thiller ya? Aku lagi mau belajar bunuh orang nih."
"Ck ck ck bisa ajaa, yaudah yuk beli tiket!"
Edelweiss dan Mark menonton film Greta. Mereka duduk di kursi bagian tengah dan tak lupa semangkuk popcorn meski masing-masing dari mereka tidak suka popcorn. Tapi tak apa, semakin fokus mereka menonton, popcorn itu sedikit demi sedikit mereka makan juga akhirnya.
"Gimana caranya nusuk bagian leher dari samping, posisi korban terentang, trus pas nusuk ya keliatan ketusuk beneran gitu lho? Dan angle kameranya itu jelas."
"Itu pake greenscreen, sayang. Bisa sih kalau ada bahannya, kamu nusuk siapa sih nanti?"
"Jeno."
"Oh kalo dia tusuk beneran aja."
"Iya juga ya?"
Edelweiss dan Mark saling tatap, sedetik kemudian mereka menyadari kebodohan mereka lalu terkekeh geli.
"Ntar kalo Jeno denger, pasti dia teriak 'YAKK! ADEK DURHAKA!' gitu."
"Trus kamunya lari-lari keliling rumah."
"Trus kamu dateng ngelindungin aku dari Jeno."
"Trus kita ciuman."
"Pulang, Mark."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulau Jingga ✔
Fanfiction''Dia Bumi, dan kamu Angkasa. Lalu aku apa? Hanya jurang pemisah antara kalian berdua." Tertulis saat sinar pagi berbangga. Cinta yang tulus oleh dua hati yang berbeda, menulis cerita Istimewa. Kisah gadis dengan berjuta cerita dalam hidupnya. Pers...