🎼 ㅡ Gue suka langit

370 133 51
                                    

The more i want you, my reality is getting heavy

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

The more i want you, my reality is getting heavy

🌻
Happy Reading
🌻

You got me feelling like a psycho psycho ~

Edelweiss terbangun dari tidurnya yang tidak seberapa lama itu. Mengecek Handphone lalu berjalan menuju kamar mandi, bersiap untuk berangkat sekolah.

Tok tok tok.

"Adek, udah bangun?"

"Iya udah, kak."

"Cepat sarapan ke bawah. Mark nungguin tuh."

"Iyaaa." Edelweiss keluar dari kamarnya lalu turun ke ruang makan.

"Pagi, Edelweiss," sapa Mark

"Pagi juga, Mark."

"Hari ini kakak yang jemput kok." Lucas duduk di meja makan.

"Sama gue aja bang Edelnya"

"Eh nggak usah repot-repot Mark, gue aja."

"Aku pulang sama temen baru ...." ucap Edelweiss pelan. Mark menoleh, dan Edelweiss hanya menunduk memperhatikan sepatunya.

"Si Haechan itu?" tanya Mark memastikan. Edelweiss mengangguk pelan.

"Ouh, okay no problem. Kita berangkat dulu ya, Bang, makasih sarapannya hehe."

"Yoi hati-hati kalian."

Mark dan Edelweiss menuju rumah Mark untuk mengganti baju seragam Mark. Sepanjang perjalanan tidak ada bincang-bincang sampai mereka berhenti di lampu merah.

"Kamu nggak marah kan Mark?" tanya Edelweiss.

"Selagi kamu bahagia, Del. Apa aja."

"Mark ...."

"Edelweiss. that's fine, kamu bebas jalan sama siapa aja. Aku nggak akan ngelarang kamu. Dan ini cuman tentang perasaan aja, Del. Kalau kamu tanya apa aku marah, bisa dibilang nggak. Tapi kalo kamu tanya apa aku cemburu, the answer is yes. Dan perasaan itu ada di diri aku sendiri, Del. Aku nggak punya hak untuk ngelarang kamu, tapi aku punya hak untuk punya satu rasa tentang kamu," jelas Mark lalu kembali melajukan mobilnya saat lampu hijau menyala.

Edelweiss mengalihkan pandangannya ke luar jendela mobil. Cuaca yang mendung dingin, dan dia tidak membawa jaket.

Sesampainya di rumah Mark, Edelweiss mengikuti lelaki kelahiran Kanada itu sampai ke ruang tamu.

"Ikut ke kamar aja, sepi di sini."

Edelweiss menurut lalu mereka masuk ke dalam kamar Mark. Edelweiss duduk di pinggir kasur, sedangkan Mark mengambil baju seragam nya di lemari pakaian-- tepat di depan Edelweiss, lalu mengganti bajunya. Edelweiss hanya mengalihkan pandangannya ke meja belajar Mark. Pipinya memerah saat melihat Mark membuka bajunya. Ia melihat kotak ... tapi tidak menghitung ada berapa ... sepertinya enam ... astaga! Lupakan!

"Edelweiss .... "

"Hmmm."

"Mark nggak marah, kok. "

"Hmmm."

"Pulang sekolah sama dia langsung ke rumah apa jalan dulu?"

"Ke toko buku aja, beli novel."

"Ooh oke, tapi lain waktu ke toko buku sama aku, ya?"

"Okeee."

"Udah, ayo kita berangkat." Mark merangkul bahu Edelweiss menuju mobil lalu mereka berangkat menuju sekolah.

Sesampainya di sekolah, Edelweiss dan Mark berjalan melewati lorong kelas, tidak sengaja berpapasan dengan Minho dan Taemin, kakak tingkat mereka.

"Weh Ketos Waketos berangkat bareng, nih," celetuk Taemin.

"Sirik aja lu sat kagak punya pacar," sahut Minho.

"Diem lo! Eh btw selamat menjabat yaa Edelweiss sama Mark."

"Eh iya, makasih banyak kak."

...🌱...

"Dia tuh sukanya sama kak Soobin. Tapi katanya suka sama kak Taehyun juga, gimana sih tuh cewek ...." bisik Lami

"Ghibah teros!" Edelweiss menggebrak meja. Lami dan Herin yang sedang duduk di bawah meja itu tersentak.

"Kaget banget bajingan!" protes Herin.

"Kalem, stay kalem." Edelweiss tertawa terpingkal pingkal.

"Babi."

Edelweiss menoleh ke seluruh penjuru kelas. Jam ke 5, mata pelajaran Sejarah. Bu Joy yang sedari tadi ditunggu-- atau lebih tepatnya tidak diharapkan kehadirannya ternyata tidak berhadir.

Anak-anak lelaki bermain game Online di belakang kelas. Beberapa murid kutu buku membaca buku diatas meja. Murid-murid perempuan yang lainnya sedang gosip di bawah meja.

Edelweiss bingung mau ngapain. Dia melihat Mark masih sibuk dengan gamenya dan teman-teman. Dia melihat Haechan yang duduk di bangkunya dengan Earphone tersumpal di telinga.

"Echan." Edelweiss menepuk tangan Haechan. Yang dipanggil langsung menoleh dan melepaskan earphone di telinganya itu.

"Eh? Kenapa, Del?"

"Jalan-jalan keluar kelas, yuk?"

"Emang boleh?"

"Boleh lah sekali kali hehehe."

Ingatkan Edelweiss bahwa ia memegang jabatan sebagai Ketua OSIS di SMA Antang 127 sekarang ini. Rasanya aneh, Ketua OSIS keluyuran saat jamkos. Tapi hey, percayalah, sekolah mereka tidak menerapkan aturan saat jamkos. Jamkos artinya guru tidak masuk atau mengajar. Dan kebetulan kelas mereka tidak mendapat tugas apapun, jadi mereka bebas mau ke mana saja, asal tidak ke kantin. Bapak kepala sekolah a.k.a Pak Namjoon sendiri yang bilang.

"Hmmm oke deh!" Haechan berdiri dari bangkunya lalu mereka berjalan keluar kelas tanpa sepengetahuan siswa yang lain. Mereka berjalan menuju Rooftop.

"Cantik." gumam Haechan menengadah menatap langit. Sementara Edelweiss memeluk tubuhnya sendiri kedinginan. Cuaca sedang berangin dan prediksinya sebentar lagi pasti hujan.

"Lo suka langit, Chan?" tanya Edelweiss

"Hmm iya nih."

"Apa lagi yang lo suka selain langit?"

"Lo."




Jangan lupa Vote 🌱
See di next chapter




Publish : 4 Februari 2020
Revisi : 20 Juli 2020

Pulau Jingga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang