🎼 ㅡ Untuk sang Malaikat

139 36 10
                                    

Night, we dreamed of a tomorrow that will shine like stars

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Night, we dreamed of a tomorrow that will shine like stars.

🌻
Happy Reading
🌻

Pukul satu pagi, Edelweiss terbangun dari tidurnya. Sedikit tersentak karena ada orang yang tertidur di sampingnya. Lucas yang masih terlelap dalam selimut. Edelweiss menyentuh keningnya-- demam.

Edelweiss berjalan ke bawah untuk mengambil kompres, dan melihat beberapa kaleng Sprite di atas meja tamu. Pantas saja Lucas sakit, dia tidak bisa minum minuman bersoda.

Edelweiss kembali ke kamarnya membawa kompres dan menaruhnya di kening Lucas. Dia akui, kakaknya terlihat menggemaskan dengan wajah merah seperti itu.

Edelweiss mengambil sebuah kunci kamar di dalam laci meja belajarnya. Berjalan ke sebuah kamar lalu masuk ke ruangan itu.

Kamar mendiang orang tuanya. Edelweiss memandang foto ibunya yang terpajang di tembok ruangan. Foto ibunya yang tersenyum manis saat mereka sekeluarga liburan ke Jepang dua tahun yang lalu.

"Andai bunda masih ada ... mungkin hari ini bunda bakal masak-masak buat anak-anak panti asuhan. Terus aku, bunda, ayah sama kak Lucas ke sana ketemu mereka.

"Hari ini Edel ke makam bunda ... tungguin Edel ya, Bun .... "

Edelweiss menghela napasnya. Perlahan dirinya terisak. Dia merindukan bunda nya.

"Adek .... "

Edelweiss menoleh. Lucas datang dengan selimut yang berbalut di pundaknya. Tangan kanannya memegang kompres di kening dan tangan kirinya memegang selimut agar tidak melorot.

"Kenapa bangun?"

"Ya terus mau kakak nggak bangun sampe kapan?"

"Ya kan biasanya tidur kayak orang mati."

"Kamu kali yang gitu."

Edelweiss mencubit perut Lucas. Mereka duduk di pinggir kasur. Edelweiss memeluk badan Lucas yang masih panas.

"Siapa yang nyuruh minum Sprite?"

"Hehee Kakak sendiri yang mau."

"Nggak sekalian minum obat nyamuk aja biar meninggal?"

"Kalo kakak meninggal, kakak nyusul ayah sama bunda dong. Kamu di sini sama siapa? Siapa yang bikinin kamu Spicy wings kalau laper sore-sore? Siapa yang beliin kamu Kinderjoy? Siapa yang cariin kamu uang buat sekolah?"

Edelweiss terkekeh. Lucas mengecup kening adiknya itu. Di sampingnya, foto ayah dan bundanya terpajang di sebuah Frame kecil di atas meja. Lucas mengambilnya dan menghadapkan tubuh Edelweiss ke depan.

"Mereka jadi alasan kita ada di Dunia. Mereka yang ngasih nama Stephina Edelweiss, dan Lucas Revandika Gerhana. Mereka yang ngerawat kita sampai jadi kayak sekarang. Mereka baik banget. Karena itu? Tuhan jemput mereka kembali. Tuhan sayang sama ayah bunda, Del. Sama kayak kita sayang sama mereka." Lucas mengecup kening adiknya itu. Lalu mengiringinya ke luar dari kamar orang tuanya.

Pulau Jingga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang