🎼 ㅡ Tjieee!!

83 21 1
                                    

When i'm into it no matter what

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

When i'm into it no matter what. It doesn't change Best Friend.

🌻
Happy Reading
🌻

Mark terbangun mendengar alarm di handphone-nya. Pukul 4 pagi. Ia berjalan ke kamar mandi, mencuci wajah dan menyikat gigi, menatap dirinya di depan kaca.

"Kalau gue bisa bertahan hidup, kenapa gue harus merelakan Edelweiss buat Haechan sekarang? Belum tentu gue mati karena penyakit sialan ini, kan?" monolognya.

Beberapa saat kemudian darah segar mengalir dari hidungnya. Mark segera membersihkan darah itu dan menunggunya berhenti mengalir. Dirasa sudah berhenti, Mark segera mengambil air wudhu untuk sholat subuh.

...🌱...

Edelweiss melepas Earphone-nya dan merenggangkan otot tubuhnya. Ia sedang dalam periode bulanannya hari ini. Jadi dia tidak sholat subuh. Setelah menonton Film Disney Inside Out, matanya sangat lelah dan kepalanya pusing karena tidak tidur.

Ia menghampiri Jaemin yang masih tertidur di kasurnya. Ia mengusap rambut sahabat lama nya itu. Memori lama dirinya dan Jaemin saat masih SMP berputar tiba-tiba.

"Dari dulu lo nggak pernah berubah. Jaemin yang jahil sama gue doang. Sama yang lain mah lo adem kalem. Nggak adil lo. Tapi gue sayang sih," gumam Edelweiss. Jaemin tiba-tiba mengerjap. Perlahan matanya terbuka dan langsung menampakkan cengiran khasnya.

"Morning, Babi," sapa Edelweiss.

"Iya. Morning, sayang."

"Minum air putih tuh nih. Gue mau bangunin kak Lucas dulu." Edelweiss menyodorkan segelas air putih lalu melangkahkan kakinya dari kamar menuju perpustakaan di rumahnya. Karena semalam Lucas tertidur di meja komputernya. Edelweiss tidak tega melihatnya. Namun badan Lucas sepertinya lebih besar dari pohon duren. Edelweiss tidak kuat jika menggendongnya ke kamar. Yang benar saja.

"Bangun." Edelweiss mengecup pipi kakaknya dan menyingkap selimut di punggung Lucas. Sialan, Lucas tidak pakai baju. Untung kakaknya sendiri.

"Jam berapa?" tanyanya dengan suara khas bangun tidur.

"Setengah lima, sholat subuh dulu cepat." Edelweiss melangkahkan kakinya ke kamar yang dutempati Haechan. Ia langsung membuka pintu dan melihat Haechan sedang membaca Novel.

"Gue lupa, lo kan nggak tidur," kekeh Edelweiss, lalu duduk di samping Haechan.

"Pagi," senyum Haechan merekah.

"Pagi juga. Sholat dulu cepet. Abis itu mandi."

"Oh jadi gini tinggal serumah sama Edelweiss?"

Pulau Jingga ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang