Fall head over heels and you play with my heart, destroy my reason and let yourself in.
🌻
Happy Reading
🌻"Kak, liat jam tangan aku yang warna cokelat nggak?" Edelweiss sudah sepuluh menit yang lalu berkeliling rumahnya mencari jam tangan. Sampai kandang Bibey dibelakang rumah pun dicarinya.
"Terakhir kamu taruh di meja perpustakaan pas bikin naskah," jawab Lucas yang sedang menuangkan sup di atas piring Edelweiss.
"Ah iya! Perpustakaan!" Edelweiss langsung berlari menuju perpustakaan dan menemukan jam tangannya di dalam tempat pulpen. Lalu kembali lagi ke meja makan.
"Hari ini lomba apa lagi kamu?"
"Nggak ada."
"Semifinal basket kapan?"
"Besok."
"Kakak nonton ya sama Alumni."
"ALUMNI?! ADA SIAPA AJA?!"
"Alumni yang satu fakultas sama kakak aja."
"Yah nggak ada kak Doyi dkk ...."
Lucas terkekeh lalu menyelasaikan sarapannya. Lucas pagi ini akan merevisi naskah lagi, karena itu Edelweiss berangkat dengan Mark.
"Semangat nugasnya, sayang."
Edelweiss menyalimi kakaknya itu lalu memasang sepatunya. Tak lama kemudian Mark sampai dengan motornya. Ia melambaikan tangannya seperti anak kecil yang melihat ibunya saat bagi rapot, lalu turun dari motor tanpa melepas helmnya. Lucu sekali.
"Adek berangkat, assalamualaikum."
"Waalaikumussalam."
"Udah sarapan, Mark?"
Mark mengacungkan jempolnya dengan senyum lebar. Edelweiss naik ke motor Mark dan duduk menyamping. Mark menoleh lalu mengisyaratkan Edelweiss berpegangan. Edelweiss menurut meski sebenarnya heran kenapa Mark tidak berbicara.
"Kamu kenapa?"
Mark berucap dengan suara serak, "Suara aku hilang. Tadi malem nonton bola sama ayah teriak teriak."
Edelweiss terkekeh dan mencubit pipi Mark. Mereka melaju menuju sekolah dengan kecepatan sedang. Tangan kiri Mark terus mengusap tangan Edelweiss yang melingkar di pinggangnya.
"Del ...." panggil Mark.
"Iya?"
"Aku sayang kamuuu."
Edelweiss menahan gemas mendengar suara Mark yang serak-serak basah. Padahal biasanya suara Mark itu cempreng, seperti Chenle.
"Aku juga."
Mereka sampai di sekolah yang terlihat sudah ramai dengan siswa baik dari SMA mereka maupun SMA tamu. Saat Edelweiss dan Mark berjalan melewati koridor, mereka jadi objek perhatian. Mark yang merangkul Edelweiss posesif memasang wajah datarnya karena banyak siswi terutama dari SMA tamu yang teriak teriak melihatnya. Sementara Edelweiss yang mukanya memang selalu datar sejak orok itu sesekali tersenyum saat ada yang menyapanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pulau Jingga ✔
Fiksi Penggemar''Dia Bumi, dan kamu Angkasa. Lalu aku apa? Hanya jurang pemisah antara kalian berdua." Tertulis saat sinar pagi berbangga. Cinta yang tulus oleh dua hati yang berbeda, menulis cerita Istimewa. Kisah gadis dengan berjuta cerita dalam hidupnya. Pers...